"Tas ini, punya Lo kan?" Ridho bertanya pada Agam sambil mengacungkan tas yang Mayra bawa.
Agam menatap sekilas tas yang Ridho acungkan. Menghela nafas lebih dulu lantas berjalan menghampiri Ridho.
Berdiri di depan Ridho, Agam meraih tas yang masih Ridho acungkan. Lantas meletakkan tas itu begitu saja di atas meja.
Pemuda yang tadi memergoki Mayra. Menarik paksa lengan Mayra bahkan menyeretnya dengan kasar. Agar Mayra berdiri berhadapan dengan Agam.
Mayra meringis, lengannya terasa sakit dan perih, bahkan meninggalkan bekas merah pada kulit lengannya saat pemuda kasar itu menghempas kasar lengan Mayra. Meski begitu Mayra tidak berani memprotes ataupun mengeluh. Mayra hanya menundukkan kepala, memegang lengannya sambil menahan nyeri.
"Periksa isi tas Lo! Siapa tau nih cewe udah ngambil sesuatu dari sana atau mungkin masukin sesuatu ke tas Lo," ucap pemuda kasar itu. Meminta Agam untuk memeriksa isi tasnya.
Agam menatap lengan Mayra sekilas. Lantas kembali menatap wajah Bayu, rekan satu timnya yang sudah menarik kasar lengan Mayra.
"Ngga perlu," jawab Agam menatap tajam wajah Bayu. Kedua telapak tangan Agam mengepal erat mengingat lengan Mayra yang terlihat memerah.
"Lo yakin, Gam...? Bayu bener. Periksa dulu isi tas Lo. Siapa tau tuh cewe punya niat ngga baik sama Lo." salah satu rekan Agam lainnya malah ikut mengompori.
"Kalo perlu, kita bawa aja ke ruang BP sekalian," tambah yang lainnya. Suasana ruangan ganti pun menjadi riuh. Rekan satu tim Agam mengeluarkan pendapat mereka masing-masing tentang Mayra.
Mayra sendiri hanya diam dengan kepala tertunduk, kedua matanya sudah mengembun. Rasa takut, malu dan berbagai perasaan lain bercampur jadi satu. Mayra tidak menyangka, jika rutinitas yang ia jalani selama hampir tiga tahun, akhirnya terpergok oleh rekan-rekan Agam.
Saat suasana semakin riuh ditambah seluruh pasang mata yang ada di sana menatap ke arah Mayra. Ridho malah mendekat ke arah Agam. Pemuda itu menyenggol lengan Agam. Mencondongkan tubuhnya sambil membisikkan sesuatu.
"Mendingan Lo suruh Mayra pergi aja. Kasian dia," bisik Ridho yang merasa iba melihat Mayra yang berdiri tertunduk seperti seorang tersangka yang tengah diadili.
Agam menatap Mayra yang masih tertunduk. Suara isakan Mayra bisa Agam dengar dengan jelas, meskipun suara riuh rekan satu tim Agam terdengar mendominasi ruangan.
"Cukup!" Suara lantang Agam menggema. Membuat ruangan yang tadinya riuh menjadi hening seketika. Tak ada lagi suara riuh maupun bisik-bisik memojokkan Mayra.
"Ridho, antarkan Mayra kembali ke kelasnya." titah Agam pada Ridho.
Ridho langsung mengangguk paham. Pemuda bertubuh jangkung itu lantas mendekati Mayra. Berniat mengawal Mayra agar bisa segera keluar dari ruangan. Namun pemuda bernama Bayu lebih dulu mencengkram lengan Mayra dengan kasar. Mencoba menahan Mayra agar tetap berada di sana.
"Bayu, Lo..." Belum sempat Ridho melanjutkan kalimatnya, Bayu lebih dulu menatap Agam. Tangan Bayu masih mencengkram kasar lengan Mayra.
"Agam, Lo yakin mau lepasin cewe penguntit ini gitu aja?" tanya Bayu yang masih tidak percaya jika Agam bisa dengan mudahnya melepaskan gadis mencurigakan itu.
Melihat Bayu yang kembali memegang kasar lengan Mayra, membuat Agam kembali menatap tajam ke arah Bayu. Rahang Agam terlihat mengeras, kedua telapak tangan Agam semakin mengepal erat hingga otot-otot lengan Agam terlihat jelas. Aura dingin seketika melingkupi tubuh Agam.
