Dari jarak yang cukup jauh, Mayra berdiri sembari memandang Agam yang tengah berdiri di pinggir lapangan basket. Pemuda itu tengah dikerumuni banyak siswi yang menenteng botol air mineral serta handuk kecil untuk mereka berikan pada Agam.
"Tim Agam menang lagi?" tanya Rere yang baru saja menghampiri Mayra. Rere melipat kedua tangannya di dada lantas ikut memandang ke arah Agam yang tampak santai mengelap peluh yang membasahi wajah dan tubuhnya. Agam sendiri tampak tidak memperdulikan kerumunan siswi yang menawarkan air mineral maupun handuk kecil untuknya.
"Setelah ini, Doi pasti bakal chat, Lo... Minta Lo buat bawain air mineral ke taman belakang," imbuh Rere.
Ucapan Rere tentu saja membuat atensi Mayra teralihkan. Mayra yang terkejut, lantas menatap wajah Rere yang masih berdiri tegak dengan ekspresi datarnya.
"Re, Lo... ." Belum sempat Mayra melanjutkan kalimatnya, Rere lebih dulu menatap wajah Mayra.
"Sejak kelas 10... Lo yang selalu bawain Agam botol air mineral setelah Agam selesai bertanding, Lo juga yang nyiapin baju ganti Agam di kamar ganti sebelum Agam bertanding," papar Rere yang tentu saja membuat Mayra semakin terkejut, Mayra tidak menyangka, jika apa yang selama ini ia lakukan untuk Agam bisa diketahui oleh sahabatnya.
"Re,,, gue... ." Dengan jantung yang berdegup kencang, Mayra berusaha hendak menyangkal ucapan Rere, namun Rere lebih dulu mengacungkan jari telunjuknya dan menempelkannya pada bibir Mayra. Seolah tahu, jika sahabatnya itu hendak menyangkal ucapannya.
Rere mencondongkan tubuhnya ke samping Mayra, gadis berambut pendek itu hendak membisikkan sesuatu pada sahabatnya.
"Gue sahabat Lo, May," bisik Rere yang kemudian tertawa kecil sambil berjalan melewati Mayra, membuat ekspresi Mayra yang semula tegang menjadi lebih tenang.
Mayra lantas bergegas menyusul Rere yang sudah berjalan lebih dulu di depannya. Mayra harus menggali informasi lebih banyak dari Rere, tentang sudah seberapa jauh Rere mengetahui mengenai dirinya dan Agam.
"Sejak kapan Lo tau tentang semua itu?" tanya Mayra setelah ia berhasil menyamakan langkah kakinya di samping Rere.
"Sejak kelas 10," jawab Rere. Keduanya terus berjalan bersama menuju kantin. Rere memang sengaja berjalan menuju kantin, selain karena merasa lapar, Rere juga paham jika Mayra juga pasti hendak pergi menuju kantin untuk membeli sebotol air mineral dingin.
"Waktu itu, gue ngga sengaja baca chat Agam yang ada di ponsel Lo,,, sejak saat itu, gue sering merhatiin Lo yang tiba-tiba ngilang waktu Agam mau bertanding atau saat Agam selesai bertanding," sambung Rere.
Mayra sendiri hanya diam mendengar cerita Rere, meski dalam hati ia menyesali kecerobohannya sendiri. Kini Mayra hanya bisa berharap, jika Rere dapat ia percaya untuk terus menyembunyikan hal itu.
Keduanya lanjut mengobrol hingga sampai di area kantin, bertepatan dengan sebuah suara notifikasi pesan yang berasal dari ponsel milik Mayra.
Mayra menghentikan langkah kakinya, ia merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel. Sementara Rere, gadis itu tampak melanjutkan langkahnya menuju sebuah lemari pendingin untuk mengambil sebotol air mineral.
"Ini... " ujar Rere sembari menyodorkan sebotol air mineral untuk Mayra.
"Pergilah, bawa ini sekalian! Biar nanti gue yang bayar," imbuh Rere. Mayra yang merasa tidak enak, masih tetap diam tanpa berniat untuk meraih botol air mineral yang Rere sodorkan.
"Kalo sampe telat, Agam bakal marah sama Lo." Sekali lagi, Rere berusaha menyodorkan sebotol air mineral pada Mayra.
