Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah

     Seminggu setelah kepergian Dilmar ke wilayah perbatasan, belum sekalipun Vanya mendapatkan telpon dari suaminya itu. Vanya masih berpikir positif, ia tahu tidak mudah di wilayah perbatasan mendapatkan sinyal yang bagus untuk bisa berkomunikasi jarak jauh. Terlebih tidak terdapat tower provider di dekat sana. Sinyal pun hanya bisa didapat sesekali saja, dan itupun hanya di jam tertentu.

     "Van, belum ada telpon dari suamimu?" tanya Bu Sonia menatap Vanya dalam, berharap Dilmar sudah ada menghubungi Vanya.

     "Belum, Ma," Vanya menggeleng.

     "Coba sesekali kamu saja yang hubungi, tapi di jam-jam istirahat, seperti jam 12 siang."

     "Iya, Ma. Nanti akan coba Vanya hubungi Bang Dilmar," patuh Vanya sembari tangannya sibuk membersihkan etalase kosmetik.

     "Vanya, selama suamimu satgas, kamu tinggal di rumah ibu. Biarkan rumah kalian sesekali di tengok dan dibersihkan Bi Jumsih dan Mang Karsim," ujar Bu Sonia.

     "Iya, Ma. Vanya juga sudah merencanakan tinggal di rumah Mama. Tapi, apakah Mama tidak keberatan Vanya tinggal sama Mama?" tanya Vanya masih ragu. Seperti memanggil Bu Sonia saja, sebetulnya Vanya masih ragu. Berhubung Bu Sonia meminta kepada Vanya untuk memanggilnya mama, akhirnya Vanya mulai dibiasakan memanggil Bu Sonia dengan sebutan mama, walau terkadang masih terdengar ragu-ragu.

     "Ya tidak apa-apa dong Vanya. Kalaupun kamu mau pulang ke rumah ibumu, sesekali boleh-boleh saja. Kamu kan tetap harus menengok ibumu," ujar Bu Sonia terdengar bijaksana. Hati Vanya bersorak bahagia mendengar mama mertuanya mengijinkan dia tinggal di rumahnya atau sesekali pulang ke rumah ibunya.

     "Ya, sudah. Walaupun kamu sudah menjadi menantu mama, tapi kalau kamu masih ingin bekerja, kamu tetap harus profesional, ya," tukas Bu Sonia.

     "Siap, Ma." Vanya mengangguk patuh. Setelah itu Bu Sonia berlalu menuju ruangannya.

     Vanya dan dua pelayan toko lainnya kembali bekerja seperti biasa. Toko kosmetik milik Bu Sonia ini bukan hanya sekedar toko kecil di pinggir jalan, akan tetapi sebuah toko besar atau agen kecantikan besar di kota itu. Sehingga ada beberapa pekerja di toko itu. Pelayannya saja tiga orang termasuk Vanya.

     Siang harinya seperti yang dikatakan oleh Bu Sonia tadi pagi, Vanya akan mencoba menghubungi Dilmar. Kebetulan jam 12.00 Wib, merupakan jam istirahat Vanya.

     Vanya biasanya selalu pergi ke taman belakang toko jika istirahat. Di sana dia dan beberapa teman lainnya sering menghabiskan waktu untuk makan dan sholat dzuhur, kebetulan ada mushola kecil di samping taman.

     Vanya segera menyantap makan siangnya yang dia beli tadi di warung sebelah toko. Tadinya mau bekal dari rumah mertuanya. Berhubung masih malu, akhirnya Vanya membeli makanan dari warung sebelah toko untuk makan siang.

     Setelah makan, Vanya segera ke mushola dan mendirikan sholat dzuhur. Lalu Vanya buru-buru ke dalam toko. Namun, kakinya ia belokkan ke sebuah gudang. Biasanya di jam istirahat gudang memang kosong. Dan saat inilah waktu yang tepat bagi Vanya mencoba menghubungi Dilmar.

     Panggilan pertama, Hp Dilmar susah dihubungi. Suara operator memberitahukan kalau nomer Dilmar sedang di luar jangkauan. Tidak putus asa Vanya kembali mengulang panggilannya yang lagi-lagi gagal.

    "Gagal terus. Sepertinya sinyal di sana memang kurang bagus. Aku coba hubungi sekali lagi saja, siapa tahu terhubung.

     Dan mujurnya, dipanggilan yang ke tiga, panggilannya ternyata berdering. Vanya girang seketika, lalu menghadapkan wajahnya lurus dengan kamera, karena Vanya saat ini sedang melakukan vidio call.

     "Assalamualaikum, Abang. Abang, apa kabar? Vanya sudah rindu sama Abang," seru Vanya dengan kegirangan plus wajah full senyuman yang merekah.

