Bab 16 Kepulangan Dilmar

     "Vanya, besok Dilmar pulang, hari ini kamu tidak usah nginap di rumah ibumu. Langsung saja pulang ke rumah mama," ucap Bu Sonia.

     "Iya, Ma." Vanya menjawab pendek. Namun di dalam hati sebenarnya Vanya malas untuk menjemput Dilmar. Namun, karena sang mama mertua belum tahu masalah yang menimpa rumah tangganya, mau tidak mau Vanya harus hadir dan menjemput suaminya yang sudah mengkhianatinya itu.

     Setelah beberapa kali perempuan Perawat itu mengrimkan foto kebersamaan dirinya dengan Dilmar, Vanya seakan enggan untuk berjumpa lagi dengan Dilmar, ia benci dengan perlakuan Dilmar.

     Tapi atas bujukan Deby, akhirnya Vanya mau tidak mau harus menjemput Dilmar layaknya seorang istri tentara yang menyambut kepulangan suaminya dari tugas.

     "Kamu bersikaplah biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Setelah sampai rumah, baru kamu ungkapkan semua unek-unekmu pada Dilmar. Karena ini pilihan kamu dari awal, bahwa kamu tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dalam pernikahanmu, maka kamu harus hadapi dulu Dilmar, tanyakan baik-baik apa maunya. Kamu berhak memutuskan setelah Dilmar memberi sebuah jawaban. Selebihnya kakak hanya menyerahkan sepenuhnya keputusan ada di tanganmu. Dan jika kamu merasa perlu mama dan papa turun tangan, maka kakak akan bantu kamu untuk bicara sama mama dan papa," ujar Deby terdengar bijaksana.

     Beruntung disaat Vanya sudah hampir menyerah, Deby tiba-tiba datang dan mendesaknya untuk menceritakan masalah yang sedang dialami Vanya. Akhirnya Vanya bercerita setelah didesak Deby. Deby pun ikut turun tangan, diantaranya menghubungi Sela lalu menggertaknya supaya Sela menjauh dari Dilmar.

     Besoknya, Vanya dan kedua mertuanya sudah bersiap dari sejak pagi untuk menjemput kepulangan Dilmar dari Papua. Bu Sonia sengaja hari ini tidak ke toko, dan Vanya pun sama.

     "Van, sekalian bawa pakaianmu. Karena Dilmar bilang semalam sama mama, dari kesatuan ia ingin diantar langsung ke rumahnya," berita Bu Sonia. Vanya mengangguk dan segera menuju kamar untuk menyiapkan baju-bajunya yang dipakai di sini selama menginap.

     Bu Sonia juga sudah memerintahkan Bi Jumsih dan Mang Karsim untuk ke rumah Dilmar, menyiapkan makanan di sana untuk menyambut kedatangan Dilmar.

     Hp Vanya berdering, panggilan dari Vela masuk.

P0pppppp0pp0000000

     "Assalamualaikum Teh Vanya, Vela ikut jemput. Vela langsung ke kesatuan Bang Dilmar saja bareng A Vero, ya?"

     "Kamu jadi jemput, Vel? Ya, sudah, kamu langsung saja ke kesatuan bersama Vero, ya," balas Vanya membuat Vela di ujung telpon terdengar girang.

     Siang semakin menanjak, Pak Harun segera menyeru istri dan menantunya untuk memasuki mobil. Setelah semua siap, mobil itupun segera melaju menuju kesatuan Dilmar bertugas.

     Semua anggota keluarga yang akan menjemput, ternyata sudah sebagian besar berada di kesatuan.

     Pak Harun dan Bu Sonia juga Vanya sudah menduduki kursi penjemput. Tidak lama kemudian, Vela dan Vero juga tiba di kesatuan dan menduduki kursi penjemput.

     Vanya semakin dilanda gelisah menjelang detik-detik pertemuan dirinya dan Dilmar. Sementara hubungannya saat ini dengan Dilmar benar-benar renggang dan menjauh, karena Vanya yang sengaja menjauh sejak dirinya berkali-kali mendapatkan kiriman foto kebersamaan Dilmar dan perawat itu.

     Akhirnya bis yang menjemput anggota Satgas dari bandara, sudah tiba di kesatuan. Satu per satu bis itu memasuki gerbang masuk kesatuan. Ada lima bis yang masuk. Satu per satu bis mengeluarkan setiap personil anggota Satgas sampai tida bersisa.

     Semua personil anggota Satgas yang baru kembali dari Papua dikumpulkan terlbeih dahulu di lapangan termasuk para tenaga kesehatan Perawat maupun dokter.

