Bab 7

"Aa-Agam____" ucap Mayra dengan tergagap. Saking terkejutnya Mayra, tubuhnya sampai berkeringat dingin, bahkan kedua telapak tangan Mayra sampai ikut berkeringat.

Mayra berhenti berjalan, berdiri terdiam sambil menundukkan kepalanya. Mayra tak berani menatap wajah Agam yang menatap Mayra dengan wajah datar namun dengan kedua mata yang menghunuskan tatapan taja, memindai tubuh Mayra dari atas sampai ke bawah. Belum lagi aura dingin yang begitu terpancar dari tubuh Agam, membuat Mayra semakin merasa takut untuk sekedar menatap wajah Agam.

Melihat Mayra yang berdiri diam tanpa berani menatap wajahnya. Agam berjalan mendekati Mayra.

Agam berhenti melangkah, berdiri tepat di hadapan Mayra. "Kamu tahu, aku paling tidak suka dibohongi," ucapnya kemudian kembali melangkah sambil menyenggol bahu Mayra dengan sengaja.

Saat melewati Mayra sambil menyenggol bahu, Agam bisa mencium bau parfum asing khas parfum pria menguar dari tubuh Mayra. Membuat Agam mengepal erat kedua telapak tangannya saat berjalan pergi. Kecurigaannya terhadap Mayra terbukti sudah. Tidak sia-sia ia menunggu Mayra dan memantau kedatangannya lewat cctv yang terpasang di tembok gerbang depan, sehingga saat Mayra pulang. Agam bisa langsung mengetahuinya dan mencegatnya di depan kamar Mayra.

Agam memang sudah berjalan pergi menjauh, namun Mayra masih berdiri diam sambil menundukkan kepalanya. Kedua matanya berkaca-kaca, merasa bersalah karena telah membohongi Agam. Semua alasan yang sebelumnya ia susun rapi, tidak berani ia ucapkan, karena Agam pasti tidak akan mungkin percaya.

*****

Semalaman Mayra tidak bisa tidur nyenyak. Rasa bersalahnya pada Agam, membuat Mayra tidak merasa tenang. Mayra berusaha menjelaskan pada Agam melalui pesan yang ia kirimkan, namun Agam tidak membalas satu pesan yang Mayra kirim. Belum lagi semalam Budhe Darmi juga menasehati Mayra panjang lebar agar Mayra tidak melupakan kewajibannya di rumah yang menjadi tempatnya bernaung saat ini.

"Den Agam sudah berangkat duluan. Nyonya bunda bilang, kamu berangkat sekolah diantar pak Jarwo saja," ucap Budhe Darmi saat melihat Mayra masuk ke dapur hendak menyiapkan bekal makan.

Mayra melirik sekilas arloji di lengannya.

"Masih pukul enam pagi. Tapi Agam sudah berangkat lebih dulu. Sepertinya, Agam beneran marah padaku," gumam Mayra dalam hati.

"Budhe, apa Agam sudah sarapan sebelum berangkat?" tanya Mayra sambil menyendok beberapa lauk makan untuk bekal makan siangnya.

Budhe Darmi menggeleng. "Belum," jawabnya sambil menyiapkan sarapan untuk dihidangkan di meja makan.

Jawaban dari Budhe Darmi membuat Mayra bergegas mengambil satu wadah makan lagi dan mengisinya dengan beberapa lauk kesukaan Agam.

"Mayra berangkat sekarang saja Budhe." Buru-buru Mayra kembali ke kamar untuk mengambil tas sekolahnya.

Sampai di sekolah, Mayra bergegas menuju kelas untuk menemui Agam. Namun saat sampai di kelas, Mayra tidak menemukan Agam. Kelas pun masih terlihat sepi karena hari yang masih terbilang cukup pagi.

Mayra menyimpan tasnya, tidak lupa lebih dulu mengambil bekal milik Agam dari dalam tas. Lantas buru-buru Mayra kembali keluar kelas menuju taman belakang sekolah. Mayra yakin Agam tengah berada di sana saat ini.

Sambil berlari, Mayra menenteng bekal sarapan untuk Agam. Sampai di taman belakang, Mayra melihat Agam tengah duduk seorang diri di kursi taman sambil memejamkan kedua matanya. kedua telinganya disumbat earphone yang terhubung dengan ponsel yang tergeletak di atas kursi di samping Agam duduk.

Perlahan Mayra berjalan menghampiri Agam. Saat sudah berada di dekatnya, Mayra duduk di kursi yang sama tepat di samping Agam duduk. Ragu-ragu Mayra hendak membangunkan Agam, hendak meminta Agam untuk menyantap bekal sarapannya lebih dulu sebelum bel masuk berbunyi.

"A-Agam," panggil Mayra ragu-ragu.

Panggilan Mayra tidak mendapat respon dari Agam. Pemuda itu masih diam dalam posisinya.

"Agam," panggil Mayra lagi. Kali ini Mayra memanggil sambil menepuk lembut bahu Agam.

