"Mayra..." panggil Ridho. Pemuda bertubuh jangkung itu bergegas berlari menghampiri Mayra begitu melihat Mayra masuk ke dalam kelas.
Mayra lebih dulu meletakkan tas yang dibawanya ke atas meja sebelum menjawab panggilan Ridho. "Ada apa?" tanya Mayra sambil menatap wajah Ridho.
"Agam... Dia nggak marahin Lo, kan?" Ridho bertanya dengan ekspresi wajah yang terlihat khawatir saat menatap wajah Mayra.
Mayra yang masih belum mengerti dengan maksud ucapan Ridho hanya berdiri diam menatap Ridho dengan dahi yang berkerut.
Melihat ekspresi Mayra yang tampak kebingungan, Ridho menghela nafasnya. Ridho paham, jika Mayra masih belum mengerti dengan pertanyaan tadi.
"Sudahlah, lagipula Agam tidak mungkin berani menyakitimu," desah Ridho yang kemudian membalikkan tubuhnya lalu berjalan kembali menuju bangkunya. Awalnya Ridho merasa khawatir Agam akan memarahi Mayra karena tempo hari ia sudah mengantar Mayra pulang. Namun sepertinya, Agam tidak mempermasalahkan hal itu pada Mayra. Setidaknya, itu sudah cukup membuat Ridho merasa lega.
Tak ingin memikirkan soal pertanyaan Ridho, Mayra memilih untuk membongkar isi tasnya dan mulai menyalin PR dari buku milik Agam. Pagi tadi, Agam dan Mayra kembali berangkat ke sekolah bersama. Agam bahkan berbaik hati meminjamkan buku PR miliknya untuk Mayra salin.
*****
Sepulang sekolah, Mayra tengah duduk seorang diri menunggu angkutan umum di Halte depan sekolah. Tadi sebelum bel pulang berbunyi Agam sempat mengirim pesan, jika ia tidak bisa pulang bersama Mayra karena harus mengikuti pelatihan pra Olimpiade, karena itu Mayra terpaksa pulang ke rumah seorang diri.
Ketika tengah melamun sembari menunggu. Sebuah mobil BMW berwarna hitam berhenti tepat di depan Mayra duduk.
"Mayra," panggil seseorang dari dalam mobil. Mayra mendongakkan kepalanya, terlihat seorang pria yang Mayra kenal tengah melambaikan tangan ke arahnya. Mayra bisa melihat jelas seseorang itu dari kaca mobil yang terbuka.
"Kak Arsene," gumam Mayra sambil tersenyum dengan kepala yang ia anggukan untuk membalas lambaian tangan Arsene.
Mayra pikir, Arsene berhenti hanya untuk sekedar menyapanya saja, namun ternyata Arsene tidak hanya ingin sekedar menyapa. Pria berusia 28 tahun itu malah sengaja turun dari dalam mobilnya untuk menghampiri Mayra.
"Sendirian saja?" tanya Arsene ketika pria itu sudah berdiri di depan Mayra.
"Iya, kak," Mayra menjawab sambil tersenyum kikuk, "Kaka mau jemput Rere? tapi Rere sudah pulang duluan, kak," jelas Mayra.
Arsene menggeleng lesu. Pria itu kemudian duduk di sebelah Mayra.
Cukup lama Arsene duduk diam di sebelah Mayra, hingga akhirnya pria itu mendesah dengan tatapan mata yang menatap kosong ke arah depan. "Sedang ada sedikit masalah dengan Rere," ucapnya tanpa menatap Mayra.
Dahi Mayra mengernyit. Sedikit bingung dengan ucapan Arsen, karena setahu Mayra Rere tampak baik-baik saja. Biasanya Rere selalu bercerita jika tengah mengalami masalah.
"Memangnya ada apa, kak?" tanya Mayra. Daripada penasaran Mayra memilih untuk bertanya langsung pada Arsene.
Arsene menoleh, menatap wajah Mayra yang juga tengah menatap ke arahnya. "Kamu... Mau dengerin curhat, Kaka?" tanya Arsene penuh harap.
****
Mobil yang Arsene kemudikan berhenti di parkiran sebuah kafe, Mayra yang duduk di kursi penumpang sebelah Arsene segera melepas sabuk pengaman lantas turun dari dalam mobil.
