Makan malam keluarga Mahardika terasa lebih berwarna. Kehadiran Hana beserta keluarga kecilnya membuat Ayah Vino dan Bunda Alya tersenyum lebar sepanjang makan malam. Celoteh anak kembar Hana membuat kediaman Mahardika yang biasa sepi menjadi ramai.
Mayra menatap penuh haru melihat betapa harmonisnya keluarga yang sudah begitu banyak membantunya, bahkan menganggap dirinya bagian dari keluarga besar Mahardika.
"Mayra, setelah lulus SMA nanti, hendak melanjutkan pendidikan kemana?" tanya Lee. Yang merupakan suami Hana. Mencoba mengajak Mayra untuk ikut berinteraksi. Karena sedari tadi, Lee melihat Mayra hanya duduk diam sambil memperhatikan interaksi si kembar saja.
Mayra tersenyum pada Lee. Melihat wajah tampan dan keramahan Lee padanya membuat Mayra seakan memiliki seorang Kakak laki-laki sebenarnya.
"Masih belum ada rencana, kak. Mayra masih bingung," jawab Mayra malu-malu.
Mayra memang belum memiliki rencana hendak melanjutkan pendidikannya selepas SMA nanti. Meskipun Bunda Alya beberapa kali menawarkan agar Mayra melanjutkan pendidikannya di salah satu Universitas bergengsi yang ada di kota ini. Tentunya dengan biaya yang akan ditanggung penuh oleh Bunda Alya dan Ayah Vino.
"Kuliah di Korea saja, May! Nanti sekalian Kak Hana kenalkan dengan Oppa-Oppa tampan di sana," celetuk Hana. Begitu antusias mengajak Mayra agar mau ikut dengannya ke Korea.
Mayra hanya tersenyum lebar menanggapi ajakan Hana. Sebelumnya, Mayra sempat melirik ke arah Agam yang tengah menatap tajam ke arahnya.
*****
Minggu pagi di kediaman Mahardika di mulai dengan sarapan bersama. Menjelang siang Bunda Alya dan Hana mengajak jalan-jalan si kembar, sementara Ayah Vino dan Lee pergi memancing bersama.
Mayra sudah siap membawa peralatan tempurnya untuk membersihkan area kolam renang. Pagi tadi, Budhe Darmi meminta Mayra untuk membersihkan area kolam renang karena sore nanti, Si kembar hendak berenang sebelum keesokan paginya bertolak kembali ke Korea.
Mayra membuka pintu kaca untuk memasuki area kolam renang. Melihat air kolam yang terlihat begitu menyegarkan di cuaca yang begitu terik, membuat Mayra tergoda untuk sejenak berenang di dalamnya.
Mayra memeriksa keadaan sekitar kolam yang sepi. Jika siang hari, biasanya para Asisten rumah tangga tengah sibuk di dapur, sedangkan Agam yang tidak ikut pergi memancing, biasanya akan tetap berada di dalam kamarnya hingga sore hari.
Mayra yang hanya mengenakan celana pendek serta kaos oblong berlengan pendek perlahan menceburkan diri ke dalam kolam. Mayra berenang dari dari ujung hingga ke ujung lain kolam renang. Sesekali Mayra menyelam hingga ke dasar kolam. Saking asiknya berenang, Mayra tidak tahu saja jika apa yang sedang dilakukannya tengah diperhatikan oleh seseorang.
Agam yang hendak berenang, cukup terkejut ketika sampai di area kolam renang melihat Mayra yang tengah asyik berenang. Agam yang tidak berniat mengganggu Mayra hanya memperhatikan Mayra dari atas kolam.
Merasa sudah cukup menyegarkan diri, Mayra berniat mengakhiri sesi berenangnya. Bergegas berenang ke tepi lantas naik ke atas. Mayra masih belum menyadari jika Agam tengah berdiri tak jauh darinya sambil terus memperhatikannya.
