"Maaf, nona mau kemana?" Tanya seorang pria dengan style hitamnya. Seperti nya dia bodyguard yang Jehan katakan.
”Aku perlu ke supermarket.”
Tulis Rylia dalam catatan hape nya.
"Baiklah. Mari saya antar."
”Tidak perlu, supermarket nya dekat.”
"Tapi Nona, tuan Jehan bilang saya harus menemani nona kemanapun jika nona keluar dari rumah."
Rylia menghela nafas, jika sudah begini maka tidak bisa dia bantah. Jika tidak menurut kasihan, Jehan pasti akan memerahi nya.
Rylia mengangguk, lalu berjalan menuju mobilnya.
•••
”baiklah sudah semua... Oh ya jeruk nya”
Rylia segera beranjak untuk mengambi jeruk yang sisa satu bungkus lagi. Saat dia ingin mengambil jeruk tersebut sebuah tangan lebih dulu mengambil jeruknya.
Mata Rylia membesar.
"Rylia," Ucap seorang pria yang kini berdiri dihadapan Rylia.
Dia adalah Firza Maulana. Teman semasa sekolah nya.
Kini Rylia duduk di bangku taman bersama Firza, pria itu tersenyum senang karena dapat bertemu kembali dengan Rylia.
"Sudah lama sekali, apa kabar?" Tanya Firza dengan bahasa isyarat nya. Yah, Firza bisa bahasa isyarat itu sebabnya dia bisa berteman dengan Rylia.
”Aku baik. Bagaimana dengan kak Firza?”
"Sangat baik. Kamu kemana saja selama iam tahun ini. Kenapa menghilang?"
”Aku sudah menikah, dan tinggal bersama nya”
"Menikah? Kapan? Kenapa tidak mengundangku?"
”Dua tahun lalu, maaf pernikahan private suamiku tidak ingin ada yang tahu selain keluarga”
Rylia merasa tidak enak .
"Tidak apa, aku senang kamu sudah menikah. Selamat walaupun terlambat " pria itu tersenyum, dia tidak marah.
Sementara disisi lainnya. Jehan tengah meeting dikantor. Suara notifikasi masuk membuat nya menoleh ke arah benda kotak itu.
_{ Tuan, nona bersama seorang pria}_
_{siapa,}_
_{Tidak tahu tuan, tapi nona terlihat bahagia bicara dengan nya}_
_{Dia tidak mungkin bicara!!}_
_{maksudku menggunakan bahasa isyarat tuan}_
.....Bodyguard itu mengirim sebuah foto.....
Jehan memejamkan matanya, dia menarik nafas dalam-dalam.
"Batalkan meeting nya aku ada urusan." Ucap Jehan yang langsung berdiri meninggalkan ruang meeting.
Pria dengan setelan jas rapi itu kini mengehentikan mobilnya, dia keluar dari mobil melihat Rylia barusaja diantar pulang oleh pria lain.
Wanita itu tersenyum melihat kepergian mobil Firza.
"ekhmm" Jehan menatap Rylia dengan wajah datarnya.
Gadis menundukkan kepalanya saat pria dengan setelan jas itu menatapnya.
"Masuk!"titah nya dengan deep voice nya. Pria itu berjalan lebih dulu sementara Rylia mengekor dibelakangnya.
"......."
"Duduk" Ucap Jehan lagi.
Rylia menurut. Gadis itu duduk disofa panjang dan empuk itu. Begitu juga dengan Jehan yang kian duduk berhadapan dengan Rylia.
Perlahan pria itu menghela nafas panjang,lalu mengeluarkan secarik kertas, dan meletakkannya di atas meja.
"Baca," Ucapnya dengan wajah datarnya.
Rylia mengambil, gadis itu membaca setiap detailnya. Dia terkejut saat menemukan namanya dalam kontrak pekerjaan tersebut.
”Apa ini?” Tulis Rylia dalam catatan hape nya.
"Kontrak kerja. Kebetulan perusahaan membutuhkan penerjemah pribadi karena klien kali ini tunarungu, saya pikir kamu cocok jadi saya membawa kontrak itu langsung untuk kamu, tanpa seleksi apapun hanya tinggal tanda tangan saja " Jelasnya.
Rylia mengeleng. Dia memang ingin berkerja tapi bukan dengan cara seperti ini, Dia ingin bekerja karena kemampuannya sendiri bukan koneksi orang dalam .
”Tidak perlu, aku akan berusaha sendiri.”
"Berusaha sendiri? Berusaha bagaimana maksudmu, siapa yang akan mempekerjakan orang sepertimu. Tidak punya pendidikan dan tunarungu. Kamu sadar tidak akan hal itu?" Tegas Jehan.
Rylia memang tidak bisa bicara tapi telinga nya bisa mendengar. Setiap kali, selalu saja Jehan merendahkannya. Dua tahun bersama kenapa pria ini masih saja memandangnya dengan rendah.
Rylia terdiam. Matanya berkaca-kaca.
"Maaf saya tidak bermaksud, say..."
Belum sempat berkata Rylia sudah lebih beranjak dari tempatnya, berlari memasuki kamar. Jehan berdecak kesal sembari mengacak-acak rambutnya.
"Siall. Apa yang kamu lakukan Jehan." Gerutu nya kesal. Entah cemburu atau apa yang dirasakan, hingga dirinya tak terkontrol seperti ini. Padahal awalnya Jehan bermaksud baik.
Perlahan tangan itu mengetuk pintu kayu berwarna coklat itu, dua kali, tiga kali tak ada sahutan hingga pada ketukan kelima pintu itu terbuka
wanita itu kini berdiri dihadapan Jehan, dari matanya sudah dapat dipastikan bahwa dia barusaja menangis.
Jehan menghela nafasnya.
"Maafkan saya..."Lirihnya.
wanita itu mendongak menatapnya, jntuk pertama kalinya Rylia mendengar suara lembut Jehan yang meminta maaf.
_Apa aku tidak salah dengar_
"sekarang saya serahkan sama kamu kalau kamu tidak mau mengikuti jalan yang saya buat, pilihlah pilihlan kamu tapi saya tetap berharap besar bahkan kamu tetap berjalan disamping saya."
"........"
"Sekarang sudah malam, istirahatlah."
"....."
Setelah mengatakan itu, Jehan pergi begitu saja. Rylia masih terdiam bingung. Dia berfikir, mengapa akhir-akhir ini Jehan tampak berubah. Sikap tidak sekasar dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments