Bab 19 Tantangan Vanya

     Dilmar termenung di depan teras rumahnya, dengan sebatang rokok di sela jarinya. Asap rokok membumbung di udara, berjalan sesuai arah angin. Untuk beberapa jenak Dilmar memikirkan kembali semua yang terjadi dalam diri dan rumah tangganya. Vanya berubah, kini baru disadarinya memang atas kesalahannya. Kedatangan Sela ke kota ini, membuat Dilmar terkenang kembali masa lalu yang sempat merajut asa dan harapan.

    "Nanti setelah lulus kuliah dan aku jadi Perawat, aku siap menikah dengan Kakak," kenangnya mengingat kembali ucapan Sela tiga tahun lalu, sebelum akhirnya Sela memutuskan ke kota Yogyakarta untuk kuliah di sana. Kemudian hubungan mereka putus, karena Dilmar tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh terlalu lama. Salah Sela sendiri kenapa ia kuliah ke Yogyakarta, padahal di kota ini saja, untuk jadi Perawat, masih banyak sekolah keperawatan yang bagus dan langsung disalurkan ke RS ternama.

     Dan kini setelah Sela kembali ke kota yang sama, lalu sebuah tugas yang sama dibebankan pada mereka dari instansi masing-masing ke wilayah yang sama. Semua membuat Dilmar mulai berpikir aneh, mungkinkah kebersamaan yang tiba-tiba dan tidak direncanakan itu adalah rencana mempersatukan dirinya kembali dengan Sela?

     Dilmar terbawa perasaan, lalu dengan senang hati menyambut kedatangan Sela dan memberi harapan kembali, karena tidak diduga Sela justru mengungkapkan kembali perasaannya terhadap Dilmar dan ingin kembali merajut asa bersama Dilmar, meskipun saat itu Sela sudah tahu kalau Dilmar sudah menikah.

     Perubahan sikap itulah yang membuat Dilmar berbeda dan dingin terhadap Vanya, perempuan muda yang setahun terakhir sudah menemaninya. Cinta Dilmar merekah kembali pada Sela seminggu sebelum dirinya menikah dengan Vanya. Dan Dilmar saat itu merasa yakin kalau cinta yang sebenarnya telah kembali. Namun, Dilmar tidak bisa memutuskan begitu saja rencana pernikahan antara dirinya dan Vanya yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, tapi godaan cinta lama justru datang saat dirinya seminggu lagi menikah.

     "Mungkin saat itu aku salah duga kalau kehadiran Sela kembali ke kota ini adalah takdir cinta, melainkan ujian cinta. Kenapa aku bisa seantusias itu saat tahu Sela kembali ke kota ini, sedangkan aku seminggu lagi menikahi Vanya?" batinnya penuh sesal.

     "Aku harus bicara dengan Sela, kenapa dia sampai mengirimkan kembali foto itu pada Vanya, padahal aku sudah mengingatkannya supaya jangan disebar pada siapa-siapa." Dilmar berdiri, membuang puntung rokoknya di asbak, lalu berjalan menuju kamarnya.

     Tiba di kamar, Dilmar sudah mendapati Vanya berada di meja rias. Sepertinya dia akan berangkat ke toko sang mama untuk bekerja.

     "Kamu mau ke toko?" tanya Dilmar.

     Tidak ada jawaban dari Vanya, ia berdiri menyudahi riasannya lalu meraih tas yang tergeletak di atas ranjang.

     "Dengar tidak ucapanku, Vanya? Kamu jangan pergi, temani aku di rumah karena selama seminggu aku cuti dari kantor. Nanti bilang sama mama kalau kamu tidak usah bekerja selama aku cuti," ujarnya seraya meraih lengan Vanya dan menarik tubuhnya menjadi dekat. Dan Dilmar bicara di depan wajah Vanya yang sudah cantik dan dipoles riasan tipis.

     Wajah Vanya masih menghindar seperti kemarin, selain memang masih jijik dengan bayang-bayang ciuman yang dilakukan Dilmar dan perawat itu, Vanya juga tidak suka dengan bau rokok dari mulut Dilmar.

     "Jangan menghindar terus, tatap aku penuh cinta dan ceria seperti kamu selalu menatap aku sebelum kita menikah," perintah Dilmar. Vanya tidak menyahut, dia berusaha menahan nafasnya karena tidak mau menghirup bau rokok dari mulut Dilmar.

     Secepat kilat tangan Dilmar sudah meraih tengkuk Vanya lalu meraih bibir Vanya dan mengecupnya dengan lembut. Vanya langsung menghindar dan menahan dada Dilmar dengan tangannya sehingga ciuman itu terlepas.

     "Lepaskan, mulut Abang bau rokok," tepisnya seraya meraih tisu dan mengusap mulutnya kuat-kuat seolah sedang membuang kotoran di mulutnya.

     Emosi Dilmar kembali tersulut melihat reaksi Vanya separah itu. Vanya seakan jijik ketika diciumnya.

     "Durhaka kamu menolak keinginan suami untuk mencium dan menjamahmu," hardiknya.

