Bab 20

Mayra berdiri termenung di balkon Apartemen sambil menatap langit yang sudah mulai menggelap. Entah mengapa, perasaannya tiba-tiba gundah.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Agam yang tiba-tiba muncul di belakang Mayra.

Mayra menoleh, menatap sekilas Agam yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk basah, namun saat pandangan Mayra turun ke bawah, buru-buru ia memalingkan wajah yang mungkin saja terlihat memerah saat melihat tubuh bagian atas Agam yang terbuka. Agam memang hanya memakai selembar handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, sementara tubuh bagian atas, ia biarkan terbuka.

"Kenapa?" tanya Agam, pura-pura tidak mengerti dengan tingkah Mayra yang justru terlihat menggemaskan.

"Pa-pakai bajumu dulu," ucap Mayra terbata, pipinya bahkan bersemu merah.

Sambil tersenyum tipis, Agam menuruti perintah Mayra. Agam berbalik kembali ke dalam kamar untuk memakai pakaian.

Cukup lama Agam meninggalkan Mayra sendiri di balkon, karena setelah memakai pakaian Agam sibuk berbicara dengan Ayah Vino lewat sambungan telepon. Begitu selesai mengobrol, Agam kembali menghampiri Mayra yang masih berdiri di balkon, memandang ke arah langit yang terlihat gelap.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Agam, pemuda itu berdiri di samping Mayra dengan mencondongkan tubuhnya, kedua tangannya berpegangan pada pagar pembatas, Kedua mata Agam memandang kerlap kerlip lampu jalan di bawah balkon.

"Bukan apa-apa," bohong Mayra, kedua tangannya buru-buru mengusap kedua matanya yang tergenang air mata.

Agam kembali menegakkan tubuhnya, melipat kedua tangannya di dada. "Sedang mencoba membohongiku, atau membohongi diri sendiri?" sindir Agam tanpa menatap ke arah Mayra.

Mayra menghela nafas, berusaha menguatkan hati dan menutupi kesedihannya di depan Agam.

"Kamu ... tidak selalu tahu semua tentangku," jawab Mayra, tanpa berani menatap wajah Agam.

Dahi Agam mengernyit, sedetik kemudian tersenyum tipis. "Aku selalu tahu apapun tentangmu! Bahkan saat Kamu sedang merindukan mereka, seperti saat ini!"

Mayra menoleh, menatap sekilas wajah datar Agam, Kemudian kembali melempar pandangannya ke arah langit yang terlihat gelap tanpa bintang-bintang yang bertaburan, bahkan bulan pun tampak malu-malu menampakkan diri malam ini.

Agam memang sulit Mayra tipu. Entah bagaimana, pemuda itu selalu tahu apa yang ada dipikiran Mayra.

Mayra memang tengah merindukan kedua orangtuanya. Meski belum pernah melihat bagaimana rupa keduanya, namun tetap saja, Mayra merindukan mereka. "Agam... Apa mereka juga merindukanku?" lirih Mayra sambil menatap ke atas langit, membayangkan jika kedua orangtuanya tengah berada di sampingnya saat ini.

Agam menoleh, menatap ke arah wajah Mayra yang terlihat tengah menahan kesedihannya. "Mereka tidak merindukanmu, karena mereka terlalu bodoh," ucap Agam dalam hati.

*****

Sementara di Mansion Keluarga Wiranata, Ayah Vino kembali mengobrol bersama Tuan Ferdian Wiranata setelah selesai menghubungi Agam. Sedangkan Bunda Alya tengah beristirahat di salah satu kamar yang ada di Mansion. Malam ini, sepasang suami istri itu menerima permintaan Nyonya pemilik Mansion untuk menginap di sana.

"Tuan Ferdian, saya harap anda segera mengambil keputusan tentang apa yang sudah saya sampaikan siang tadi," ucap Ayah Vino sambil meletakkan kembali cangkir berisi kopi yang baru saja diminumnya.

Tuan Ferdian terdiam, masih mempertimbangkan permintaan yang Ayah Vino sampaikan siang tadi perihal Nabila.

"Saya tidak bisa memutuskan semuanya sendiri, Tuan Vino! Pendapat Istri saya tidak bisa diabaikan begitu saja, meskipun Nabila pasti akan sangat senang dengan apa yang anda sampaikan tentangnya,"

Tuan Ferdian memang sudah berusaha menyampaikan keinginan Ayah Vino pada sang istri. Namun sepertinya, Nyonya Mayang memiliki pendapatnya sendiri. Sehingga Tuan Ferdian harus kembali mempertimbangkan keputusannya.

Ayah Vino menganggukkan kepala, menyetujui apa yang Tuan Ferdian katakan. Tentu saja, ia tidak bisa memaksa keluarga Wiranata memenuhi keinginannya. Apalagi Tuan Ferdian Wiranata adalah seorang suami dan Ayah yang begitu menyayangi keluarganya. Laki-laki berusia 40 tahunan itu pasti akan berpikir matang dalam mengambil keputusan.

