Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar

     "Menjauh dariku? Kamu ingin menjauh dariku? Katakan alasan yang tepat, aku tidak bisa diberikan sebuah teka-teki? Katakan dengan jelas, jangan berbelit-belit. Dan jelaskan, kenapa kamu sampai mengatakan jijik terhadapku?" tanya Dilmar seraya mencengkram kembali dengan kuat kedua tangan Vanya. Ia merasa tidak terima dengan kata-kata Vanya yang mengaku jijik padanya.

     "Katakan," desaknya seraya menarik tubuh Vanya lalu dia hempaskan di atas ranjang. Dilmar segera menghimpit tubuh Vanya dengan kasar.

     "Katakan kenapa kamu jijik denganku?" tanyanya kembali dengan tubuh sudah mengungkung tubuh Vanya. Vanya sudah tidak bisa melepaskan diri lagi, tubuh Dilmar menindih dan mengunci kakinya.

     "Apakah kamu tidak rindu aku, Vanya? Tatap aku, jangan menghindar," sentaknya mendapati Vanya menggerakkan kepalanya ke samping kiri dan kanan untuk menghindari wajah Dilmar.

     "Kurang ajar, aku ini suami kamu tapi seperti ini baktimu? Kamu sama sekali tidak ada hormat padaku. Ayo, kita bercinta seperti apa yang kamu inginkan sehari sebelum kepergianku ke Papua." Dilmar mengarahkan bibirnya menuju bibir Vanya. Supaya kepala Vanya diam, Dilmar meraih tengkuk Vanya supaya diam. Dan kini Dilmar berhasil menyatukan bibirnya dengan bibir Vanya.

     Vanya menangis seakan sedang diperkosa sang penjahat, tapi dia tidak bisa berontak.

     "Ahhhkkkk."

        Dilmar tiba-tiba menjerit saat Vanya berhasil menendang selangkangannya. Untuk sejenak Dilmar meringis merasakan rasa sakit tepat di alat vitalnya.

     Vanya menatap Dilmar antara ngeri dan kasihan, ia tidak sengaja menendang alat vitalnya. Rasa takut kini menyerang Vanya, dia takut Dilmar kenapa-napa.

     "Bagaimana ini, kenapa Bang Dilmar justru kesakitan seperti ini?" risaunya.

     "Kau memang istri durhaka. Suami pulang dan menginginkan tubuhmu tapi kamu menolakknya. Apa ini pantas disebut seorang istri yang baik?" dengus Dilmar seraya membetulkan celananya yang tadi sempat ia buka saat akan memaksa Vanya.

     "Vanya, Vanya bukan tidak mau melayani Abang, tapi karena perbuatan Abanglah yang membuat Vanya merasa jijik jika dicium atau disentuh Abang," terang Vanya dengan tubuh sedikit demi sedikit beringsut dan menjauhi Dilmar.

     Dilmar tersenyum masam, dia tidak sangka Vanya bisa berbuat senekad itu, menendang senjata utama dalam tubuhnya. Padahal senjata ini merupakan penerus generasinya, tanpa ini dia tidak akan memiliki generasi penerus.

     "Aku tidak sangka kamu sesadis ini Vanya. Mentang-mentang kamu didukung mama dan papaku, kamu berani seperti itu. Jelaskan sekali lagi, apa yang membuatmu melakukan ini terhadapku?"

     Dilmar kembali berjalan mendekati Vanya, tapi Vanya terus beringsut dan takut.

        "Jangan menghindar terus, bisa tidak kamu diam di tempat dan tatap mataku? Hargai aku sebagai suamimu, Vanya," pinta Dilmar tegas.

     "Abang sungguh ingin tahu kenapa Vanya bisa mengatakan jijik dan bersikap seperti ini terhadap Abang? Baik, akan Vanya katakan kenapa Vanya seperti ini. Dan kenapa Vanya bisa mengatakan jijik terhadap Abang." Vanya berjalan menuju meja rias dengan mata tetap waspada mengawasi pergerakan Dilmar, Vanya takut Dilmar tiba-tiba menangkapnya.

     "Abang voba lihat ini, Abang lihat dengan jelas semua foto itu." Vanya memperlihatkan galeri foto di Hp nya. Semua foto yang telah dikirimkan Sela padanya, ia perlihatkan di hadapan Dilmar, termasuk foto ciuman Dilmar bersama Sela. Membuat Dilmar terkejut seketika.

     Mulutnya Dilmar menganga dengan bola mata melotot hampir keluar, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Batinnya bertanya-tanya kenapa Vanya bisa mendapatkan semua bukti foto itu? Foto kebersamaan dirinya dengan Sela.

        "Kenapa Sela berani mengirimkan foto itu pada Vanya? Tahu dari mana dia nomer Vanya?" batinnya heran.

     "Vanya ingin berpisah dari Abang, kalau memang Abang memilih dia, ajukan saja perceraian kita. Vanya tidak apa-apa, karena Vanya tahu perempuan yang Abang cintai bukanlah Vanya," pungkasnya diiringi tangis.

     "Vanya, jangan bicarakan hal sensitif itu. Abang akan jelaskan semua. Dan abang akan urus masalah ini dengan tuntas. Tolong, jangan gegabah bicara tentang perpisahan," ujarnya dengan hati yang sangat kalut, kenapa Sela tega membagikan foto curian itu kepada Vanya.

     "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi pada Vanya, Bang. Sekarang kabulkan saja permintaan Vanya, Vanya hanya ingin berpisah dari Abang. Dan Abang bisa menjadikan penolakan Vanya sebagai alasan dalam pengajuan perceraian itu," ujar Vanya terlihat memohon.

Dilmar mengusak kepalanya dengan frustasi, dia semakin dilanda bingung dengan permintaan Vanya. Pantas saja selama di Papua, Vanya tidak mau menerima panggilannya. Rupanya Vanya selalu dikirimi foto-foto kebersamaan dirinya bersama Sela.

Tanpa ditanya dari siapa Vanya mendapatkan foto itu, Dilmar sudah bisa menebak bahwa Sela yang telah mengirimkannya.

"*Sela, dia yang menjadi pemicunya. Mengapa aku terlalu percaya padanya. Aku harus menemuinya dan mempertanyakan kenapa dia lakukan itu*," batin Dilmar.

Dilmar keluar dari kamar meninggalkan Vanya yang masih terlihat shock dan takut terhadapnya. Kini pikiran Dilmar benar-benar dilanda bingung yang mendalam. Belum lagi rasa khawatirnya jika suatu kali Vanya akan memberi tahu mama dan papanya tentang hal ini, alamat dia kena amuk sang papa.

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Vanya...harusnya jelasin ke Dilmar sebelum kejadian. So...seandainya kalian pisah, kamu masih virgin....piye to yo ....gk cepetan ngomong sih ... kesuwen leh mikir ...

2025-01-21

1

Maya Apriani

Maya Apriani

si vanya bego seharusnya pas ada keluarga nya langsung di beberkan kelakuan di dilmar
lemah banget

2025-01-21

2

Nasir

Nasir

Wahhh, mohon maaf untuk bab 18, Author mau revisi bab ya. Sepertinya alur yg sy buat kecepatan lagi. Soalnya kisah Dilmar dan Vanya hanya akan sy buat kira2 smp bab 50. Kalian nanti bisa baca ulang dr bab bab 18 saja ya sampai bab selanjutnya.

2025-01-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!