"Kenapa harus ke kafe? Kita bisa ngobrol di Taman saja, kak," Mayra berkata sembari mengekor di belakang Arsene yang lebih dulu berjalan masuk ke dalam kafe. Awalnya Mayra pikir Arsene akan membawanya ke Taman dekat sekolah, tapi ternyata Arsene malah membawa Mayra ke tempat yang terbilang jauh dari sekolah.
Arsene tidak menghiraukan ucapan Mayra, pria mapan itu tetap berjalan masuk, lantas menaiki anak tangga untuk sampai ke bagian Rooftop kafe.
"Kak..." panggil Mayra yang kembali ingin mengutarakan protesnya. Namun Arsene tidak juga menggubris ocehannya. Mayra pun berinisiatif untuk berjalan mendahului Arsene. Begitu Mayra berhasil mendahului Arsene, ia langsung membalikkan tubuhnya agar bisa berhadapan langsung dengan Arsene.
Arsene menghentikan langkah kaki saat melihat Mayra berdiri di depannya dengan tatapan kesal.
"Daripada terus mengoceh, lebih baik balikkan badanmu," Arsene berkata sembari membalikan kembali tubuh Mayra untuk menatap pemandangan indah yang tersaji dari Rooftop kafe.
Mayra hendak memprotes, namun langsung urung ia lakukan setelah melihat keindahan alam yang tersaji di depan matanya.
Sebuah perbukitan yang ditutupi rumput hijau, pepohonan yang menjulang tinggi dan hamparan ladang yang subur, menciptakan pemandangan yang menyejukkan bagi kedua mata Mayra.
"Indah, bukan?" bisik Arsene.
Mayra yang begitu terpesona kembali melangkah hingga tubuhnya membentur pagar pembatas. "Sangat indah," gumam Mayra sambil terus menatap, mengagumi ciptaan Tuhan yang tersaji di depan matanya.
*****
"Jadi, apa yang ingin Kakak ceritakan?" tanya Mayra yang sudah tidak sabar mendengar cerita Arsene tentang Rere. Keduanya kini tengah duduk saling berhadapan dengan sebuah meja bundar yang berada di tengah sebagai pembatas.
Arsene menghela panjang nafasnya. Sebenarnya cukup sulit bagi Arsene untuk menceritakan tentang perasaannya pada seseorang yang baru ia kenal, namun perasaan tidak nyaman yang terus saja membayangi, membuat Arsene merasa harus membaginya pada seseorang.
"Sebenarnya, kakak..." Arsene menarik dalam-dalam nafasnya sebelum melanjutkan kalimat selanjutnya yang mungkin akan membuat gadis di hadapannya terkejut.
"Kak Arsen menyukai Rere," tebak Mayra setelah sebelumnya terus memperhatikan ekspresi Arsene.
Kedua mata Arsene melebar, begitu terkejut dengan apa yang baru saja Mayra ucapkan. "Ba-Bagaimana kamu bisa tahu?" tanyanya dengan begitu penasaran. Tanpa Arsene sadari, kedua tangan Arsene bahkan sampai menggenggam kedua tangan Mayra yang berada di atas meja.
Mayra tersenyum simpul, perlahan ia menarik kedua tangannya yang tengah di genggam Arsene.
"Maaf," ucap Arsene sambil melepas genggaman tangannya dari tangan Mayra. Rupanya Arsene baru sadar saat Mayra berusaha melepaskan kedua tangannya.
"Ternyata tebakanku benar," kekeh Mayra.
Arsene menatap tak percaya gadis di depannya. Arsene pikir, Mayra mengetahui semua itu dari Rere, tapi ternyata itu semua hanya tebakan Mayra semata.
"Kenapa kamu bisa menebak seperti itu?" Arsene bertanya dengan begitu antusias.
Mayra kembali terkekeh melihat ekspresi Arsene yang terlihat tidak karuan. Terlihat Cemas, canggung dan entah apalagi yang tengah Pria tampan rasakan saat ini.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Dewi Payang
Apa ini modus si Arsene?
2025-03-05
0
Dewi Payang
Calon pacar idaman, rajin buat PR😍
2025-03-05
1
FT. Zira
pr hasil nyalin...duhhh/Facepalm//Facepalm/
2025-03-08
0