     "Lalu apa tidak dosa apa yang Abang lakukan di belakang Vanya? Menjalin kasih dengan perempuan lain lalu berbuat hina dan diperlihatkan buktinya dengan mengirimkan foto kemesraan kalian? Kalian mungkin saja sudah berbuat sejauh itu, maka wajar jika Vanya merasa jijik saat dicium atau bahkan disentuh Abang. Apa Abang tidak berpikir kalau Vanya akan sakit hati dan kecewa? Abang justru sengaja memberikan nomer Vanya, supaya perempuan itu bisa menyakiti Vanya, kan?" tuding Vanya sembari kembali terisak.

     Sejenak Dilmar terkesiap dengan semua ocehan dan tudingan Vanya. Yang dikatakan Vanya tidak semuanya benar.

     "Semua yang dikatakan olehmu tidak semua benar, Vanya. Bukti foto-foto itu tidak bisa kamu simpulkan sepihak bahwa aku dan dia telah berbuat atau melakukan hal yang jauh. Itu hanya foto kebersamaan yang wajar-wajar saja. Kalau kamu merasa aku telah mengkhianati kamu, aku minta maaf, aku memang khilaf. Tapi, aku dan dia tidak pernah melakukan hal di luar batas seperti yang kamu pikirkan. Pakai saja logika, waktu kami habis dengan tugas, untuk bersenang-senang sepertinya tidak banyak waktu. Percayalah padaku," tegas Dilmar seraya mendekati Vanya yang masih marah. Sayangnya Vanya menjauh, dia sama sekali tidak percaya dengan ucapan Dilmar.

"Dan nomer telpon itu, aku tidak merasa dengan sengaja memberikan pada dia. Mungkin saja dia mencari tahu nomermu tanpa sepengetahuanku," sangkal Dilmar.

     "Lalu ciuman itu?"

     "Sela mencuri ciuman disaat barak sepi, lalu tanpa sepengetahuanku dia memotret aksinya. Tolong percaya aku, aku tidak separah dugaanmu," rayu Dilmar berharap Vanya percaya.

     "Tapi gelagat seperti ini sudah Vanya endus seminggu sebelum kita menikah, Bang. Kedatangan dia ternyata yang membuat Abang berubah. Sekarang Vanya sadar, cinta Bang Dilmar tidak tulus untuk Vanya. Abang hanya menginginkan perempuan berseragam," tegasnya.

     Vanya menangis mengingat cinta Dilmar karna melihat dari seragam, sedangkan dirinya bukanlah apa-apa.

     "Maafkan, aku. Aku khilaf, tolong maafkan aku." Dilmar meraih bahu Vanya yang bergetar karena menangis, lalu ia merangkulnya.

     Vanya berdiri dan melepaskan tangan Dilmar. "Berikan saja bukti bahwa Vanya menolak melayani Abang di hadapan atasan Abang, agar pengajuan cerai kita bisa dipermudah. Vanya ikhlas asal Vanya bisa terbebas dari lelaki munafik seperti Abang."

     "Vanya, apa maksudmu? Kamu ingin berpisah dari Abang?" Dilmar terkejut dengan ucapan Vanya.

     "Iya, karena Vanya tahu kalau cinta Abang bukan untuk Vanya perempuan biasa. Abang bisa ajukan sesuka hati Abang, katakan di hadapan atasan Abang, kalau Vanya istri pembangkang agar perceraian kita bisa dikabulkan," tukas Vanya sembari beringsut dan keluar dari kamar dengan berlari.

     "Apa maksudmu? Kamu menantang untuk bercerai? Memangnya semudah itu kita bercerai?" balas Dilmar meninggi.

     "Mudah saja, jika Abang mempunyai bukti kalau Vanya bersalah. Dan katakan saja Vanya bersalah, kalau Vanya adalah istri yang tidak mau melayani suaminya saat diajak hubungan. "

     "Tahu dari mana kamu tentang perceraian? Seenaknya saja bicara, memangnya kamu mampu jika aku permalukan dan menganggap kamu adalah istri yang tidak becus melayani suami di atas ranjang?"

     "Vanya sanggup, Vanya tidak apa-apa dipermalukan seperti itu oleh Abang di depan atasan Abang, daripada tidak dicintai dengan tulus. Karena Vanya memang sudah pernah meminta pengajuan cerai. Pengajuan kita bisa dipermudah asal kesalahan ada di pihak istri. Cari saja cara sesuka Abang, supaya Vanya memang salah di mata pengadilan," tukasnya seraya beringsut dan pergi meninggalkan Dilmar di kamar.

     

Terpopuler

Comments

@arieyy

@arieyy

cowok emang gitu...ketika cinta masa lalu muncul 😩

2025-02-19

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

yuhuuuu gimana Dilmar??? Soook...aku terlalu menganggap remeh seorang Vanya...kamu pikir Vanya akan tetap diam diselingkuhi... ceraikan Vanya,kan kamu juga mau balikan sama Sela...

2025-01-21

4

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Dilmar mmg harus merasakan sakitnya dicuekin....biarkan sekarang dia mikir, siap yg terbaik, Vanya atau Sela....

2025-01-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!