Bab 16

"Agam, Mayra... Apa yang sedang kalian lakukan?" suara berat Ayah Vino membuat Mayra dan Agam tersadar. Dengan panik keduanya berusaha untuk bangun dari posisi mereka. Sebuah posisi yang tentu saja membuat orang yang melihatnya menjadi salah paham. Beruntung keduanya hanya dipergoki Ayah Vino dan rombongannya, jika orang lain yang memergoki, bisa-bisa keduanya diarak keliling kampung karena dianggap berbuat mesum. Meskipun pada kenyataannya tidak seperti itu, semua murni karena ketidaksengajaan.

Ayah Vino menatap wajah Agam dan Mayra bergantian. Baik Agam maupun Mayra tidak berani menatap wajah Ayah Vino, keduanya kompak berdiri menghadap Ayah Vino dengan kepala tertunduk.

Ayah Vino menarik panjang nafasnya, berusaha mengontrol emosi setelah melihat sendiri apa yang sedang putra putrinya lakukan tadi.

"Mayra, masuklah lebih dulu ke dalam mobil Ayah, Nak!" titah Ayah Vino dengan intonasi yang kembali melembut, namun pandangan mata yang menghunus tajam saat menatap Agam.

Mayra mengangguk patuh, gadis itu lantas berjalan menuju mobil Ayah Vino.

Setelah memastikan Mayra masuk ke dalam mobil, Ayah Vino berjalan mendekati Agam. "Kamu ikut pulang bersama Om Hendra!" titah Ayah Vino dengan intonasi yang berbeda saat berkata dengan Mayra, intonasi Ayah Vino saat menghadapi Agam terasa lebih kasar dan meninggi.

Agam yang patuh, bergegas berjalan menuju mobil Om Hendra, mobil yang berbeda dengan mobil yang Mayra masuki tadi. "Agam Mahardika," panggil Ayah Vino. Agam menghentikan langkahnya.

"Kamu berhutang satu penjelasan pada Ayah!" lanjut Ayah Vino. Agam hanya mengangguk sebagai bentuk kesiapan darinya.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, mereka sampai di rumah. Selanjutnya, Ayah Vino memberi instruksi pada Agam dan Mayra untuk langsung masuk ke kamar masing-masing guna membersihkan diri.

Setelah memberi instruksi yang langsung dipatuhi oleh kedua putra putrinya, Ayah Vino lantas mencari keberadaan Bunda Alya di dalam kamar.

Bunda Alya yang tengah berada di kamar terkejut saat melihat Ayah Vino masuk ke dalam kamar dengan ekspresi wajah yang tidak biasa, belum lagi sikapnya yang terbilang kasar saat menutup pintu kamar. Bunda Alya jelas bisa menebak, jika Agam telah melakukan sesuatu yang membuat suami tercintanya itu kecewa. Sebelum menjemput Agam dan Mayra, Ayah Vino memang sempat menghubungi Bunda Alya terlebih dahulu.

"Ada apa, Mas?" tanya Bunda Alya sambil berjalan menghampiri Ayah Vino yang tengah membuka simpul dasi yang masih melingkar di leher, padahal ia masih mengenakan jasnya.

Ayah Vino menghentikan aktifitasnya, Karena Bunda Alya langsung mengambil alih apa yang Ayah Vino lakukan. Dengan telaten, Bunda Alya melepas lebih dulu printilan yang Ayah Vino kenakan, selanjutnya membantu Ayah Vino melepas jasnya agar mempermudah membuka simpul dasi.

"Sebenarnya ada apa, Mas?" Kembali Bunda Alya mengulang pertanyaan yang sama setelah selesai membantu Ayah Vino melepas dasi serta jasnya.

Ayah Vino menghela panjang nafas, lantas ditatapnya wajah ayu wanita yang sudah hampir 20 tahun setia menemaninya. Ayah Vino merasa menyesal sempat menunjukkan emosi di depan sang istri tercinta.

"Sayang, sebaiknya kamu beristirahat lebih awal malam ini! Besok pagi, kita akan pergi berkunjung ke Mansion Wiranata " ucap Ayah Vino sambil membelai lembut wajah Bunda Alya.

Bunda Alya mengerutkan dahi, semakin merasa aneh karena Ayah Vino tiba-tiba mengajaknya pergi mengunjungi keluarga Wiranata. "Mas, apa terjadi sesuatu pada Agam?" tanya Bunda Alya yang mulai bertambah khawatir. Ayah Vino tidak mungkin sampai mengajaknya pergi berkunjung ke sana jika tidak hal yang penting, terlebih keluarga Wiranata saat ini tengah tinggal di luar negeri.

