Bab 10 Tanda Tanya

     "Kamu berfoto yang banyak dengan wajah berseri. Mbak yang akan ambil foto kamu," usul Sisi mengarahkan Vanya.

     "Tapi Mbak, itu tidak mudah dengan wajah Vanya kayak gini." Vanya menunjukkan wajahnya yang sembab karena menangis.

     "Mari duduk, mbak akan dandani kamu sebentar supaya matanya yang sembab bisa menghilang. Atau kamu saja sendiri yang dandan dan tutupi matanya yang sembab dengan make up andalanmu. Kamu juga jago dandan, secara kamu pelayan toko mamer," seloroh Sisi sembari mengajak Vanya duduk di bangku panjang di taman itu.

     "Baiklah kita mulai, ya." Sisi mulai memoles bawah mata Vanya yang sembab dengan bedak cushion andalannya yang mampu menyamarkan noda di wajah termasuk menutupi bekas bengkak karena menangis. Wajah Vanya seketika flaw less kembali layaknya ABG. Wajar saja Vanya memang masih muda di usia yang baru menginjak angka 23 ini. Tidak beda jauh dengan Sisi, ia pun sama masih nampak seperti ABG, terlebih Sisi jago dandan juga dan umurnya hanya berbeda dua tahun saja dari Vanya.

     "Balaslah pengkhianatan suami kamu dengan bahagia," celoteh Sisi sembari merapikan kembali dandanan di wajah Vanya.

     "Pura-pura bahagia mungkin, Mbak," ralat Vanya. Sisi mengangguk seraya tersenyum, menyadari kekeliruannya.

     "Baiklah kita mulai ambil foto dengan wajah tersenyum yang memikat. Tampilkan keceriaan anak muda yang hakiki, lepas tanpa beban," komando Sisi enteng. Beberapa kali Vanya gagal dengan arahan Sisi, dia masih saja terlihat muram dan susah melebarkan bibir untuk tersenyum.

     "Waduh, masih gagal. Fotonya sih bagus, tapi ini pantasnya untuk cover sebuah novel yang istrinya dikhianati," celetuk Sisi mengena langsung di hati Vanya.

     "Ayo, kita ambil lagi banyak-banyak. Kamu usahain happy, ya." Sisi kembali mengarahkan Vanya supaya menampilkan wajah yang happy.

     Beberapa kali jepret, akhirnya Sisi merasa sudah menemukan hasil yang sesuai harapannya.

     "Lumayan ada dua foto yang mewakili tema kali ini. Berpura-pura bahagia padahal hati terluka. Ayo sekarang kamu posting status WA kamu dengan caption bertamasya di alam terbuka."

     Vanya mengikuti arahan Sisi, ia memburu WA nya lalu membuat postingan sebuah foto dirinya yang berdiri menyamping dengan wajah penuh senyum bahagia sembari memegang bunga. Kebetulan di taman itu ada bunga, dan Sisi memetik satu bunga untuk properti saat Vanya diambil fotonya.

     "Apakah status Vanya akan dilihat Bang Dilmar?" Vanya ragu kalau statusnya akan dilihat Dilmar.

     "Tergantung sinyal. Mbak rasa, suamimu pasti akan melihatnya. Mbak yakin. Tunggu saja sampai jam enam malam. Kata A Roby setiap jam enam, sinyal itu kadang-kadang bagus."

     Vanya mengikuti semua arahan Sisi, dia memposting fotonya di status WA dengan maksud membalas perbuatan Dilmar yang telah mengkhianatinya di sana.

     "Tanpamu sebahagia ini."

     "Hempaslah luka dan kecewa. Pergilah jika kamu mau pergi. Biarkan bunga di sini mendapat kumbang yang lebih bisa menghargai bunganya."

     "Tidak lagi merindukan."

     Vanya sudah memposting dua foto disusul tiga postingan kalimat yang bisa membuat orang yang melihatnya penasaran. Hal ini lagi-lagi mengundang kepenasaran kakaknya Dilmar. Deby yang selalu melihat postingan Vanya, lama-kelamaan curiga dan ingin tahu maksud dari postingan Vanya.

     "Vanya, apa maksud dari ketiga postingan kamu itu?" Pesan Deby dibaca Vanya. Hati Vanya langsung berdebar, ia belum sanggup jika menceritakan hal yang sebenarnya pada kakak iparnya itu. Terpaksa Vanya mengarang cerita.

     "Tidak ada maksud apa-apa, Kak. Vanya hanya sedang menghibur diri disaat Vanya jauh dengan Bang Dilmar. Kakak harus tahu Bang Dilmar jarang menghubungi Vanya karena faktor sinyal, jadi Vanya berusaha membesarkan hati Vanya dengan status-status itu," tulis Vanya memberi balasan.