Pakaian basah Mayra membuat lekuk tubuh Mayra tercetak jelas. Bahkan pakaian dalamnya pun ikut terlihat karena kaos tipis Mayra yang basah. Belum lagi bagian betis hingga paha putih mulus Mayra yang juga ikut terekspos karena celana pendek basah yang Mayra kenakan menempel ke permukaan kulit dan naik lebih tinggi dari sebelumnya. Jakun Agam bergerak naik turun melihat pemandangan indah di depan matanya. Meski terbilang masih berusia remaja, namun Agam tetaplah seorang pria normal.
Setelah merasa tidak ada air yang mengalir dari tubuh basahnya. Mayra mulai melangkah untuk keluar dari area kolam renang, namun suara pintu kaca penghubung kolam yang hendak dibuka seseorang membuat Mayra panik. Bahkan Mayra lebih panik lagi saat melihat Agam berjalan cepat menghampirinya.
Begitu melihat seseorang hendak membuka pintu penghubung menuju area kolam renang, Agam langsung mengambil jubah mandi miliknya kemudian berjalan cepat menghampiri Mayra. Tepat di depan Mayra, Agam langsung menutupi tubuh Mayra dengan jubah mandi yang ia bawa. Agam tidak rela jika ada yang melihat tubuh indah Mayra selain dirinya.
Sementara Mayra, berdiri diam terpaku melihat tingkah tiba-tiba Agam terhadapnya.
"Cepatlah masuk! Ganti pakaianmu," titah Agam. Sesaat kemudian pintu kaca itu terbuka, tampak Pak Narto masuk sambil membawa sebuah gunting rumput besar di tangannya.
Mayra mengejapkan kedua matanya, baru tersadar setelah sempat tertegun dengan tingkah tidak biasa Agam.
"Tunggu apa lagi? Pergilah ke kamarmu! Atau kamu ingin aku mengantarmu sampai ke kamar," ucap Agam. Kali ini Agam bicara tanpa emosi disetiap katanya.
Mayra menunduk menahan malu, lantas bergegas berlari pergi. Mayra bahkan tidak mengucapkan terimakasih lebih dulu pada Agam yang sudah meminjamkan jubah handuk untuk menutupi tubuhnya.
Melihat Mayra yang berlari dengan kepala tertunduk membuat Agam tampak menyunggingkan senyumnya.
Sampai di dalam kamar, Mayra buru-buru menutup rapat pintu kamar lantas melepas jubah mandi yang tadi Agam pakaikan padanya. Sambil menatap cermin yang menempel di lemari baju. Mayra baru sadar, jika pakaian basah yang dikenakannya begitu menampakkan lekuk tubuh bahkan pakaian dalam yang dikenakannya pun ikut tercetak jelas.
"Tidakkk..." teriak Mayra. Menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Merasa begitu malu karena tubuhnya tentu sudah dilihat jelas oleh Agam tadi.
Sebelumnya, alasan Mayra merasa malu dan tidak enak hati pada Agam adalah karena Agam memergokinya telah berenang di kolam renang saat rumah dalam keadaan sepi. Namun, Mayra kini semakin bertambah malu saat melihat keadaan tubuhnya di depan cermin.
****
Menjelang sore, area Kolam renang kembali ramai. Si kembar tengah asyik berenang bersama dengan Papa Lee, sedangkan Hana dan Bunda Alya tengah mengobrol di gazebo sambil mengawasi si kembar berenang.
"Mayra. Tolong bantu Budhe bawakan keranjang itu ke kolam renang," pinta Budhe Darmi. Menunjuk ke arah sebuah keranjang berukuran sedang berisi berbagai jenis buah-buahan segar.
Mayra yang sedang mencuci piring hanya menganggukkan kepala dengan kedua tangan yang bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan membawa sekeranjang buah beraneka jenis. Mayra dan Budhe Darmi yang juga repot membawa peralatan lainnya berjalan bersama menuju area kolam renang.