Berhasil... Agam membuka matanya. Menoleh sekilas ke arah Mayra lantas menarik earphone yang menyumbat kedua telinganya.

"Aku bawakan bekal sarapan," ucap Mayra sambil menunjukkan sekotak bekal sarapan.

Agam melirik sekilas, "Berikan saja bekal itu pada teman barumu," sindir Agam yang kemudian berdiri lalu berjalan pergi.

Mayra melongo, memandang Agam yang berjalan menjauhinya. Belum sempat Mayra meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Agam sudah lebih dulu menjauhinya.

Mayra kembali ke kelas dengan langkah gontai. Hari masih pagi, tapi semangatnya sudah luntur diawal hari.

"May..." panggil Rere. Menyambut kedatangan Mayra dengan senyum sumringahnya.

Mayra berjalan lesu menghampiri Rere kemudian duduk di sebelahnya.

"Masih pagi, May. Udah lemes aja bawaannya," ledek Rere.

Tidak berniat menggubris Rere. Mayra malah melirik ke arah Agam yang tengah duduk di kursi sambil membaca komik favoritnya.

Rere menatap Mayra yang tengah melirik Agam. Senyum tipis tersungging di bibirnya.

Waktu terus berputar, namun terasa begitu lambat bagi Mayra, padahal Mayra begitu ingin cepat pulang agar bisa bicara pada Agam, mengutarakan kata maaf secara langsung pada Agam dan berjanji untuk tidak lagi membohonginya. Sikap dingin Agam sejak semalam hingga pagi tadi saja sudah cukup membuat Mayra merasa tidak nyaman.

Sayangnya, keinginan Mayra untuk bicara pada Agam kembali tertunda, Karena saat pulang sekolah Agam tidak menunggu Mayra di tempat biasa.

****

Pulang sekolah tanpa menumpang motor Agam, membuat Mayra terpaksa pulang menggunakan transportasi umum. Jalanan yang macet membuat Mayra kembali terlambat pulang ke rumah, Budhe Darmi pun kembali mengomel panjang lebar pada Mayra.

"Untung Den Agam mau makan siang di kamarnya. Kalo sampe ndak mau makan lagi. Budhe makin ndak enak sama Nyonya bunda," ucap Budhe Darmi sambil mencuci piring kotor yang baru saja Budhe Darmi ambil dari kamar Agam.

"Maaf, Budhe Tadi di jalan macet. Makanya Mayra pulang terlambat." Mayra kembali menjelaskan sambil mengelap piring serta gelas yang akan ia masukan ke dalam lemari.

Budhe Darmi yang selesai mencuci piring lantas menutup keran air, mengelap kedua tangannya, kemudian berjalan menghampiri Mayra.

"Makanya, lain kali kamu Ndak boleh bohong sama Den Agam lagi." Sambil menepuk bahu Mayra, Budhe Darmi kembali menasehati Mayra.

"Iya, Budhe. Mayra janji... Kedepannya ngga bohong lagi sama Agam," jawab Mayra sambil tertunduk lesu. Kedua tangannya tetap aktif mengelap piring.

"Den Agam, May...!" ralat Budhe Darmi. Menepuk kembali bahu Mayra lebih keras untuk mengingatkan Mayra akan posisi Agam di rumah itu.

*****

Terhitung sudah tiga hari semenjak Mayra berani membohongi Agam. Semenjak itu pula sikap Agam bertambah dingin dan acuh pada Mayra. Agam bahkan tidak lagi mengajak Mayra berangkat dan pulang sekolah bersama. Agam sengaja lebih dulu berangkat, sementara Mayra memilih untuk berangkat sekolah menggunakan transportasi umum. Saat pulang sekolah, Mayra yang sudah mengerti jika Agam masih marah dan tidak lagi menunggunya di tempat biasa memutuskan untuk mengorder ojek online sebelum bel pulang berbunyi agar saat pulang sekolah, Mayra tidak terlambat pulang ke rumah.

Saat berada di rumah sikap Agam semakin terasa dingin. Agam tidak lagi makan di meja makan bersama Mayra. Agam meminta Budhe Darmi mengantarkan makan siangnya ke kamar. Agam akan terus berada di kamarnya hingga waktu makan malam tiba, seolah sengaja menghindari bertemu dengan Mayra.

Agam yang memilih untuk makan siang di kamarnya membuat Mayra melewatkan makan siangnya. Sejak pulang sekolah hingga sore hari, Mayra menyibukkan diri dengan membantu Budhe Darmi dan asisten rumah tangga lainnya mengurus rumah. Sementara saat malam hari, Mayra harus mati-matian belajar dan mengerjakan PR seorang diri. Tidak bisa lagi bergantung meminta bantuan Agam yang biasanya selalu membantu Mayra memberi contekan PR.

Tiga hari melewatkan makan siang dan makan malam, membuat tubuh Mayra terlihat lesu tidak bersemangat, apalagi Mayra hanya memakan sepotong roti sebagai menu sarapannya pagi ini.

