Bab 8 Pengacau Datang

     "Dil, aku peringatkan sekali lagi, jangan kena jebakan cinta Sela. Dia saat ini sudah tahu bahwa kau sudah memiliki istri, tapi anehnya Sela selalu saja berusaha mendatangimu dan meminta tolong ini dan itu sama kamu. Aku curiga, dia ingin balikan denganmu dengan cara merebutmu dari istrimu," peringat Dilan.

     Dilan cukup paham dengan kondisi yang saat ini dialami Dilmar. Tidak jarang Dilmar pergi berdua dengan Sela. Mereka memang sepertinya terlibat CLBK, dan Dilmar kini mulai tergoda di kala Vanya justru berkali-kali menolak panggilannya.

     "Aku sudah pusing dengan istriku. Sudah berkali-kali aku coba menghubungi, tapi dia mengabaikan panggilanku. Bahkan Vanya berani mereject panggilanku. Buat apa aku menghubunginya lagi jika dia memang tidak mau aku hubungi? Nasib baik ada Sela yang bisa menghiburku," sergah Dilmar seakan ada pelarian setelah berkali-kali panggilannya ditolak Vanya.

     "Aneh, coba kamu cari tahu apa sebabnya? Yang jelas, kamu jangan coba-coba menjalin hubungan lagi dengan Sela, terlebih jika ketahuan atasan, kamu bisa berabe," peringat Dilan lagi seraya berdiri dari dipan besi milik Dilmar.

     "Tenang sajalah, Pot. Kamu jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Aku dengan Sela hanya partner kerja, sekaligus teman nongkrong di kafe di kala hati suntuk," kilah Dilmar enteng.

***

     "Dor, dor, dor."

     Sebuah tembakan dari negara tetangga diarahkan ke dalam wilayah Papua. Pengacau keamanan dari negara tetangga kembali membuat rusuh. Dilmar dan para anggota lainnya siaga dan memberi perlawanan balasan. Sayangnya dari penduduk setempat, sudah ada yang lebih dulu tersungkur karena kena tembak.

     "Tembak, habisi mereka!" perintah seorang Danton menyeru Dilmar dan anggotanya. Dilmar melangkah beberapa meter ke depan, lalu tiarap diikuti yang lain mengarahkan tembakannya ke arah para pengacau. Tanpa ampun tembakan balasan itu mengenai beberapa pengacau. Mereka menghentikan serangan setelah beberapa orang dari mereka berhasil dilumpuhkan. Untuk menghindari banyak korban, para pengacau lainnya segera berlari terbirit karena takut tertembak seperti beberapa temannya.

     Dilmar dan anggotanya segera mengevakuasi korban yang tadi terkena tembakan. Untung saja hanya satu orang yang terluka.

     "Bawa dia ke barak dan obati lukanya di sana. Panggilkan satu Suster dan dokter untuk segera mengobatinya," perintah Dilmar memberi aba-aba dengan tegas.

     Korban yang tertembak akibat pengacau keamanan, kini sudah dievakuasi dan dibawa ke barak pengobatan. Di dalam barak pengobatan sudah ada satu dokter dan Suster Sisi yang menangani.

     "Danru, rapatkan barisan. Perintahkan seluruh personil untuk tidak lengah," komando Danton Baja sembari sibuk dengan HT di telinganya.

     Dilmar mengarahkan anggotanya untuk merapatkan barisan dan siaga. Dia tidak ingin kecolongan lagi oleh pengacau keamanan dari negara tetangga yang tiba-tiba merusuh.

     Dilmar menuju TKP di mana seorang penduduk tadi terkena tembakan yang tiba-tiba dari para pengacau keamanan negara tetangga. Motif utama para pengacau itu, masih seputar pencurian bahan pokok. Yang tidak habis pikir bagi Dilmar, hanya demi bahan pokok, mereka tega melakukan tindakan kekerasan dengan senjata. Mereka tidak mau diajak secara persuasif, yang justru bisa menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sayangnya, para pengacau itu susah diajak berdiskusi atau diajak secara persuasif, mereka lebih mengandalkan senjata yang bicara.

     "Ijin melapor Dan, motifnya masih sama, pencurian bahan pokok dengan tindakan kekerasan," lapor Dilmar pada Danton Baja melalui HT.

     "Laporan diterima," balas Danton Baja mengakhiri komunikasinya dengan Dilmar.

     Dilmar kembali menuju barisan, dan tetap memberi kode pada para anggotanya untuk tetap siaga dan waspada.

     Jam enam sore, pergantian regu jaga dimulai. Dilmar menyerahkan tugas pada salah satu Danru lain yang berjaga dari jam enam senja sampai enam pagi.

     Dilmar beserta anggotanya kembali ke barak untuk beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk bertugas esok hari. Semua anggota senja ini nampak tergesa dan buru-buru menuju pemandian, mereka belum ada yang terlihat santai sejak kejadian penembakan tadi yang melukai salah satu penduduk.