Melihat Mayra yang tetap diam tanpa ada pergerakan untuk mengambil botol berisi air mineral dari tangannya, Rere pun berinisiatif dengan memaksa Mayra menerima botol itu.
*****
Mayra setengah berlari menuju taman belakang, Agam pasti sudah cukup lama menunggunya di sana, menunggunya membawakan botol air mineral lebih tepatnya.
Dengan nafas yang berlarian, Mayra segera menghampiri Agam yang tengah duduk seorang diri di kursi taman yang terlihat sepi.
"Ini minumnya," ujar Mayra sembari menyodorkan sebotol air mineral yang dibawanya.
Agam langsung meraih botol itu, lantas meneguknya hingga lebih dari separuh isinya.
Selesai dengan air minum yang sedari tadi ditunggunya, Agam lantas beranjak dari duduknya, menatap Mayra sekilas sebelum melangkah pergi.
"Pulang sekolah nanti, aku tunggu di tempat biasa," ujarnya yang kemudian melangkahkan kakinya tanpa mendengar lebih dulu jawaban dari Mayra.
Mayra menghela nafasnya, Agam bilang ia akan menunggunya di tempat biasa. Itu artinya hari ini Mayra tidak bisa ikut berlatih menari, padahal sebelumnya, ia sudah berjanji pada Rere untuk ikut berlatih.
****
Setelah bel pulang berbunyi, Mayra berjalan gontai menuju tempat biasa Agam menunggunya. Sejak awal masuk sekolah, Mayra memang sengaja meminta Agam untuk menjaga jarak ketika berada di sekolah, Mayra tidak ingin menjadi bahan gosip karena terlihat dekat dengan Agam yang terbilang cukup populer di sekolah. Karena itu, Mayra meminta Agam untuk selalu menurunkan dan menunggu Mayra di tikungan kecil dekat sekolah, sebuah tempat yang cukup sepi dari pejalan kaki maupun kendaraan yang lewat.
"Ayo pulang,,," ajak Mayra begitu ia sampai dan berdiri di samping Agam.
Agam yang tengah berdiri sembari berbalas pesan, menatap sekilas ke arah Mayra, lantas menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku seragam.
"Kita mampir ke distro dulu," jawabnya. Mayra hanya mengangguk patuh. Mayra memang sudah paham jika minggu pertama di awal bulan, Agam akan pergi mengunjungi beberapa distro miliknya untuk mengecek keadaan toko.
****
Agam menghentikan motornya di parkiran sebuah Mall terbesar milik keluarganya. Salah satu distro miliknya memang berada di dalam mall tersebut.
"Aku ke distro sebentar, kamu bisa tunggu di kafe tempat biasa," titah Agam sebelum mereka berpisah saat masuk ke dalam Mall.
Lagi-lagi Mayra hanya mengangguk patuh. Mayra lantas berjalan seorang diri masuk ke dalam, menuju kafe tempat biasa ia menunggu Agam.
Berjalan seorang diri menyusuri toko-toko di dalam mall membuat Mayra menghentikan langkah kakinya saat melewati sebuah toko yang menjual berbagai jenis aksesoris. Mayra yang merasa tertarik untuk masuk ke dalam toko, sengaja membelokkan tujuan awalnya untuk sejenak mampir menjelajah isi toko.
Puas berkeliling menjelajah isi toko, Mayra berhenti disebuah rak pajangan yang memajang berbagai jenis gantungan ponsel. Sebuah gantungan ponsel bertali rajut berwarna muda yang di ujungnya terdapat bandul berbentuk sebelah hati begitu mudah mencuri perhatian Mayra.
"Ini terlihat bagus dan unik," gumam Mayra dengan senyum yang mengembang. Mayra lantas meraih gantungan ponsel tersebut untuk ia lihat lebih dekat.
"Gantungan ini satu pasang, kak," ujar seorang Kaka cantik yang merupakan pegawai toko tersebut. Kaka cantik tersebut lantas berjalan mendekati Mayra, kemudian mengambil sebuah gantungan ponsel yang sama persis dengan yang Mayra pegang, hanya warnanya saja yang berbeda.
Dengan sopan, Kaka cantik itu meminjam gantungan yang Mayra pegang lantas menyatukan kedua gantungan yang dipegangnya untuk ia dekatkan hingga menempel menjadi satu.
