Bab 11 Mulai Melupakan

Dilmar merasa bingung dengan balasan chat yang diberikan Vanya. Lalu ia mencoba menghubungi Vanya dengan vidio call. Akan tetapi lagi-lagi Vanya tidak mengangkatnya.

     "Kenapa sih Vanya ini, tidak pernah mau mengangkat telponku?" kesalnya penuh emosi.

     Dilmar begitu frustasi, sampai ia mengabaikan panggilan Danton Baja melalui HT nya.

     "Danru Dilmar, bagaimana situasi dan kondisi di sana? Apakah aman?" ulangnya, kali ini Dilmar menyadarinya.

     "Siap. Ijin menyampaikan, situasi dan kondisi di pos 45 aman terkendali, tidak ada pergerakan yang mencurigakan dari negara tetangga," balas Dilmar.

     "Siap, laporan diterima." Danton Baja mengakhiri panggilan di HT nya. Dilmar lega. Namun kepalanya kembali dilanda frustasi memikirkan sikap Vanya yang semakin hari semakin berubah dan tidak peduli. Dilmar belum sadar bahwa perubahan Vanya dipicu oleh foto-foto dirinya yang dikirimkan salah satu temannya dan juga Sela.

***

     Besoknya, setelah pergantian jaga, Dilmar segera menuju barak untuk membersihkan diri. Kepalanya yang pening sejak semalam, rasanya ingin segera ia siram dengan air. Sebelum tiba di barak, Dilmar sempat bertemu dengan Sela yang sudah berpakaian Perawat. Dia sudah berada di depan mess sembari memberikan sebuah senyuman manis untuk Dilmar.

     Dilmar tidak membalas, yang ada kepalanya tambah sakit, saat ingat kalau Sela justru mengabadikan foto ciuman itu di dalam barak pengobatan. Dilmar jadi was-was jika foto itu kemudian disebar Sela pada pihak lain.

     "Celaka jika Sela menyebarkan foto itu," renungnya lagi sembari mempercepat jalannya menuju barak.

      Di dalam barak, Dilmar tidak segera menuju pemandian, ia justru membaringkan tubuhnya yang lelah secara fisik maupun pikiran.

      Dilmar termenung kembali, kata-kata Dilan tempo hari yang memperingatinya untuk segera menyudahi hubungannya dengan Sela, ternyata kini ada benarnya. Sela mulai berani ambil foto kedekatan mereka lalu dikirim untuknya, tidak menutup kemungkinan Sela mengirimkan foto itu pada yang lain. Dilmar menghembuskan nafasnya kasar berulang kali, menandakan ia sedang gelisah dan galau. Hal ini disadari oleh kedua teman leting, Roby dan Dilan.

     "Ada yang sedang galau nih, Danru Dilmar galau karena beda shift dengan Suster Sela," goda Roby sembari membaringkan tubuhnya di dipan besi Dilmar seperti biasanya.

     Dilmar tidak menyahut, kepalanya cukup pusing jika harus melayani satu makhluk usil seperti Roby yang cukup frontal jika sudah menggodanya.

     "Ngopi dulu, Pot." Dilan datang memberikan kopi kepada Dilmar dan Roby. Roby langsung bangkit menerima kopi buatan Dilan. Dilan memang salah satu teman leting yang sedikit bijaksana dibanding Roby yang kadang mulutnya comel. Tapi anehnya mereka masih tetap dekat, meskipun sesekali pertemanan mereka terlibat cek-cok.

     "Beda shift, baguslah itu." Dilan menanggapi celotehan Roby diawal. Kembali otak Dilmar memanas karena kedua temannya justru masih membahas Sela yang kini beda shift dengannya.

     "Bisa, tidak, kalian duduk diam sambil menikmati kopi di gelas kalian? Tidak perlu menyinggung urusan orang lain, lama-lama kalian persis ibu-ibu komplek yang suka ngerumpi lalu gibahan kejelekan orang," sungut Dilmar kesal.

"Ada yang marah rupanya? Sepertinya setelah dicuekin yang di rumah, kini baru terasa kehilangan. Persis lagunya Bang Haji Rhoma, kalau sudah tiada, baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berarti," goda Rudy lagi seolah tahu apa yang sedang Dilmar rasakan saat ini.

Dilmar mengalihkan tatap pada Roby, dia curiga Roby tahu sesuatu. Ditatap penuh curiga seperti itu, Roby santai saja sembari menyeruput kopinya dengan nikmat.

"Wowww, nikmatnya kopi buatan Serka Dilan, tiada duanya," cetusnya sembari mengangkat cangkir kopi itu tinggi-tinggi. Dilan mesem, ia tahu apa yang dilakukan Roby hanya pengalihan isu.

