Setelah selesai membereskan meja makan. Mayra kembali ke kamar untuk mengambil buku Matematika dan Kimia seperti yang Agam perintahkan tadi. Meski sebenarnya Mayra masih merasa tidak nyaman untuk bertemu dulu dengan Agam. Perasaannya masih terasa campur aduk.
Setelah menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk belajar. Mayra lantas berjalan menuju kamar Agam.
"May, mau kemana?" tanya Budhe Darmi ketika berpapasan dengan Mayra. Budhe Darmi tampak kerepotan membawa keranjang besar berisi peralatan dapur yang sudah tidak terpakai.
Mayra menghentikan langkahnya, menaruh buku dan peralatan tulis di atas meja terlebih dulu lantas menghampiri Budhe Darmi.
"Biar Mayra saja, Budhe!" ucap Mayra sambil mengambil alih keranjang dari tangan Budhe Darmi. Budhe Darmi yang merasa kerepotan, tentu saja dengan senang hati menerima bantuan Mayra.
"Mau dibawa kemana, Budhe?" tanya Mayra.
"Bawa ke Gudang saja dulu. Di sana sudah ada Mba Mirah sama Mas Paijo yang sedang beres-beres." jelas Budhe Darmi. Mayra mengangguk, membawa keranjang berat itu menuju gudang belakang. Dalam hati Mayra bersorak. Membantu membereskan gudang bisa menjadi alasan Mayra menghindari Agam.
Sementara di dalam kamar mewah di lantai dua. Agam terus menatap pintu kamar. Merasa gusar karena Mayra tidak kunjung datang padahal sudah lebih dari setengah jam Agam menunggu.
"Sepertinya, dia beneran kesal padaku," gumam Agam. Kedua matanya menatap ke arah pintu. Berharap Mayra segera datang.
Tepat saat Matahari terbenam Mayra baru selesai membereskan gudang. Meski Mayra tidak bekerja sendirian. Namun membereskan gudang nyatanya membutuhkan tenaga ekstra dan waktu yang cukup lama.
Karena merasa begitu lelah, Mayra sampai tidak ikut makan malam bersama keluarga Mahardika. Mayra hanya membantu Budhe Darmi menyiapkan meja makan kemudian kembali ke kamar untuk beristirahat sejenak.
Malam harinya, setelah cukup beristirahat Mayra langsung mengerjakan tugas Matematika dan Kimia yang ia minta dari Rere. Mayra cukup bersyukur, sahabatnya itu selalu bisa diandalkan dalam hal apapun. Termasuk tugas sekolah.
****
Setelah melaksanakan kewajiban di waktu subuh. Mayra bergegas berganti pakaian dan menyiapkan bekal. Pagi ini Mayra berniat untuk berangkat lebih awal. Jika kemarin Agam yang sengaja menghindari Mayra. Maka kali ini, Mayra lah yang berniat menghindari Agam. Meski Budhe Darmi sudah menasehati Mayra. Nyatanya Mayra sulit melupakan ucapan Agam tentang statusnya di hadapan teman-temannya kemarin.
Mayra sudah siap berangkat ke sekolah. Saat melewati Garasi, Mayra dibuat ketar-ketir saat melihat Ayah Vino tengah mengobrol dengan Pak Narto, Sopir pribadi Bunda Alya.
Hubungan Mayra dengan Ayah Vino terbilang cukup dekat. Meski begitu, tetap saja Mayra merasa canggung jika tengah berhadapan dengan Ayah Vino tanpa ditemani Bunda Alya.
Sambil menundukkan tubuh dan kepala, perlahan Mayra berjalan melewati Ayah Vino dan Pak Narto. Berharap Ayah Vino tidak menyadari hingga Mayra bisa melewatinya dengan mudah. Namun saat sedikit lagi Mayra berhasil mencapai pintu keluar....
"Mayra..." panggil Ayah Vino.
Terpaksa, Mayra menghentikan langkahnya. memutar tubuh untuk berhadapan dengan Ayah Vino yang berjalan menghampirinya.