"Sudah siap semua Budhe?" tanya Hana ketika melihat Budhe Darmi dan Mayra datang.
"Sudah, Non," jawab Budhe Darmi sambil meletakkan semua peralatan dan bahan tempur untuk membuat rujak buah di atas meja kecil yang ada di Gazebo.
"Budhe, Kok masih panggil, Non sih? Hana kan sudah bilang. Panggil 'Hana' saja sudah cukup," protes Hana. Sedari dulu Hana memang tidak suka dengan panggilan 'Non' yang sengaja Budhe Darmi sematkan saat menyebut nama Hana.
"Kurang sopan rasanya. Masa mau dipanggil nama saja," jawab Budhe Darmi sambil tersenyum.
"Kalau begitu, panggil 'Mba' saja ya, Budhe. Biar kesannya, Hana selalu awet muda," seloroh Hana. Sambil mesem mesem Budhe Darmi mengangguk untuk mengiyakan permintaan putri majikannya itu. Sementara Bunda Alya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar seloroh Hana.
Budhe Darmi dan Mayra hendak pamit kembali ke dapur, namun Hana dan Bunda Alya meminta Mayra agar tetap berada di sana untuk ikut meracik rujak buah dan menikmatinya bersama.
"May, Kak Hana serius lho. Kamu ikut Kaka saja kuliah di Korea." Hana kembali mengutarakan keinginannya mengajak Mayra untuk ikut bersamanya tinggal di Korea.
"Di sini saja, May. Temani Bunda." Bunda Alya yang sedang mengulek cabe, gula merah dan kacang goreng ikut menimpali obrolan kedua putrinya.
"Ihhhh Bunda... kalau Mayra tetap di sini, yang ada dia bakal terus dizalimi sama anak kesayangan Bunda," protes Hana.
Mayra yang mendengar interaksi ibu dan anak itu hanya tersenyum tipis. Namun kedua tangannya tetap sibuk mengiris buah.
"Siapa yang dzalim? Sembarangan saja kalau bicara." Agam yang baru ikut bergabung dan sempat mendengar namanya disebut oleh sang Kaka tentu saja mengutarakan protesnya.
"Ya kamu lah... lagian tumben kamu protes? Biasanya cuma manggut-manggut sambil diem di pojokan," sindir Hana.
Wajah Agam tampak merengut kesal, meski begitu tangan kanannya mencomot buah yang baru saja selesai Mayra iris.
"Sudah, ya...! Kalian berdua kalau sedang kumpul pasti ujungnya ribut. Kalau sedang jauh, bilangnya kangen." Bunda Alya berusaha menengahi perdebatan kedua anak kesayangannya.
"Masih kurang Bang Reza dan Kak Fathia." ucap Mayra sambil tersenyum. Membayangkan jika keluarga Reza yang merupakan anak sulung Bunda Alya bisa ikut berkumpul saat ini. Namun sayangnya Reza dan keluarga kecilnya tengah berada di luar negeri berkunjung menemui Daddy Rayyan. Mantan suami Bunda Alya yang juga merupakan ayah kandung Reza dan Hana.
Salah satu alasan yang membuat Mayra merasa betah dan tetap bertahan untuk tetap berada di lingkup keluarga Mahardika adalah karena Mayra merasa nyaman dan merasa benar-benar berada di tengah-tengah keluarga kandungnya sendiri. Apalagi Bunda Alya, Ayah Vino dan kedua putra putrinya begitu menyayangi Mayra dengan tulus.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Zenun
Kak bathtub itu bukannya bak mandi ya, kalau jubah mandi itu namanya bathrobe😁✌
2025-02-04
0
Filanina
btw, kali ini merasa menjadi polisi tata bahasa Indonesia.
Apa kamu juga nggak edit sebelum up?
2025-02-04
0
Zenun
waduh, Agam gak bete tuh seharian di kamar
2025-02-04
0