"Sebulan lagi kita akan kembali ke kesatuan, pastinya kita akan merindukan kembali masa-masa perjuangan kita di sini," ujar Dilan sembari melempar tatapnya ke depan.

"Pastinya dong, terlebih yang punya cem-ceman di sini, pasti susah melupakan," sindir Roby lagi seraya mengalihkan tatap ke arah Dilmar.

Dilmar bangkit, lalu meletakkan cangkir bekas kopinya di atas meja dengan kasar sehingga menimbulkan suara gaduh. Roby dan Dilan saling lempar tatap dan memberi kode. Setelahnya mereka berdua melihat Dilmar menyambar handuknya yang digantung, lalu bergegas menuju pemandian.

     "Biarkan dia pening sendiri memikirkan jadwal shift yang berbeda dengan Suster Sela. Kalau dipisahkan, kemungkinan bertemu mereka akan sedikit," tukas Dilan seraya bangkit menuju dipannya dan bersiap mandi menyusul Dilmar.

***

"***Sayang, tolong angkat telpon abang, abang mau bicara***," pintanya suatu kali kepada Vanya yang diketahui WA nya sedang on. Sayang sekali Vanya tidak membalas apapun.

"***Ada apa sih kamu, angkat telpon aku? Aku mau bicara dan memberitahu kamu. Tolong hargai aku, aku sudah pergi ke tempat yang banyak sinyal untuk menghubungi kamu, tapi kamu tidak peduli***," pesannya lagi dengan nada marah. Dilmar tidak habis pikir ada apa dengan Vanya.

"Sialan," umpatnya.

"***Aku hanya ingin bertanya samamu Vanya, kenapa uang yang setiap bulan aku kasih lewat ATM yang kamu pegang, tidak pernah kamu pakai? Apakah kamu sudah merasa banyak uang sehingga tidak memakai uang kiriman aku***?" Kembali Dilmar mengirimkan pesannya dengan nada tegas.

Pertanyaan itu sepertinya cukup memancing Vanya untuk membalas chat dari Dilmar.

"***Nanti ATM nya Vanya kembalikan setelah Abang pulang***." Jawaban Vanya cukup menohok ulu hati Dilmar, dia merasa disepelekan oleh Vanya.

"***Tunggu aku pulang. Kamu akan tahu apa yang akan aku lakukan padamu atas sikap tak acuh mu padaku, Vanya***," balasnya dengan caption marah. Dan Vanya tidak lagi membalas pesan WA Dilmar. Ia keluar dari ruang chat dan WA nya kembali tidak aktif.

"Sialan." Dilmar emosi mendapati sikap Vanya yang cuek. Dilmar tidak sadar bahwa sikap Vanya seperti itu adalah akibat dirinya.

***

Bulan pun berganti, hanya tinggal sebulan lagi Dilmar dan rekan-rekannya bertugas di perbatasan Papua dan Timor Leste. Dilmar merasa bahagia, karena sebentar lagi ia akan kembali ke kesatuannya.

     Namun, bahagia Dilmar tidak disertai dengan kebahagiaan yang lain. Sebab, selama kurang lebih delapan bulan dirinya bertugas di perbatasan Papua-Timor Leste, sikap Vanya berubah dan seolah tidak peduli dengannya. Vanya tidak pernah berusaha menghubunginya, Vanya benar-benar seakan melupakan dirinya.

Bahkan sejak itu, Vanya tidak lagi membuat status apa-apa. Tentang dirinya atau tentang apapun.

"***Kak Dilmar, nanti malam kita ke kafe di desa sebelah. Aku ada kejutan untuk Kak Dilmar***." Sebuah pesan WA masuk dari Sela. Dilmar tersenyum. Untuk sejenak kebersamaannya dengan Sela bisa melupakan sikap Vanya yang tidak menghiraukannya. Dilmar menganggap kalau Selalah orang yang selalu menghiburnya dikala hatinya sedih karena dicuekin Vanya.

***

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Dilmar ki piye to .... dia sendiri yg melarang Vanya utk tidak menghubungi Dilmar lebih dulu, dg alasan susah sinyal....sudah dituruti gak hubungi lebih dulu, sekarang kesel....aneh...

2025-01-19

1

Zaskia Natasya

Zaskia Natasya

lanjut kakkkk bagus vanya jangan jadi wanita lemah/Good//Good/

2025-01-18

1

Anna

Anna

lanjt Thor...
Mantap Vanya😘😘

2025-01-18

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!