Bab 15 Gertakan Deby

    Dilmar sudah berdandan rapi dengan dalaman kaos oblong dan jaket lorengnya. Malam ini dia ada janji dengan Sela di kafe sebelah.

     Dilan dan Roby yang sejak tadi mengamati Dilmar, saling tatap penuh curiga. Tapi mereka sudah bisa menebak mau ke mana Dilmar.

     "Dia akan pergi bersama Suster Sela, apel di malam Minggu yang terakhir," celoteh Roby memicingkan mata ke arah Dilmar. "Kasihan istrinya, masih baru. Padahal cantik dan lebih muda dari Suster Sela," lanjut Roby lagi.

     "Aku curiga, ada apa Suster Sela mengajak janjian Dilmar? Jangan-jangan mau menjebak Dilmar," duga Dilan mendadak menaruh curiga terhadap Suster Sela.

     "Kita ikuti saja, pura-pura cari sinyal ke desa sebelah," seloroh Roby. Dilan setuju, kali ini Roby dan Dilan merasa sehati. Mereka curiga dengan Suster Sela yang mengajak janjian pada Dilmar.

     Kali ini Roby memang sangat bersemangat mengikuti teman letingnya itu, ia tidak mau Dilmar sampai terjebak dengan kesenangan sesaat yang ditawarkan Sela, dengan alasan kesal karena Vanya selama ini sama sekali tidak menghiraukannya.

     Roby merasa bertanggung jawab dan merasa bersalah, sebab dialah yang selama ini mengirimkan bukti foto kebersamaan Dilmar bersama Sela pada Sisi istrinya, kemudian oleh Sisi disampaikan lagi pada Vanya, sehingga membuat Vanya kecewa dan sedih serta patah hati.

     Aksi Vanya yang tidak pernah menghiraukan panggilan Dilmar selama ini, juga sedikitnya atas saran Sisi, istrinya Roby. Saran Sisi diikuti Vanya sebagai bentuk hukuman terhadap Dilmar atas pengkhianatannya kepada Vanya, dengan maksud agar Dilmar jera dan meninggalkan Sela. Namun, Dilmar bukannya jera, merasa diabaikan Vanya, Dilmar justru menganggap Sela sebagai pelarian atas sikap Vanya yang saat ini tidak pernah mempedulikannya.

     Dilmar tidak sadar bahwa dirinya sedang dalam jebakan Sela. Kedekatannya berhasil Sela abadikan, kemudian ia kirimkan foto kebersamaannya bersama Dilmar, seolah mereka setiap hari selalu bersama.

     "Srot, srot, srot." Dilmar menyemprot seluruh tubuhnya dengan parfum andalannya. Seketika di dalam barak tercium wangi maskulin yang semerbak.

     "Yang mau apel sampai segitunya. Janjian dengan Suster Sela, Pot? Hati-hati kena jebakannya, seperti di film-film, gelas yang ada minuman dibubuhi zat perangsang atau obat tidur. Besoknya ditemukan bugil tanpa sehelai benangpun. Tahu-tahu ada yang ngaku, Bang, adek positif hamil," ceracau Roby frontal. Memang itu kebiasaan Roby yang bicaranya selalu frontal tanpa kiasan-kiasan.

     Ocehan Roby membuat Dilmar kesal, "Cari hiburan, Pot. Jangan iri dengki," balas Dilmar seraya menyambar topinya di paku.

     "Hiburan karena dicuekin istri? Makanya koreksi diri, Pot. Kenapa istrimu bisa mengabaikan mu? Masih ingatkah, sebelum acara pernikahan kalian, kau bahkan berniat ingin membatalkan pernikahan karena kehadiran mantanmu yang tiba-tiba datang ke kota kita Bandung. Bahkan kau bersikap dingin terhadap istri barumu. Mungkin itu balasan dari istrimu," tutur Dilan menyudutkan Dilmar.

     Dilmar tertegun, ia kembali teringat sikapnya masa delapan bulan ke belakang terhadap Vanya. Bahkan di malam pertama yang gagal karena Vanya halangan, sikap Dilmar berubah dingin dan datar. Namun Vanya menduga sikap Dilmar saat itu karena dirinya yang sedang halangan dan tidak bisa melayani Dilmar secara batiniah. Itupun memang menjadi alasan Dilmar berubah dingin, tapi kehadiran Sela yang tiba-tiba, merupakan penyebab utama dirinya bersikap dingin terhadap Vanya.

     "Tralalalalala."

     Bunyi dering Hp Dilmar yang terdengar beda kini memenuhi ruangan barak, sebuah panggilan dari Sela sudah memanggil. Dilmar menatap Hp nya lalu mengangkat panggilan itu.

     "Ok, Kakak sebentar lagi menuju sana," ujarnya seraya menutup panggilan. Dilan dan Roby saling tatap.

     "Aku pergi. Kalau kalian berdua tidak pergi ke mana-mana, titip dipan besiku. Kau tiduri juga tidak masalah, Pot," tunjuk Dilmar pada Roby.