"Berangkat dengan Pak Narto saja. Jalanan masih terlalu sepi. Berbahaya jika berangkat seorang diri," ucap Ayah Vino.
"Iya, Ayah...." jawab Mayra tanpa berani menatap wajah ayah Vino.
Ayah Vino lantas memanggil Pak Narto dan meminta Pak Narto untuk mengantar Mayra ke sekolah.
Sementara Mayra berangkat diantar Pak Narto. Bunda Alya yang berada di ruang makan mencari keberadaan Mayra.
"Mbok Darmi..." panggil Bunda Alya.
Budhe Darmi yang tengah berada di dapur dan mendengar bunda Alya memanggilnya, segera menghampiri Bunda Alya.
"Iya Nyonya Bunda," jawab Budhe Darmi.
"Kemana Mayra? Sejak semalam Mayra bahkan tidak ikut makan malam?" tanya Bunda Alya. Kedua matanya celingukan mencari keberadaan Mayra.
"Itu Nyonya Bunda.... E mm... Semalam Mayra ketiduran." bohong Budhe Darmi. Sedikit tergagap.
Bunda Alya mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Mayra ketiduran di awal malam. Biasanya Mayra dan Agam selalu membahas tentang tugas sekolah sebelum tidur.
"Sekarang di mana Mayra? Tolong panggilkan untuk sarapan bersama," pinta Bunda Alya.
Permintaan Bunda Alya membuat Budhe Darmi sampai sulit menelan air liurnya sendiri.
"Kenapa Bun?" tanya Agam yang baru saja masuk ke ruang makan. Melihat Bundanya tengah mengobrol dengan Budhe Darmi sambil menyebut nama Mayra. Membuat Agam tertarik untuk bertanya.
Bunda Alya memutar tubuhnya, menatap Agam yang tampak sudah siap mengenakan pakaian seragam. Bahkan tas sekolahnya pun sudah ia bawa dari kamar. "Tumben, kesayangan Bunda sudah siap berangkat jam segini," seloroh Bunda Alya. Sambil tersenyum Bunda Alya berjalan menghampiri Agam.
Agam menarik salah satu kursi yang biasa ia duduki.
"Jadi, dimana Mayra, Bund? Agam harus berangkat lebih awal hari ini." tanya Agam. Namun kedua matanya malah menatap ke arah Mbok Darmi yang tampak gugup.
"Mayra sudah berangkat diantar Pak Narto." Ayah Vino yang masuk ke ruang makan, menjawab pertanyaan Agam.
"Mbok, tolong sajikan sarapannya," imbuh Ayah Vino sambil menarik sebuah kursi utama di meja makan.
Jika Ayah Vino sudah angkat bicara. Baik Agam maupun Bunda Alya tidak lagi banyak bicara.
****
Sampai di Sekolah. Mayra bergegas berjalan menuju kelas. Selain menghindari Agam, tujuan Mayra berangkat lebih awal adalah menghindari bertemu rekan satu tim Agam. Meskipun Mayra tetap harus bertemu dengan Ridho. Salah satu rekan satu tim basket Agam yang berada di kelas yang sama dengan Mayra dan Agam.
Sampai di kelas. Mayra meletakkan tas yang di gendongnya lebih dulu di atas kursi. Selanjutnya Mayra mengambil sebuah sapu dan mulai membersihkan lantai kelas yang terlihat kotor. Keadaan kelas yang masih sepi karena baru beberapa siswi saja yang sudah datang membuat Mayra leluasa menyapu lantai kelas.
"Pembokat Agam," panggil sebuah suara dari depan pintu. "Rajin banget pagi-pagi udah nyapu," lanjut suara itu.
Mayra menghentikan aktifitasnya, menatap sejenak ke arah sumber suara. Tampak siswa bernama Bayu yang kemarin menarik lengan Mayra tengah berdiri di depan pintu kelas menyeringai menatap Mayra.
Tak ingin meladeni Bayu dan mulut pedasnya. Mayra kembali melanjutkan aktifitasnya. Namun aktifitas Mayra kembali terhenti, saat Bayu mengambil paksa sapu dari tangan Mayra.
