Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri

     Vanya mengangguk meyakinkan keterkejutan Bu Rahma.

     "Perceraian di dalam pernikahan kedinasan ini, tidak gampang. Harus ada bukti yang kuat kalau pernikahan itu harus bercerai. Pertama, tindakan kekerasan secara fisik. Kedua, perselingkuhan dengan membawa bukti nyata dan kita melihat sendiri bahwa pasangan kita selingkuh. Yang ketiga, tidak memberi nafkah, yang keempat kita tidak bisa melayani suami secara lahir dan batin...." urai Bu Rahma menjelaskan apa saja yang bisa menguatkan perceraian itu terjadi.

     "Sebetulnya masih ada poin lain yang menguatkan perceraian itu bisa terjadi. Tapi kalau saya ungkapkan di sini secara lisan, maka tidak akan cukup waktu untuk menjabarkan. Sebetulnya perceraian itu bisa saja dengan mudah terjadi, apabila kesalahan itu terdapat pada istrinya."

     "Seperti yang saya ungkapkan tadi di depan, seorang istri yang tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai istri, artinya dia tidak mampu secara fisik untuk melayani kebutuhan biologis suaminya, dan yang kedua, perselingkuhan yang dilakukan istri. Itu poin yang bisa mempermudah perceraian itu terjadi," lanjut Bu Rahma.

     Vanya tertegun, Dari semua poin yang diungkapkan Bu Rahma, hanya ada satu yang mengena, yaitu sebuah foto yang bisa menjadi bukti. Lalu Vanya memperlihatkan bukti itu.

     "Sebuah foto kebersamaan antara perempuan dan laki-laki, dalam hal ini suami Dik Vanya, saya rasa masih jauh untuk dijadikan bukti sebagai perselingkuhan. Walaupun bukti foto kemesraan itu ada, tidak akan cukup menguatkan jika suami sudah menyangkalnya," tutur Bu Rahma lagi.

     Vanya semakin bingung, semua yang diutarakan Bu Rahma sepertinya tidak mendukung untuknya mengajukan perceraian. Bukti foto itupun, tidak akan kuat jika nanti Dilmar menyangkalnya.

     "Lalu apa yang harus saya lakukan, Bu. Saya saat ini merasa kecewa melihat foto kebersamaan suami saya bersama perempuan lain? Apakah saya biarkan saja dan pura-pura tidak tahu apa yang selama ini suami lakukan?" Akhirnya Vanya kembali bersuara setelah tadi dia puas mendengarkan Bu Rahma bicara.

     "Dik Vanya jangan diam saja, Dik Vanya coba tanyakan dari hati ke hati. Sebelum mengajak suami bicara, Dik Vanya kumpulkan mental dan hati yang kuat, dan kendalikan emosi. Saya tahu diusia Dik Vanya saat ini, emosi itu tidak mudah dikontrol, Dik Vanya akan meluap-luap. Tapi, saran saya, sebelum bicara Dik Vanya harus berusaha kendalikan emosi, agar bicaranya bisa tenang dan berwibawa di depan suami. Agar hal ini menjadi penilaian buat suami, bahwa Dik Vanya bisa tegar disaat hati Dik Vanya tersakiti," pungkas Bu Rahma sembari menggenggam tangan Vanya, memberikannya kekuatan.

     Air mata Vanya menetes seketika, semua ucapan Bu Rahma bisa masuk ke telinganya, tapi ternyata tidak mudah diterima oleh hati. Vanya merasa ini tidak adil, padahal bukti ciuman itu sudah merupakan bukti nyata kalau suaminya berselingkuh.

     "Di dalam hidup kita selalu ada dua pilihan, memberi kesempatan atau sama sekali tidak. Tapi, di dalam pernikahan Dik Vanya yang sudah terikat secara dinas dan baru saja dilalui dalam waktu kurang lebih delapan bulan ini, sepertinya apa yang disampaikan Dik Vanya, baru bisa dikatakan ujian kecil. Banyak kejadian yang lebih parah dari Dik Vanya. Bahkan pihak istri ada yang sampai mau bunuh diri karena merasa dikhianati. Namun seiring waktu, suami sadar, dan aksi nekad sang istri pada akhirnya menjadi pelajaran bagi suami sehingga si suami sadar sepenuhnya. Dan akhirnya mereka bersatu kembali."