******

Kembali pada Agam dan Mayra.

Sedari keluar dari Apartemen, Mayra sengaja mengunci mulutnya rapat-rapat, hingga kini tengah berada di dalam mobil pun, Mayra memilih menatap ke arah kaca samping mobil, sementara Agam, tetap fokus mengemudikan mobil menuju kediaman Mahardika.

"Berapa lama?" tanya Mayra yang mulai membuka suara lebih dulu. Mayra merasa tidak nyaman terus mengunci mulut, padahal pikiran dan rasa penasarannya menggunung.

Agam menghela nafas, melirik sekilas pada Mayra yang masih enggan menatapnya. Jelas terlihat jika Mayra masih kesal padanya.

Kekesalan Mayra bermula saat ia memberanikan diri meminta untuk ikut pergi bersama Agam ke luar negeri. Dengan dalih memberi semangat pada Agam yang hendak bertanding besok. Namun keinginan Mayra langsung ditolak keras oleh Agam.

Agam tentu memiliki alasan kuat sehingga menolak keinginan Mayra.

"Berapa lama kamu berada di sana?" ulang Mayra ketus.

"Satu Minggu," jawab Agam singkat.

Mayra langsung menoleh, menatap nanar Agam yang hendak pergi hingga satu Minggu lamanya. Ini merupakan kali pertama Agam pergi jauh dengan waktu terbilang lama. Biasanya, ketika mengikuti Olimpiade atau kejuaraan olahraga, Agam hanya pergi paling lama 2 sampai 3 hari saja.

"Kenapa bisa sampai satu Minggu? Lalu bagaimana dengan tugas-tugas sekolahku?" protes Mayra yang tidak rela Agam pergi terlalu lama. Sudah pasti ia akan kerepotan mengerjakan tugas tanpa bantuan Agam.

Kembali, Agam menghela napas. Gadis yang duduk di sampingnya ini begitu mengkhawatirkan tugas sekolah, padahal tadinya Agam berfikir, Mayra akan mengkhawatirkan atau merindukannya, jika ia pergi cukup lama.

"Bukankah sudah ku bilang untuk belajar mengerjakan tugasmu sendiri!" Agam men jeda kalimatnya untuk menepikan mobil lebih dulu. "Kerjakan sendiri tugasmu! jangan berfikir untuk meminta bantuan Rere apalagi Om-Om mesum itu!" lanjut Agam setelah ia menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan.

Mayra menelan keras saliva-nya, mendengar Agam yang mulai menaikkan nada bicara cukup membuat nyali Mayra menciut.

"Kenapa sampai satu Minggu? Bukankah biasanya hanya dua sampai tiga hari saja?" tanya Mayra ragu-ragu. Khawatir Agam semakin kesal, tapi rasa penasarannya tidak bisa ia abaikan begitu saja.

"Karena di sana ... " Agam kembali men jeda kalimatnya, "Di sana, aku ... Aku bisa sekalian menemui Nabila," jawab Agam tanpa menatap Mayra. Wajah Agam tetap fokus ke depan dengan kedua telapak tangan yang mencengkram erat kemudi mobil.

Begitu Agam menyebut nama Nabila, Mayra langsung terperangah, kebersamaannya bersama Agam seharian membuatnya melupakan satu hal tentang Agam, yakni Status Agam yang merupakan kekasih sahabatnya.

Mayra menundukkan wajah, bayangan wajah Sahabat baiknya semasa sekolah SMP berkelebat di benak Mayra. "Nabila... kenapa aku sampai melupakan itu?" gumam Mayra dalam hati. Rasa bersalah kini menyelimuti perasaan Mayra. "Sungguh bodoh, bisa-bisanya aku terbawa perasaanku sendiri," Mayra merutuki kebodohannya. Namun Mayra juga teringat saat Agam lebih dulu membuainya dengan perlakuan manis.

"Lalu, apa maksud Agam mencium ku saat di Apartemen tadi? Bukankah artinya Agam juga memiliki perasaan terhadapku? Tapi... Bagaimana dengan Nabila?" begitu banyak pertanyaan tentang Agam membuat Mayra merasa frustasi. Mayra ingin bertanya langsung, namun merasa segan saat melihat raut wajah datar Agam. Sungguh, ekspresi Agam sangat jauh berbeda saat tengah berada di Apartemen tadi.

"A-Agam ... " Mayra mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

"Lupakan apa yang sudah aku lakukan padamu saat di Apartemen tadi! Anggap saja, itu adalah caraku menunjukkan kasih sayang terhadap sahabat kekasihku," potong Agam.

DEG ...

*****

Bersambung dulu,

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Belengceeeeek benelllll ini ci Agammmmmmm

2025-03-19

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Dih... si Buaya sengaja ini.... gaya betul pamer² dada....🤭

2025-03-19

0

FT. Zira

FT. Zira

bentar..
coba koreksi kalimat agam mengerikan rambutnya dengan handuk basah..
makin basah dong teh rambutnya??

2025-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!