     "Kamu jangan terlalu galau atau berpikir yang tidak-tidak dengan Dilmar, sebaiknya kamu berdoa saja untuk kebaikan dia." Deby mengakhiri obrolannya dengan Vanya.

     Vanya menghela nafas dalam, ia ingin menangis lagi setelah membaca obrolannya dengan kakak iparnya barusan.

Di tempat berbeda,

     Dilmar kini sedang berjaga malam. Dua minggu ke depan kini bagian dirinya bersama regunya berjaga malam. Semua regu akan mendapat giliran malam ataupun siang. Dilmar menyampirkan senjata di bahu kanannya, lalu ia berjalan menghampiri pos. Di dalam pos ada Dilan di sana, yang tengah sibuk menerima laporan dari HT nya.

     Beberapa meter dari pos penjagaan, tepatnya di samping kiri pos, ada rumah pohon yang sengaja dibuat untuk sesekali memantau keadaan di bawah bukit sana di negara tetangga. Dilmar menaiki rumah pohon setelah berbicara dengan Dilan. Dilan setuju dan membiarkan Dilmar pergi menaiki rumah pohon.

     Situasi dan kondisi terlihat aman tidak ada pergerakan yang mencurigakan dari negara tetangga, sehingga Dilmar sedikit lega dan berharap situasi ini terus berlangsung.

     Dilmar meraih Hp nya, ia mencuri kesempatan untuk mengintip WA nya. Ada beberapa notifikasi pesan yang masuk, termasuk dari Sela. Dilmar membuka pesan WA dari Sela yang cukup mengejutkan dirinya. Foto ciuman di dalam barak pengobatan berhasil dikirimkan Sela pada Dilmar. Dilmar kecewa kenapa Sela bisa mengambil foto itu, lalu kini dikirimkan padanya.

     "Hapus foto itu, Sel. Dan jangan kamu sebar lagi sama Kakak atau siapapun," peringat Dilmar was-was. Dilmar tidak menduga saat Sela menciumnya, Sela juga mengabadikan moment itu.

     Setelah mengirimkan pesan balasan pada Sela, Dilmar membuka pesan dari teman-temannya yang lain. Lalu terakhir, Dilmar melihat postingan status WA Vanya, istrinya. Vanya memposting dua buah foto yang terlihat berseri dan bahagia. Vanya terlihat semakin cantik. Dilmar berdecak mengagumi kecantikan istrinya sendiri tanpa disadarinya.

     "Syukurlah kalau Vanya sedang bahagia. Aku jadi merindukannya. Tapi kenapa dia sekarang tidak mau aku hubungi? Benar-benar aneh," pikirnya.

     Dilmar melanjutkan lagi melihat status Vanya yang lain. Dilmar membaca satu per satu status Vanya lalu diresapinya.

    "Tanpamu sebahagia ini."

     "Hempaslah luka dan kecewa. Pergilah jika kamu mau pergi. Biarkan bunga di sini mendapat kumbang yang lebih bisa menghargai bunganya."

     "Tidak lagi merindukan."

     Ada rasa sesak saat membaca kalimat kedua dan ketiga yang diposting Vanya. Sehingga Dilmar memutuskan untuk menghubungi Vanya setelah ini, mumpung situasi sedang aman.

     Hp Vanya berdering tanda aktif, Dilmar berharap Vanya segera mengangkat panggilannya. "Angkat dong Vanya," ujarnya tidak sabar.

     Karena panggilannya tidak digubris, Dilmar akhirnya mengirimkan pesan WA untuk yang pertama kalinya di bulan ketiga dirinya di perbatasan.

     "Dik, kamu sedang apa? Kenapa telpon abang tidak kamu angkat? Kamu sehat-sehat saja, kan? Kamu tidak merindukan abang?" Pesan itu terkirim, kalimatnya persis ketika Dilmar masih pacaran dengan Vanya. Memanggilnya adik dan bukan sayang.

     Dilmar bahagia saat pesannya dibaca Vanya, kini dirinya menunggu balasan dari istrinya yang akhir-akhir ini sulit dihubungi.

     Dilmar bahagia ketika pesannya benar-benar dibalas Vanya. Namun Dilmar tersentak.

Vanya hanya mengirimkan tanda tanya yang banyak sebagai balasan dari chat yang dikirimkan Dilmar.

"?????"

Dilmar tidak paham dengan balasan yang dikirimkan Vanya. Dia mulai berpikir keras, apa maksud yang tersirat dari tanda tanya yang dikirimkan Vanya untuknya?