     Beberapa saat Komandan memberi sambutan, mengucapkan selamat datang dan rasa terimakasihnya terhadap semua personil Satgas yang sudah berdedikasi dengan baik selama Satgas. Tidak lupa Komandan memberikan penghargaan berupa lencana kepada para personil Satgas untuk disematkan di dada sebagai tanda pengabdian mereka selama Satgas.

     Setelah memberi kata sambutan dan ucapan terimakasih. Komandan memberikan ijin kepada para anggota Satgas, untuk menghampiri anggota keluarganya masing-masing.

     Semua personil Satgas yang baru pulang, berjalan tegap menuju keluarganya masing-masing. Mereka masih mencari-cari di mana anggota keluarganya yang menjemput, termasuk Dilmar. Dilmar mengarahkan matanya ke berbagai sudut. Tatap matanya mengarah pada sosok perempuan yang mengenakan rok panjang semata kaki yang berdiri di samping perempuan paruh baya yang telah melahirkannya.

     Senyum Dilmar merekah, langkahnya tegap ke arah keluarganya yang sudah menunggu.

     Semakin dekat, dan jantung Vanya semakin berdegup kencang. Wajah yang selama ini dirindukan sekaligus dibencinya, kini ada di dekatnya. Wajah itu nampak semakin tampan, mungkin karena lama Vanya tidak bertemu Dilmar. Meskipun warna kulit wajahnya sedikit terlihat gelap, tapi tidak memudarkan ketampanannya.

     Seandainya hati Vanya tidak kecewa, mungkin saat ini kehadiran Dilmar sudah ia sambut dengan senyum yang merekah. Tapi, kini, Vanya harus berpura-pura merekahkan senyum di hadapan Dilmar selagi ada kedua mertua di sampingnya.

     "Mama." Orang pertama yang Dilmar rangkul adalah sang mama. Dia memeluk lalu mencium tangan sang mama. Setelah itu Pak Harun, dipeluknya beberapa saat lalu dicium tangannya seperti apa yang dia lakukan pada Bu Sonia.

     "Di mana Kak Deby, dia tidak datang?" tanya Dilmar menanyakan Deby.

     "Kakakmu tidak jadi datang, karena perutnya tadi mendadak keram terus," jawab Bu Sonia memberi alasan.

     "Bang Dilmar, Abang sudah kembali dengan selamat. Alhamdulillah." Vela dan Vero menghampiri Dilmar duluan sebelum Dilmar menghampiri mereka dan Vanya. Dilmar sedikit kaget melihat Vela dan Vero menghampirinya dan menyalaminya. Kini tinggal satu orang yang masih belum menyambutnya, yakni Vanya.

     Dilmar menggeser kakinya ke arah Vanya, matanya menatap wajah Vanya yang sejak tadi hanya memberikan seulas senyum. Wajah cantik yang selalu ceria itu, kini seakan mahal akan senyuman. Dilmar mendekat dengan jantung yang tiba-tiba berpacu cepat. Tatap kedua orang tua maupun kedua adik iparnya, memaksanya untuk segera merangkul Vanya.

     Dilmar merangkul bahu Vanya dan memeluknya seperti sedang menumpahkan kerinduan yang dalam. Vanya tidak berontak, karena ini bagian dari sandiwaranya untuk tetap terlihat bahagia di depan kedua mertuanya.

     "Vanya, ada banyak kata yang ingin aku katakan padamu. Tapi nanti di rumah," bisik Dilmar seraya mengurai rangkulannya di bahu Vanya.

     Dilmar menatap Vanya sejenak lalu memberikan sebuah kecupan di kening perempuan yang kini sedang kecewa itu. Kini giliran Vanya yang beraksi, Vanya meraih tangan Dilmar lalu menciumnya. Beberapa pasang mata lain mengarahkan tatap ke arah Dilmar dan Vanya. Mereka antara lain, pasangan Dilan dan Roby, juga seorang perempuan berbaju Perawat, tidak lain Suster Sela.

     Vanya sengaja mengarahkan tatap ke arah Suster Sela, dadanya bergoncang hebat kala tatapnya berbalas. Ada kemarahan di sana yang saat ini sedang ditahan Vanya.

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

yaahh....cuma dikit ..ditunggu update nya Thor. .jgn lama²....😊

2025-01-19

1

anyarai

anyarai

thor, sehari up brp bab,,

2025-01-20

1

Lendra malayu

Lendra malayu

thorr,, yg banyak dong up nya, penisirin nihhhh /Grimace/

2025-01-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!