     "Di sini saya tidak bermaksud sok bijaksana. Tapi sebagai sesama perempuan, saya hanya bisa memberi kekuatan dan doa, semoga apa yang dialami Dik Vanya bisa dilalui dengan baik dan rumah tangganya kembali harmonis, serta suaminya bisa mencintai Dik Vanya tulus. Yang mau saya sampaikan pada Dik Vanya adalah, tetaplah berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai agama yang Dik Vanya anut, supaya diberikan kekuatan dan jalan yang terbaik."

     Setelah mendengar siraman rohani dari Bu Rahma yang terakhir, Vanya melepaskan tangan Bu Rahma dengan perlahan. Hatinya masih belum plong meskipun dengan lembut dan bijaksana Bu Rahma menyiraminya dengan kata-kata penuh motivasi ataupun berusaha menenangkan.

     "Terimakasih banyak Bu, atas pencerahannya untuk saya hari ini. Saya sangat bersyukur bisa bertemu Ibu. Semoga saya bisa melewati semua ini dengan baik dan tegar. Sekali lagi terimakasih, saya mohon doa dari Ibu agar saya diberi kekuatan sama Yang Maha Kuasa. Kalau begitu, saya pamit," ucap Vanya sembari menyalami tangan Bu Rahma sebelum pada akhirnya ia pamit.

     Keluar dari rumah Bu Rahma, jujur saja hati Vanya belum mendapat ketenangan. Sepanjang jalan, ia menangis. Vanya tidak mendapat solusi. Vanya ingin menjerit dan menangis sejadi-jadinya dengan masalah ini. Vanya mengarahkan motornya menuju sebuah taman, sepertinya ia akan melimpahkan semua masalah yang membebani hatinya di taman itu. Berharap mendapat ketenangan.

     Tiba di taman, Vanya mencari tempat yang sepi dan aman dari orang lain. Kebetulan banyak bangku kosong di sana untuk sekedar duduk termenung menenangkan diri.

     "Selama ini aku sudah memendam semua masalah ini sendiri tanpa siapapun tahu, kecuali Mbak Sisi dan Bu Rahma. Tapi, aku belum menemukan ketenangan. Lalu harus pada siapa lagi aku mencurahkan semua sakit hati ini supaya hati aku plong? Hiks, hiks," gumamnya diiringi tangis.

Berdoa saja bagi Vanya tidak cukup, sebab selama ini Vanya selalu berdoa di setiap penghujung sholatnya, tapi Vanya juga butuh sepasang tangan untuk bisa merangkulnya sampai membuat dia tenang. Tapi pada siapa? Tidak ada lagi orang lain yang bisa ia percaya. Pada kedua orang tua Dilmar, Vanya tidak ada keberanian sama sekali. Atau pada ibunya? Vanya juga bukan tipe anak yang suka membebani pikiran ibunya.

Akhirnya yang bisa Vanya lakukan saat ini adalah menangis sampai sesak di dadanya berkurang. Setelah tangisnya reda, Vanya meraih Hp nya, lalu ia memotret sepasang kakinya dari lutut ke bawah.

Vanya tiba-tiba saja memposting foto kakinya itu di status WA nya, dengan caption "***Berdiri di atas kaki sendiri dan bertumpu juga di atas kaki sendiri***."

Sebetulnya Vanya ingin menjelaskan lebih panjang arti dari sepasang foto kakinya itu, yakni selama ini dia memendam sendiri masalahnya dari keluarga, menghadapinya juga sendiri dan pada akhirnya dia sendiri yang menyelesaikannya. Tapi, dengan cara apa dia harus menyelesaikannya, karena Vanya belum tahu seperti apa penyelesaiannya nanti?

Vanya berdiri dari bangku di taman itu, ia menyudahi keberadaannya di sana. Kini langkahnya menuju parkiran taman untuk menghampiri motornya. Vanya meninggalkan taman itu, dengan hati yang masih sedih dan galau.

Saat motor Vanya melintas dan keluar dari taman itu, dua pasang mata tengah mengamatinya dan mengikuti ke mana Vanya menjalankan motornya.

Terpopuler

Comments

Miftahur Rahmi23

Miftahur Rahmi23

Kalau suami yg selingkuh, dipersulit kah perceraian nya?

2025-02-07

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

di part di atas Vanya bawa mobil...ini ganti bawa motor kk Thor...

2025-01-19

1

Miftahur Rahmi23

Miftahur Rahmi23

Hedeuh, ujung ujungnya disuruh sabar. Kek berat sepihak nggak sih. Gini nih kalau cewek yg disakiti, ujung-ujungnya dipersulit. tapi kalau cowok yg minta cerai, pasti cepat dan yang pasti cewek yg disalahkan, walaupun sebenarnya dia yang salah/Smug/

2025-02-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!