Terpopuler

Comments

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

wow...mantap Vanya...dengan caramu seperti ini biarkan Dilmar mendepak Sella dengan sendirinya tanpa kamu bersusah susah turun tangan langsung menghadapi pelakor...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

2025-01-17

2

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

Masih penasaran dengan Sisi...
tulus atau ada modus...
semoga tulus ya Sisi...

2025-01-17

2

Lendra malayu

Lendra malayu

bagus vanya,, jgn tenggelam dlm kesedihan,,pelakor jelas jauh levelnya dr istri sah

2025-01-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2 Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3 Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4 Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5 Bab 5 Kabar dari Sisi
6 Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7 Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8 Bab 8 Pengacau Datang
9 Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10 Bab 10 Tanda Tanya
11 Bab 11 Mulai Melupakan
12 Bab 12 Konsultasi Perceraian
13 Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14 Bab 14 Desakan Deby
15 Bab 15 Gertakan Deby
16 Bab 16 Kepulangan Dilmar
17 Bab 17 Pertengkaran
18 Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19 Bab 19 Tantangan Vanya
20 Bab 20 Dilabrak Deby
21 Bab 21 Tiket Bulan Madu
22 Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23 Bab 23 Mengobati Dilmar
24 Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25 Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26 Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27 Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28 Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29 Bab 29 Bekerja Kembali
30 Bab 30 Pesan Dari Vela
31 Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32 Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33 Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34 Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35 Bab 35 Bertemu Sela
36 Bab 36 Cemburu
37 Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38 Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39 Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40 Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41 Bab 41 Janji Dilmar
42 Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43 Bab 43 Pembicaraan Anu
44 Bab 44 Ketindihan
45 Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46 Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47 Bab 47 Abang Nggak Pulang
48 Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49 Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50 Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 Melepas Kepergian Satgas
2
Bab 2 Menghubungi Dilmar di Jam yang Salah
3
Bab 3 Suara Perempuan di Ujung Telpon
4
Bab 4 Status WA Vanya "Kangen"
5
Bab 5 Kabar dari Sisi
6
Bab 6 Status WA Vanya 'Sedih dan Kecewa'
7
Bab 7 Ada Apa Dengan Istriku?
8
Bab 8 Pengacau Datang
9
Bab 9 Vanya Semakin Patah Hati
10
Bab 10 Tanda Tanya
11
Bab 11 Mulai Melupakan
12
Bab 12 Konsultasi Perceraian
13
Bab 13 Bertumpu di Atas Kakinya Sendiri
14
Bab 14 Desakan Deby
15
Bab 15 Gertakan Deby
16
Bab 16 Kepulangan Dilmar
17
Bab 17 Pertengkaran
18
Bab 18 Vanya Jijik Dengan Dilmar
19
Bab 19 Tantangan Vanya
20
Bab 20 Dilabrak Deby
21
Bab 21 Tiket Bulan Madu
22
Bab 22 Babak Belur Bagaikan Sang Pecundang
23
Bab 23 Mengobati Dilmar
24
Bab 24 Dilmar Tidak Mau Bicara Sepatah Katapun
25
Bab 25 Cengkraman Tangan Dilmar
26
Bab 26 Ikut Mandi Denganku!
27
Bab 27 Siapa Sidik Zamzami?
28
Bab 28 Vanya Sudah Menikah
29
Bab 29 Bekerja Kembali
30
Bab 30 Pesan Dari Vela
31
Bab 31 Pertemuan Vanya dan Sidik
32
Bab 32 Tidak Sadar Keceplosan
33
Bab 33 Khasiat Sambal Kencur
34
Bab 34 Buket dan Perhiasan Pemberian Sidik
35
Bab 35 Bertemu Sela
36
Bab 36 Cemburu
37
Bab 37 Mengembalikan Kotak Perhiasan
38
Bab 38 Bertandang ke Rumah Roby
39
Bab 39 Vanya Mengerjai Dilmar
40
Bab 40 Sela Sudah Bukan Selera Dilmar
41
Bab 41 Janji Dilmar
42
Bab 42 Melepas Kepergian Dilmar Secapa
43
Bab 43 Pembicaraan Anu
44
Bab 44 Ketindihan
45
Bab 45 Kerinduan Setelah Satu Bulan Tidak Bertemu
46
Bab 46 Menengok Bayinya Deby
47
Bab 47 Abang Nggak Pulang
48
Bab 48 Kelulusan dan Rafelan
49
Bab 49 Kejutan Untuk Dilmar
50
Pengumuman Karya Baru #Hanya Adik Angkat Sersan Davis#Pantulan Tubuh di Cermin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!