Melihat perubahan signifikan pada diri Agam yang biasanya terlihat tenang dan datar. Bayu justru menyunggingkan senyum sinis. Hampir tiga tahun berada dalam tim yang sama dengan Agam tanpa bisa menemukan celah Agam. Akhirnya hari ini Bayu melihat sisi lain dari Agam. Dan itu sungguh hal yang menarik bagi Bayu.
"Oh... Gue tau! Cewe cupu penguntit ini, pasti cewe Lo, kan?" lanjut Bayu, ia kembali menyunggingkan senyum sinis saat menatap Agam. Bayu berusaha memprovokasi Agam.
Agam sendiri masih menampakkan wajah datar, meski rahangnya semakin terlihat mengeras. Akhirnya Agam paham, jika Bayu tengah berusaha memprovokasinya. Namun Agam berusaha untuk tidak terpancing. Sebisa mungkin ia mengontrol emosinya. Sedangkan rekan satu tim Agam lainnya. Mereka terlihat saling pandang. Bahkan ada beberapa yang berbisik sambil menatap wajah Mayra yang menurutnya tidak mungkin menjadi kekasih seorang Agam.
Isak tangis Mayra semakin terdengar kencang. Mayra semakin merasa bersalah karena sudah membuat Agam terkena imbas kecerobohannya.
Agam menarik dalam nafasnya, ditatapnya wajah Mayra yang masih tertunduk dengan lengan yang masih dicengkeram erat oleh Bayu.
"Dia Mayra... Pembantu di rumah gue," ucap Agam dengan suara tegasnya.
Agam lantas berjalan mendekati Mayra untuk menarik paksa tangan Bayu yang masih mencengkram erat lengan Mayra.
Ucapan Agam yang menegaskan status Mayra, membuat Mayra mendongakkan wajahnya. Menatap tidak percaya dengan apa yang barusan Agam ucapkan tentang status dirinya. Sementara Agam yang awalnya menatap Mayra, segera mengalihkan pandangannya saat padangan mereka saling beradu.
Sementara Ridho dan rekan tim Agam lainnya tampak terkejut bercampur kecewa. Tadinya mereka pikir jika benar gadis cupu di depannya ada kekasih Agam, tentunya mereka bisa menyebarkan gosip hangat itu ke seluruh penjuru sekolah.
Ruangan kembali riuh, Agam segera menarik lengan Mayra untuk segera keluar dari ruangan itu. Sementara Bayu yang melihat Agam yang menarik lembut Mayra semakin menyunggingkan senyumnya. "Seorang pembantu, katanya," gumam Bayu yang kemudian terkekeh.
*****
Agam menarik lengan Mayra sampai akhirnya mereka berhasil keluar dari ruang ganti. Namun Agam baru melepaskan lengan Mayra saat mereka sudah sampai di taman belakang sekolah. Tempat tersepi yang ada di area dalam sekolah.
"Sebaiknya, kamu segera pulang! Biar aku yang mengurus surat izinnya," ucap Agam pada Mayra yang masih menundukkan kepalanya. Kali ini Agam berucap dengan intonasi yang lebih rendah dari biasanya.
Melihat Mayra yang hanya berdiri diam tanpa menatap apalagi menjawabnya, Agam pun kembali tersulut emosi.
"Mayra!" bentak Agam. Mayra terkejut hingga kembali mendongakkan wajah. Menatap Agam dengan kedua mata yang terlihat berkaca-kaca. Bukan hanya berkaca-kaca, Mayra juga menatap Agam dengan tatapan penuh rasa kecewa. Untuk sejenak keduanya kembali saling beradu pandang. Namun kali ini, Mayra lah yang lebih dulu mengalihkan pandangannya, tanpa berkata sepatah kata pun, Mayra melangkah pergi meninggalkan Agam sendiri di Taman belakang. Mayra melangkah pergi dengan hati yang terluka.
Agam menatap punggung Mayra yang semakin menjauh pergi. Menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan emosi dan sebuah penyesalan di hatinya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Obito Uchiha
emang mayra cewek cupu, tapi dia masih mau bantu agam sampe tiga tahun ini. kalo diliat2 sih agam kayak ngebela mayra gitu, walau dia bilang mayra pembantunya, apalagi pas kejadian di belakang sekolah. tapi ya agam ga harus gitu juga, kan kasian mayra
2025-04-15
0
Hiatus
agam, kamu ngakuin mayra pembantu itu buat dia kedepannya gak nyaman di sekolah, aku takut mayra di bully habis ini.
makin penasaran sama ceritanya, sehat2 selalu teteh
2025-01-24
0
Filanina
lah lah... mengontrol emosi kok saat kekasih sendiri dirugikan?
keplak lagi.
2025-01-24
1