     "Bisa tidak menghubunginya jangan di jam kerja seperti ini? Aku ini masih sibuk, tahu. Apa salahnya menunggu aku yang menghubungi kamu, bukan kamu hubungi aku duluan?" Suara Dilmar terdengar membentak, membuat Vanya tersentak dengan mulut menganga.

     Beberapa detik kemudian, panggilan itu berbunyi tut tanda diakhiri. Dan Dilmar yang mengakhiri. Vanya terdiam merasa bersalah, dia seharusnya tidak mengikuti saran dari sang mertua. Akhirnya, Vanya kena semprot Dilmar yang baru pertama kali membentaknya seumur-umur menjalin hubungan.

     Ada perasaan sakit di ulu hati ketika bentakan itu kembali terngiang. Dilmar juga tidak biasanya menyebut dirinya aku, biasanya panggilan abang selalu tersemat jika memanggil dirinya di depan Vanya.

     "Bang Dilmar kenapa tadi membentak aku? Atau memang Bang Dilmar sedang sibuk dan tengah banyak kegiatan. Eh, bukankan aku menghubungi Bang Dilmar justru disaat yang tepat? Ini kan jam istirahat?" renungnya merasa ada yang janggal dengan kemarahan Dilmar yang pertama terhadap Vanya.

     "Vanya minta maaf Abang kalau Vanya sudah ganggu kegiatan Abang. Vanya tidak tahu kalau jam segini Abang sedang ada kegiatan. Vanya hanya kangen sama Abang. Vanya ingin mengungkapkan rasa rindu dan cinta terhadap Abang. I love you, Bang Dilmar, 😘😘😘." Pesan WA Vanya dikirimkan pada Dilmar, diakhiri emot ciuman.

     Vanya kembali ke mode awal. Dia masih menganggap sikap Dilmar wajar, karena ia pikir memang Dilmar sedang berkegiatan di jam istirahat ini.

     Jam istirahat pun habis, Vanya kembali memasuki toko. Dan melayani kembali pembeli yang memang selalu tidak pernah sepi belanja ke toko kosmetik milik mama mertuanya ini.

     "Vanya, bagaimana, apakah suamimu sudah bisa dihubungi?" gertak Bu Sonia dari belakang Vanya. Vanya tersentak, jantungnya hampir saja mau copot gara-gara pertanyaan mertuanya yang tiba-tiba dan tepat di belakangnya.

     "Ya ampun Mama," kejutnya seraya membalikkan badannya dengan kedua tangan di dadanya.

     Bu Sonia merasa bersalah, meski demikian wanita berusia 50 tahun itu tersenyum tipis seolah menertawakan reaksi kaget Vanya yang menurutnya lucu.

     Setelah Vanya bisa menguasai diri dari rasa terkejut, Vanya mulai menjawab rasa penasaran sang mama mertua.

     "Sepertinya sinyal di sana memang kurang bagus, Ma. Beberapa kali Hp Bang Dilmar di luar jangkauan. Namun saat di panggilan yang ke tiga, Hp Bang Dilmar berdering lalu diangkatnya," lapor Vanya sesuai yang tadi dia rasakan.

     "Lalu?"

     Wajah Bu Sonia terlihat berbinar saat Vanya menyebutkan bahwa Dilmar berhasil dihubunginya.

     "Sayangnya, saat Vanya hubungi, rupanya Bang Dilmar sedang dalam kegiatan. Terpaksa panggilan itu kami tutup," tuturnya tanpa sedikitpun menyinggung kejadian yang sebenarnya. Vanya tidak ingin Bu Sonia mendapatkan laporan yang jelek-jelek tentang putranya, Dilmar.

     "Walah ... Ya ampun Vanya, pantas saja suamimu bilang ada kegiatan di jam segitu, kamu tahu, disaat kamu menghubungi Dilmar di jam 12.00 Wib, maka di Papua saat ini sudah menunjukkan pukul dua siang hari. Mama lupa kasih tahu kamu, tadi," tukas Bu Sonia baru ingat.

     "Oh ya?" kejut Vanya yang baru sadar kalau wilayah Papua, waktunya dua jam lebih dulu dibanding wilayah barat Indonesia.

     "Lalu apa yang dikatakan Dilmar lagi?" Bu Sonia merasa penasaran.

     "Bang Dilmar bilang, Vanya jangan menghubungi duluan, biarkan Bang Dilmar yang menghubungi duluan," jawab Vanya sembari menghela nafas dalam.

Ayo, Author tunggu dukungannya. Semoga suka.

Terpopuler

Comments

Nay

Nay

geting aku laki modelan kek gitu

2025-02-04

1

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

di awal kisah, konflik sudah ngegas ...😊

2025-01-17

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

nelangsa aku liat mu Vanya...

2025-01-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!