"Mereka satu pasang,,, cukup membeli dengan satu harga, Kaka bisa membawa pulang keduanya," terang Kaka cantik itu, sembari menunjukkan kedua gantungan ponsel yang terlihat menjadi satu.
Mayra menatap sejenak kedua gantungan yang sudah menjadi satu itu, lantas meraihnya dari telapak tangan Kaka cantik.
"Ini memang unik, tapi... Aku hanya perlu satu," gumam Mayra dalam hati. Namun karena menyukainya, Mayra berpikir untuk tetap membelinya, " Bukankah beli satu dapat dua," pikir Mayra. Ia cukup memakai yang berwarna merah muda, lantas menyimpan yang warna biru.
"Berapa harganya?" tanya Mayra, berharap harganya tidak terlalu menguras uang sakunya.
"Dua ratus lima puluh ribu saja, kak" jawab Kaka cantik itu sambil tersenyum ramah.
"Apa...? Du-dua ratus lima puluh ribu?" Mayra menelan keras Salivanya. Tidak menyangka jika harganya bisa semahal itu. Mahal menurut versi Mayra.
Melihat reaksi Mayra, Kaka cantik itu kembali mengambil gantungan itu dari tangan Mayra, ia hendak kembali mempromosikan keunggulan lain dari gantungan itu.
"Selain digunakan sebagai gantungan ponsel, bisa juga dipakai sebagai gelang tangan," ujar Kaka cantik sembari memperagakan cara agar gantungan tadi bisa dipakai menjadi gelang tangan.
"Talinya cukup panjang, terdapat pengait juga di ujungnya," tambah Kaka cantik itu. Selanjutnya ia memperlihatkan gantungan tadi yang kini sudah berubah menjadi 2 buah gelang tangan di hadapan Mayra.
"Hanya tersisa satu pasang saja di toko kami,,, Kaka juga akan langsung mendapat potongan harga hingga 10 persen khusus pembelian hari ini." kembali, Kaka cantik itu berusaha meyakinkan Mayra agar Mayra mau membelinya.
Mayra menghela nafasnya, sedangkan otaknya tengah sibuk menghitung total uang yang harus ia rogoh setelah mendapat potongan harga. Mayra juga menghitung jumlah uang sakunya jika ia jadi membelinya.
"Uang ku tidak akan cukup sampai akhir bulan jika aku jadi membelinya," gumamnya setelah menghitung cepat seluruh pengeluarannya hingga akhir bulan nanti.
"Maaf, kak... Sepertinya aku tidak jadi beli. Uangku tidak cukup," ujar Mayra tertunduk lesu. Mayra memilih berkata jujur pada Kaka cantik yang sudah berbaik hati padanya menjelaskan tentang gantungan unik itu. Meski dalam hati, Mayra menginginkannya, namun ia tidak bisa memaksakan diri untuk membelinya.
Setelah mengucapkan terimakasih, Mayra lantas berjalan gontai keluar dari dalam toko, melangkahkan kaki menuju tujuan awalnya, yakni kafe tempat biasa ia menunggu Agam.
Mayra tidak tahu saja, jika setelah ia keluar dari toko, gantungan yang ia sukai tadi langsung dibeli oleh seorang pemuda yang terus memperhatikan Mayra semenjak ia masuk ke dalam toko. Pemuda itu bahkan sengaja mencuri dengar semua pembicaraan Mayra dengan Kaka cantik penjaga toko.
****
Sampai di sini dulu, ya.
Terimakasih yang sudah berkenan membaca 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Obito Uchiha
ternyata saya salah, tulisan kakak bukan cukup bagus, tapi benar2 bagus. saya harus banyak2 belajar dari kakak.
oh ternyata agam itu seorang idola, ya wajar sih, fisiknya sempurna, anak basket pula. dan mayra ternyata secret admirernya agam yg begitu dingin.
kira2 siapa ya cowok yg memperhatikan mayra? apa jangan2 cowok tampan yg di episode awal?
lanjut lagi ah
2025-04-07
1
Filanina
Agam ini nggak mandiri ya. Air aja minta diambilin.
2025-01-08
1
FT. Zira
biru kasih ke agam lah...🤭🤭
2025-01-08
1