Ayah Vino menyematkan senyumnya, menarik hidung mancung Bunda Alya dengan begitu gemas. Ayah Vino sadar, ajakannya yang begitu tiba-tiba tentu saja membuat istri tercintanya khawatir. "Tidak terjadi apa-apa, Sayang! hanya kunjungan biasa saja, lagipula sudah cukup lama kita tidak mengunjungi keluarga mereka," papar Ayah Vino, mencoba menjelaskan agar Bunda Alya tidak lagi merasa khawatir. Meskipun memang, jika Ayah Vino memiliki tujuan lain ke sana.

Sementara di sisi lain,

Mayra yang baru selesai membersihkan diri, membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur. Seharian berada di luar rumah tentu saja membuat tubuhnya terasa pegal-pegal.

Sambil terlentang, mendengarkan alunan lagu favoritnya dari ponsel yang sengaja ia stel dengan volume kecil, Mayra menatap langit-langit kamar, hingga perlahan Kedua mata Mayra mulai memberat saat rasa mengantuk menyerang. Namun sekelebat bayangan saat bibirnya dan bibir Agam saling menempel, membuat kedua mata Mayra langsung terbuka lebar. "Bi-bibirku... " gumamnya sambil memegang bibirnya sendiri. Detik selanjutnya...

"Aa-akhhh... Aku malu, malu banget... " jerit Mayra dengan wajah yang sengaja ia tutupi dengan sebuah bantal dan kedua kaki yang mengosek-gosek seprei kasur. Apalagi saat mengingat Ayah Vino yang memergoki apa yang sedang dilakukannya bersama Agam tadi, rasanya Mayra ingin menghilang saja saking malunya.

Jika Mayra tengah diliputi rasa malu dan ketidaknyamanan, berbeda hal dengan Agam yang malah tengah tertidur pulas di atas kasur empuk setelah lebih dulu membersihkan diri.

*******

Keesokan harinya.

"Budhe, Mayra berangkat Sekolah dulu," pamit Mayra sambil mencium punggung tangan Budhe Darmi.

"Masih pagi, lho ini! Kamu juga belum sarapan kan, May?" tanya Budhe Darmi, menatap Mayra yang sudah siap berangkat ke Sekolah, bahkan tasnya pun sudah bertengger di punggung Mayra.

"Hari ini Mayra piket Budhe. Tolong sampaikan pada Agam, Mayra berangkat duluan," ucap Mayra yang kemudian buru-buru keluar dari area dapur.

Sebenarnya, apa yang Mayra katakan pada Budhe Darmi adalah sebuah kebohongan. Mayra tidak memiliki jadwal piket kelas hari ini, semua itu hanya alasan yang sengaja Mayra buat untuk bisa menghindari Agam dan Ayah Vino pagi ini. Mayra masih merasa malu bercampur canggung.

Mayra setengah berlari menuju pintu samping. Mayra pikir, ia masih memiliki waktu 10 menit lagi sebelum Agam turun ke ruang makan untuk menyantap sarapan. Itu artinya Mayra masih punya cukup waktu untuk bisa keluar dari dalam rumah tanpa bertemu dengan Agam. Namun saat Mayra membuka pintu samping...

"A-Agam... " Mayra begitu terkejut saat melihat Agam tengah berdiri tidak jauh dari pintu yang baru saja ia buka. Agam sendiri tengah berdiri santai menyender pada tembok dengan sepasang mata menatap layar ponsel.

"Ba-bagaimana bisa?" Mayra tergagap menatap Agam. Niat hati hendak menghindar, tapi orang yang hendak dihindari malah berada tepat di depan mata.

Agam mematikan layar ponsel, menatap Mayra sekilas sambil menyimpan ponsel ke dalam saku celana. "Sudah siap, kan? Ayo berangkat!" ajaknya yang kemudian berjalan santai, meninggalkan Mayra yang misuh-misuh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aish... Kenapa bisa begini? Gagal sudah rencanaku," gerutunya dengan kaki yang ia hentakkan saking kesalnya.

******

Terpopuler

Comments

Filanina

Filanina

roman-romannya bakal dinikahkan paksa nih.

2025-03-08

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Hayoo, awas papah Vino nikahkan nanti😁

2025-03-08

1

FT. Zira

FT. Zira

malu tapi mau kan May😏

2025-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!