Mayra ingin mengambil kembali sapu dari tangan Bayu. Namun Bayu malah membuang sapu itu ke lantai. Mayra hendak berjongkok untuk mengambil sapu, lagi-lagi Bayu menghalangi dengan mencengkram pergelangan tangan Mayra. Apa yang Bayu lakukan pada Mayra tentu saja sempat menyita perhatian beberapa siswi yang ada di kelas. Namun mereka hanya diam saja. Enggan mencampuri urusan Bayu.
"Lepasin!" Berontak Mayra sambil berusaha melepas genggaman tangan Bayu.
Bukannya melepas genggaman tangannya. Bayu malah mencondongkan tubuhnya pada wajah Mayra.
"Berapa gaji yang sanggup Agam bayar buat Lo?" bisik Bayu.
Mayra terdiam. Menolehkan wajah untuk menatap kesal wajah Bayu yang berdiri di depannya.
"Jadi pembokat gue! Gue bakal bayar lebih mahal dari yang Agam kasih buat Lo," imbuh Bayu. Tangan kanan Bayu masih mencekal erat pergelangan tangan Mayra.
Kedua mata Mayra berubah mengembun, menatap wajah Bayu yang juga menatap Mayra dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Bayu... Lo ngapain?" Ridho yang baru saja muncul di pintu kelas terkejut dengan apa yang sedang Bayu lakukan pada Mayra. Bergegas Ridho menghampiri Bayu lantas melepas paksa genggaman tangan Bayu dari pergelangan tangan Mayra.
"Lo udah gila, Bay...!" bentak Ridho menatap tajam wajah Bayu.
"Siapa yang gila? Gue cuma nyapa doank kok," elak Bayu yang kemudian tersenyum lebar. Seolah ia tidak berbuat apapun pada Mayra.
Ridho masih menatap penuh curiga pada Bayu. "Mending Lo balik ke kelas, Lo! Kalo Agam tau. Lo bakal didepak dari tim basket." usir Ridho. Sekaligus memperingatkan Bayu.
Bukannya merasa takut. Bayu malah mencondongkan tubuh besarnya di hadapan Ridho. Bayu bahkan menyeringai seolah tengah menantang Ridho. "Gue sama sekali ngga takut! Apalagi sama Agam," ucap Bayu yang kemudian berlalu. Namun sebelum berlalu pergi, Bayu sempat melirik sekilas dan menyunggingkan senyum sinis pada Mayra.
Melihat Bayu yang berlalu pergi. Ridho langsung berjalan menghampiri Mayra.
"May, Lo ngga apa-apa?" tanya Ridho. Kedua tangan Ridho bahkan reflek memegang pergelangan tangan Mayra yang terlihat memerah akibat genggaman tangan Bayu tadi.
"Gue... Ngga apa-apa," jawab Mayra sambil tertunduk. Menahan nyeri akibat kekasaran Bayu tadi.
Interaksi Ridho dan Mayra ternyata ditatap tajam oleh seseorang dari depan pintu.
Kedua telapak tangan seseorang itu bahkan terlihat mengepal erat. Dengan rahang yang mengeras.
"Ridho... Gue tunggu di basecamp, sekarang!" suara keras nan tegas Agam membuat Ridho dan Mayra terkejut. Mayra bahkan langsung menghempaskan tangan Ridho yang tengah memegang tangannya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Obito Uchiha
mayra ini sabar juga ya, dan rajin orangnya.
bayu ngeselin juga, mau apa dia pengen jadiin mayra pembantu? tapi akhirnya dateng ridho. apa jangan2 ridho ini ada hati sama mayra ya? kasian juga ngeliat agam marah ke ridho sama mayra, tapi kenapa ya si agam marah
2025-04-18
1
Dewi Payang
Bayu kaya anak kecil, suka usil
2025-01-31
0
Muliana
Berarti, Bayu punya dendam pribadi dengan Agam. Ataupun, sebenernya dia cemburu karena Agam lebih unggul darinya?
2025-02-01
0