     Roby tidak menyahut, dia pura-pura sibuk dengan Hp nya. Dilmar pun keluar dari barak, lalu beberapa detik kemudian suara motor di depan barak mulai terdengar menandakan Dilmar suda pergi.

     "Ayo kita pergi juga, sebelum Sela melakukan aksinya," ajak Roby tergesa. Roby dan Dilan segera beranjak dari barak, mereka menjalankan motornya menuju desa sebelah, di mana Dilmar dan Sela janjian di kafe biasa.

     Setelah kurang lebih 10 menit jarak tempuh, Dilmar tiba di kafe yang biasa Sela dan dirinya kunjungi diakhir bulan.

     Sela menuruni motor, dengan tangan memeluk pinggang Dilmar erat. Setelah turunpun, ia memegangi tangan Dilmar seakan tidak ingin lepas.

     Keduanya sudah menempati sebuah meja, lalu Sela berlalu sejenak menuju bartender. Sepertinya Sela akan memesan minuman. Disaat Sela memesan minuman, Dilmar meraih Hp nya dan membuka WA nya yang sejak sampai di kafe, bunyi tang tung tang tung sudah meramaikan kupingnya.

     Beberapa pesan masuk dari letingnya bermunculan, termasuk dari Dilan dan Roby. Entah mengirimkan pesan apa Dilan dan Roby, lagi-lagi membuat Dilmar merutuk.

     "Sebelas dua belas mereka berdua, sepertinya iri mereka," dengusnya.

     Dilmar kini berfokus pada status yang dibuat Vanya.

     "Menjauh."

     Begitu status WA yang diposting Vanya, entah apa maksudnya. Dilmar termenung, ia kembali terngiang dengan ucapan Dilan tadi. Jika dikaitkan dengan postingan Vanya, sepertinya status WA nya sinkron dengan kondisi yang saat ini sedang ia rasakan. Vanya menjauh sejak dirinya satgas di Papua.

     Dilmar mencoba menghubungi Vanya, ada rasa rindu yang tiba-tiba bergolak dalam dada, ketika ia teringat kembali moment di mana Vanya memberinya surprise kue ulang tahun.

     "Kak Dilmar, minuman kita sudah siap." Baru saja Dilmar akan menghubungi Vanya, Sela sudah tiba di meja, lalu memberikan satu gelas berkaki dengan minuman sirup di dalamnya.

     "Siapa sih Kak yang mau Kak Dilmar hubungi? Istrinya? Lupakanlah dulu, kita bersenang-senang sejenak di sini. Hanya tinggal beberapa hari lagi kita di sini," tahan Sela seraya meraih tangan Dilmar. Namun, tiba-tiba sebuah panggilan berdering di Hp Sela. Sela merogoh saku roknya dan meraih Hp.

     "Nomer asing," gumamnya, lalu mengangkat panggilan itu dengan kening mengkerut.

     "Jangan ganggu adikku, jauhi dia karena dia sudah beristri. Jangan mentang-mentang kamu sama-sama bertugas di tempat yang sama, lalu kamu dengan tanpa dosa mendekati dia, padahal dia sudah beristri. Lupakan masa lalu, karena masa lalu adikku sudah berlalu dan kamu tidak berhak mengganggu kehidupan masa depan adikku. Jika kamu tidak berhenti, maka aku akan menghadap atasanmu di RS kamu berdinas. Tunggu saja tindakanku. Dan jangan pernah main-main denganku!" peringat orang yang mengaku kakaknya Dilmar itu.

     Seketika Sela terdiam mematung bersama panggilan itu berakhir. Dilmar merasa heran kenapa tiba-tiba Sela terdiam dan mematung.

     "Sel, Sela. Kenapa?" tanyanya bingung.

     Sementara di kota lain, Deby yang baru saja menghubungi Sela, meletakkan Hp nya kembali di atas meja. Ia berharap gertakannya terhadap Sela berhasil. Karena Deby sadar, dia juga seorang perempuan, dan ketika Vanya diselingkuhi Dilmar sang adik, Deby ikut kecewa dan sakit hati.

     "Semoga saja Sela sadar dengan gertakanku," harapnya seraya membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Terpopuler

Comments

Anna

Anna

jantung aman ngak Sel..mknya jdi wanita org Ambon bilang " parampuang Mangkera,Cakadidi Mandidi,Bagatal"🤣🤣🤣

2025-01-19

1

Miftahur Rahmi23

Miftahur Rahmi23

Ya ampun kamu Dilmar, udah tau pas ciuman udah diabadikan momentnya sama sela, masih aja percaya kalau fotonya aman dan gak disebar. dan lu percaya gitu, kalau sela nggak ngambil foto kebersamaan kalian berdua lagi. memang kalau jatuh cinta itu logika gak jalan.

2025-02-07

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

untung punya teman yang baik...
bisa melindungi temannya...
tapi temannya yang gak sadar diri 😤

2025-01-19

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!