Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"

    Jauh di ujung paling timur Indonesia, Dilmar dan kawan-kawan sedang berjaga dengan senjata di tangannya. Gangguan keamanan di daerah perbatasan ini kadang muncul tiba-tiba. Ada sekelompok bersenjata dari negara tetangga yang selalu mengacau keamanan di daerah perbatasan. Mereka selain merusak infrastruktur, juga mencuri hasil pertanian penduduk setempat yang kebetulan menanami tanahnya dengan berbagai kebutuhan pokok, diantaranya jagung, singkong, sagu, ataupun pisang.

     Pencurian itu dipersenjatai senjata yang mana bisa mengancam keselamatan penduduk setempat dan menakut-nakuti. Oleh sebab itu, para personil TNI disiagakan di wilayah itu untuk berjaga-jaga agar pengacau keamanan bisa dicegah dan diusir kembali ke wilayah negaranya.

     "Ijin Danru, sebelah timur aman terkendali. Semua personil siap siaga," lapor salah satu anggota yang merupakan anak buah Dilmar.

     "Laporan diterima."

     Setelah menerima laporan, Dilmar bergegas menuju pos untuk memberikan laporan pada anggota lain yang berjaga di pos wilayah lainnya.

     Siang berganti senja, di ufuk barat semburat cahaya jingga menyemburkan cahaya keemasan menandakan malam akan segera ditapaki.

     Dilmar dan anggota lain yang satu regu menyudahi penjagaan di siang hari. Dan mereka akan digantikan oleh anggota lain yang akan berjaga dari jam enam senja sampai tiba pagi. Begitu dan begitu setiap hari.

     Dilmar menuju markas untuk memberikan laporan tentang situasi dan keadaan di pos penjagaan dan wilayah sekitarnya hari ini kepada seorang Danton. Setelah melapor dan menyerahkan tugas pada anggota lain yang berjaga malam, Dilmar bergegas meninggalkan markas dan menuju barak.

     Tiba di barak, sudah ada beberapa rekan lainnya di dalam, yang sama-sama akan melepas lelah seharian selama berjaga tadi siang. Ada yang segera menuju pemandian, ada yang berbaring, ada juga yang memasak karena hari ini kebetulan jadwalnya memasak, bahkan ada yang segera meraih Hp nya untuk sekedar menghubungi sanak keluarganya.

     Namun sayang, beberapa orang ada yang langsung bisa menghubungi sanak keluarganya ada pula yang tidak bisa sama sekali karena terkendala sinyal di Hp nya. Tak ayal mereka bersungut marah pada Hp nya sendiri. Kalau tidak dibutuhkan lagi, rasanya Hp itu ingin dilemparkan saja karena merasa tidak membantunya dalam menyampaikan rindu pada keluarga.

     "Sialan, Hp ku lemah syahwat," rutuk salah satu rekan satu regu Dilmar kepada teman yang lainnya. Kadang ucapannya menjadi bahan tertawaan karena merasa lucu.

     "Kau pergilah ke desa sebelah itu, bertelponan di sana sambil teriak-teriak pun boleh," balas teman satunya lagi diiringi tawa. Mereka saling bercanda dan menggoda kalau sudah berada di dalam barak.

     "Atau kau pergilah ke mess para Suster itu. Bilang numpang buang hajat, kau duduk di atas toilet lalu menghubungi keluarga kau di kampung. Di sana selain sinyalnya banyak, sinyal cinta pun bisa kau dapat. Semua Susternya masih sendiri," balas yang lain tidak kalah heboh dari candaan rekan yang pertama.

     "Tapi khusus yang masih bujangan, yang sudah beristri atau pengantin baru, dilarang mendekat," seloroh yang lainnya lagi seraya mengalihkan tatap pada Dilmar. Semua rekan di sana sudah tahu kalau Dilmar dekat dengan salah satu Suster di sana. Tapi Dilmar hanya berkilah, kalau kedekatannya dengan salah satu Suster hanyalah sebatas rekan kerja sama.

     "Suster Sela, jangan godain abang, abang sudah berpunya, hahaha ...." sindir Roby rekan satu leting yang paling berani menyindir Dilmar langsung.

     Dilmar yang tengah membaringkan tubuhnya karena lelah bangkit lalu menatap tajam ke arah Roby. Roby hanya tertawa-tawa cengengesan saat mata tajam Dilmar mengarah padanya.

     Roby menghampiri, lalu ikut berbaring di dipan besi milik Dilmar yang hanya cukup untuk satu orang. "Sialan kau," umpat Dilmar. Alih-alih marah, ia justru menggeser tubuhnya memberi ruang untuk Roby.