"May, ke Kantin Yo! gue traktir deh," ajak Rere. Sebenarnya bukan hanya hari ini saja Rere mengajak Mayra untuk makan bersamanya di kantin, hari sebelumnya pun Rere sudah berusaha mengajak Mayra, namun Mayra selalu menolak ajakan Rere dengan berbagai alasan.

Mayra menggelengkan kepalanya. Hari ini pun Mayra kembali menolak ajakan Rere, apalagi siang nanti Agam memiliki jadwal bertanding basket, dan seperti biasanya, Mayra harus segera pergi ke ruang ganti untuk menyiapkan perlengkapan Agam sebelum ada orang lain yang melihatnya ada di sana.

"Kali ini aja, May. Badan Lo lemes gitu," bujuk Rere. Rere begitu mengkhawatirkan keadaan sahabatnya yang terlihat pucat sejak pagi, namun yang dikhawatirkan malah kembali menggelengkan kepalanya. Menolak ajakan Rere.

"May ____"

"Gue ngga apa, Re! Udah ya... Gue ke toilet dulu," potong Mayra yang lantas berdiri kemudian berjalan lesu keluar dari kelas sambil membawa tas berisi perlengkapan milik Agam.

Di ruang ganti tempat biasa Agam dan timnya berganti pakaian. Mayra bergegas membuka loker milik Agam. Mayra memang memiliki satu kunci cadangan loker milik Agam yang ia gunakan untuk menyimpan tas berisi perlengkapan Agam.

Baru saja Mayra membuka kunci loker dan hendak menyimpan tas untuk Agam, seorang pemuda yang merupakan rekan satu tim Agam masuk ke dalam ruang ganti yang hanya terdapat Mayra di dalamnya.

"Woii... Siapa Lo? Ngapain ada di sini?" tanya pemuda itu sambil bergegas berjalan mendekati Mayra. Pemuda itu terkejut sekaligus curiga mendapati seorang gadis berasa di loker khusus pria.

Mayra yang terkejut sampai tidak sengaja menjatuhkan tas yang hendak ia simpan di loker. Buru-buru Mayra mengambilnya, namun belum sempat tangan Mayra meraihnya. Tas itu lebih dulu diraih oleh pemuda tadi.

"Ini kan tasnya Agam. Woii... Lo penguntit ya?" tuduhnya dengan suara keras. Jari telunjuknya mengarah ke wajah Mayra. Pemuda itu hafal betul tas yang di pegangnya saat ini adalah tas milik Agam, sehingga kecurigaannya pada gadis di depannya semakin bertambah besar.

Mayra tergagap. Tubuhnya gemetar dengan wajah yang terlihat cemas bercampur takut. Hampir tiga tahun melakukan rutinitas menyiapkan perlengkapan Agam, baru kali ini Mayra ketahuan.

Suara keras pemuda itu menarik rekan satu timnya yang berada di luar ruangan untuk masuk ke dalam ruang ganti. Mereka penasaran dengan penyebab rekannya itu berteriak dari dalam ruangan.

Mayra semakin takut. Bukan hanya tubuhnya yang gemetaran, keringat dingin pun mulai mendominasi tubuh mungil Mayra. Apalagi kini bukan hanya satu orang yang memergokinya berada di dalam ruangan itu. Semua rekan satu tim Agam berada di sana. Menatap Mayra dengan tatapan berbeda-beda.

"Mayra... Lo ngapain ada di sini?" tanya salah seorang rekan satu tim Agam. Pemuda bertubuh jangkung itu lantas berjalan maju mendekati Mayra. Pemuda itu mengenal Mayra sebagai salah satu penghuni satu kelasnya bersama Agam.

Mayra mendongakkan kepala. Menatap pemuda jangkung itu. Mayra mengenalnya, pemuda bernama Ridho yang merupakan teman satu kelasnya bersama Agam. "Jika Ridho ada di sini, itu artinya... Agam." Mayra mengedarkan pandangannya.

Deg.

Agam berdiri di belakang rombongan rekan satu timnya. Menatap Mayra dengan tatapan datarnya.

******

Terpopuler

Comments

Obito Uchiha

Obito Uchiha

mayra kalo dipikir2 beruntung juga sih tinggal sama keluarga adam yg tajir gitu, ya walau kadang ada tugas yg berat kayak nganter perlengkapannya agam ke lokernya. oh itu ridho. bakal jadi karakter penting nih kayaknya ridho. tambah marah deh si agam ngeliat mayra ketauan gitu, atau justru mayra dibela ya, karna gimanapun juga mayra kan udah berjasa buat agam

2025-04-14

0

Filanina

Filanina

Kalau ada saingan, mungkin bisa dijadikan motivasi dia buat nambah effort dalam menggapai hati Mayra.

Atau sebaliknya, marah2 dan Mayra yang malah tambah tertekan ke depannya?

2025-01-23

0

Diana (ig Diana_didi1324)

Diana (ig Diana_didi1324)

mungkin may lg ada masalah jd gk mood makan. kayak aku pdhl laper tpi kdang ditahan akhirnya jadi onyakit asam lmbung😪😪

2025-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!