     Jam 20.00 WIT, Dilmar sudah terlihat santai. Ia berniat menjenguk penduduk yang tadi terkena tembakan di barak pengobatan. Setelah terlihat sepi, Dilmar segera bergegas menuju barak pengobatan, dia ingin memastikan korban penembakan sudah membaik.

     Dilmar memasuki barak pengobatan, rupanya di sana ada dokter dan Sela yang mendampingi. Sela saat ini sedang mengganti perban Bapak Alaydrus yang terkena tembakan tadi.

     "Korban sudah diganti perban, setengah jam lagi berikan obat ini jika nyerinya kembali terasa," ucap dokter seraya memberikan obat anti nyeri pada Sela untuk diberikan pada bapak Alaydrus setengah jam kemudian. Sela mengangguk lalu menatap kepergian dokter Ana dari barak pengobatan.

     Mata Sela berbinar saat mendapati Dilmar ada di ruangan itu. Sela menghampiri. "Kak Dilmar," sapanya seraya meraih jemari Dilmar dan menggenggamnya. Dilmar yang sudah wangi dan rapi, ditatapnya penuh cinta. Sela merasakan getaran rindu di dalam dadanya kian membara di kala melihat sang mantan kekasih begitu tampan malam ini. Untuk itu Sela berniat menggoda Dilmar.

     "Bagaimana dengan Pak Alaydrus?" Dilmar bertanya seraya melepaskan tangan Sela.

     "Dia saat ini sedang tertidur, tapi setengah jam lagi dia akan terbangun dan harus meminum obat anti nyeri," jawab Sela seraya menarik lengan Dilmar menuju sudut ruangan yang sedikit gelap. Dengan beraninya Sela menghimpit tubuh Dilmar, ia merangkulnya dengan manja.

     "Kak, aku rindu. Bagaimana kalau kita menjalin kasih lagi seperti dulu?" rayu Sela seraya menautkan jemarinya ke dalam jemari Dilmar.

     "Jangan begini, nanti ketahuan anggota lain yang akan berjaga di sini," cegah Dilmar. Namun Sela tidak menggubris, ia justru memeluk pinggang Dilmar dengan tangan kanannya.

     Sela menatap tajam wajah Dilmar yang tampan, di sana ia menatap tanpa berkedip seraya perlahan mendekati wajah Dilmar, semakin dekat sehingga Sela berhasil menyatukan bibir mereka.

     Dilmar sedikit berontak, akan tetapi Sela berhasil mencegahnya. Ciuman mereka kini saling berbalas, Dilmar lupa bahwa saat ini dia sudah memiliki istri.

      "Sela sudah, aku tidak mau orang lain menemukan kita," protes Dilmar saat bibirnya berhasil terlepas. Akan tetapi Sela kembali meraih bibir Dilmar dan kembali ciuman itu terulang.

     Sorot senter menerangi mereka, Dilmar dan Sela terkejut. Roby tiba-tiba datang sangat mengagetkan Dilmar, jantungnya seakan mau copot.

     "Owwww, sedang terjadi meeting rupanya," sindir Roby seraya berpura-pura menyembunyikan perasaan kagetnya. Roby mendekati dipan besi yang dibaringi Pak Alaydrus.

     "Suster Sela, jangan lupa beberapa menit lagi Pak Alaydrus harus diberi obat pereda nyeri," peringat Roby seraya menghampiri Dilmar lalu menarik lengannya dan keluar dari barak pengobatan.

     Sela terlihat kesal saat melihat Dilmar dibawa keluar oleh Roby.

"Dasar pengacau keamanan," umpatnya kesal.

     "Kamu tidak takut perbuatan kalian diketahui atasan? Kita sedang bertugas di sini, sayangggg. Kalau ada yang melaporkan pada Komandan, habis kamu. Kamu tentu tidak ingin dihadapkan dengan pengadilan militer bukan? Berat bro jika sudah berhadapan dengan pengadilan militer," peringat Roby sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

     "Bukan aku yang mau, tapi Sela yang maksa."

     "Tapi kamu senang, kan?" Roby membalas dengan senyum kecut di bibirnya.

     "Kau seperti tidak pernah melakukan hal yang sama, jadi jangan munafiklah, Pot," sergah Dilmar membela diri.

     "Tapi, itu aku lakukan saat aku masih bujangan. Nakalku sudah berlalu dan habis. Sudahilah bermain-main, jangan sampai kau menyesal," peringat Roby seraya menarik lengan Dilmar menuju rumah pohon.

     "Naiklah, mumpung yang lain belum datang. Hubungilah istrimu, aku rasa sinyal saat ini sedang bagus," ujar Roby seraya berlalu meninggalkan Dilmar yang kalut.

Terpopuler

Comments

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

waaaah Baja......
anaknya Bisma dan Haura mengikuti jejak papa nya Nih...

2025-01-17

1

Miftahur Rahmi23

Miftahur Rahmi23

Ya ellah. banyak alasan lu Dilmar. bilang aja lu masih suka sama sela. bukannya intropeksi diri sendiri malah nyalahin orang lain. ciri2 pria nggak benar

2025-02-07

1

anyarai

anyarai

lanjut kk,,,
sebel bgt sama dolmar ini

2025-01-17

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!