     Mereka berbaring berhimpitan, kadang tangan Roby memeluk iseng di perut Dilmar. Dilmar langsung menepis tangan Roby yang kekar dan kasar sama seperti tangan miliknya.

     "Sialan kau, Pot. Aku ini masih normal dan waras." Dilmar merutuk lalu bangkit dan duduk di tepi dipan besinya. Dia merasa terganggu dengan teman satu leting yang jailnya minta ampun.

     "Dil, kamu tidak hubungi istri barumu, maksudku istri yang baru kamu nikahi? Kasihan sekali, baru saja menikah kalian sudah berjauhan. Tapi, kalian pasti sudah melakukan gencatan senjata bukan? Kalau belum, akan jadi angan-angan yang menyiksa di dalam otakmu," goda Roby lagi belum beranjak dari dipan Dilmar.

     "Jangan menanyakan masalah privasi, Pot. Aku belum bisa hubungi lagi keluargaku. Kamu tahu sendiri, di dalam barak ini aku sama sekali tidak bisa menghubungi keluargaku," alasan Dilmar.

     "Istrimu, kan?" Roby meyakinkan.

     "Iyalah, siapa lagi?" dengus Dilmar.

     "Karena mantan atau sinyal sebenarnya, Pot?" singgung Roby lagi semakin tidak terkendali.

     "Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Suster Sela. Kami kembali dekat hanya karena kami bertugas di tempat yang sama. Jadi, tolonglah, Pot, jangan buat gosip yang tidak-tidak," peringat Dilmar seraya bangkit menuju dapur untuk membuat secangkir kopi.

     Roby tertawa kecut, melihat fakta yang di hadapi kawan satu letingnya saat ini. Dilmar kembali menghampiri Roby dan duduk di dipan yang masih dibaringi Roby.

     "Nanti kita ke bukit, di sana ada tower. Kamu bisa hubungi istri kamu. Tapi ingat, jangan bawa Suster Sela, bisa berabe. Dia bisa cemburu melihat kamu menghubungi istrimu," ujar Roby sembari bangkit meninggalkan Dilmar yang kini sedang menikmati kopinya.

     Dilmar mendesah setelah Roby pergi. Dadanya selalu saja berdegup apabila Roby sudah menyinggung soal Sela, mantan kekasihnya yang dulu meninggalkannya demi kuliah ke luar kota. Dan kini, tiba-tiba Dilmar dihadapkan kembali dengan mantan kekasihnya itu, di tempat tugas yang sama dengan misi yang sama juga.

     Demi membuang resah, Dilmar meraih Hp nya. Kemudian ia membuka aplikasi WA. Dilmar menscroll perlahan riwayat chat yang sudah terpampang di hadapannya. Bunyi tang tung tiba-tiba terdengar, sinyal sedang bagus sehingga pesan WA dari beberapa kawan leting maupun adik leting serentak masuk.

     Sat per satu ia membaca pesan WA itu. Dari semua pesan WA yang masuk, tidak ada sama sekali dari Vanya atau keluarganya. Karena Dilmar sudah mewanti-wanti supaya keluarganya ataupun Vanya tidak menghubunginya duluan.

     Dilmar mengarahkan jarinya ke kontak WA Vanya yang ternyata sedang on. Batinnya bertanya, sedang apa perempuan yang sudah berstatus istrinya itu saat ini.

     Dilmar menatap kontak Vanya dengan foto profil foto pengantin mereka. Tiba-tiba Vanya baru saja membuat status, sebuah jari manis tangannya yang tersemat cincin pernikahan terpajang di sana. Disusul status yang kedua sebuah ucapan dan doa.

     "Semoga selalu sehat serta dalam lindungan yang maha Kuasa. I Love Abang. Kangen," tulisnya diakhiri kata kangen. Hati Dilmar tersentuh, tapi entah kenapa dia begitu berat untuk menghubungi Vanya padahal saat ini sinyal sedang lumayan bagus.

     Kemudian mata Dilmar fokus pada chatan di kontak Vanya, terlihat di sana Vanya sedang mengetik, dan sepertinya Vanya sedang akan mengirimkan pesan untuk Dilmar. Pesan apa yang akan Vanya kirim untuk Dilmar?

Terpopuler

Comments

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

suami yang gak menghargai pernikahan mending di buang ke laut deh... apalagi tipe Dilmar ini,laki laki murahan,gampang banget berpaling...silau pekerjaan juga,karena Sella udah jadi suster sekarang...

2025-01-15

5

Ariyanti

Ariyanti

punya suami ko gtu ya,,untung punya istri yg pikirannya positif mulu,,cb kalo aku hhheee..balik kerja telat 1 jam aja pikiran udh melalang buana

2025-01-15

1

Nay

Nay

tinggalin aja tu minyak wilmar,,ben kapok

2025-02-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!