Bab 19

Sebuah mobil mewah yang membawa Ayah Vino dan Bunda Alya berhenti di halaman luas sebuah Mansion mewah milik keluarga Wiranata. Begitu mobil berhenti, dua orang pria berpakaian hitam bergegas menghampiri mobil untuk membukakan pintu.

Ayah Vino menggandeng mesra Bunda Alya, keduanya berjalan bersama menuju sepasang suami istri yang tengah berdiri di depan pintu untuk menyambut kedatangan keduanya.

"Selamat datang di Mansion kami, Tuan Mahardika," sambut seorang pria tampan sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut uluran tangan Ayah Vino. Di samping pria tadi, berdiri seorang wanita cantik yang tengah tersenyum ramah menyambut kedatangan rekan bisnis sekaligus calon kerabatnya kelak.

"Jeng Alya, bagaimana kabarnya?" Wanita cantik itu menyapa sambil memeluk hangat Bunda Alya.

"Alhamdulillah, Kamu sendiri bagaimana kabarnya, Yang?" tanya Bunda Alya setelah mengurai pelukan Wanita bernama Mayang, istri pemilik Mansion Wiranata.

Nyonya Mayang tersenyum, lantas meraih tangan Bunda Alya, "Jeng Alya, sebaiknya kita ngobrol di dalam saja," bisik wanita berparas cantik itu, kemudian menggandeng Bunda Alya masuk ke dalam Mansion, meninggalkan kedua pria yang masih asyik mengobrol.

Sambil berjalan beriringan menuju taman bunga, Bunda Alya dan Nyonya Mayang mengobrol tentang banyak hal, namun ketika melewati sebuah ruangan besar, fokus Bunda Alya teralihkan pada sebuah lukisan besar yang tergantung di dinding ruangan itu.

Penasaran dengan lukisan besar itu, Bunda Alya sampai menghentikan langkah saat berdiri tepat di depan lukisan. Menatap sebuah lukisan yang menampakkan seorang wanita cantik tengah duduk memangku seorang bocah laki-laki, di belakangnya tampak seorang pria tampan nan gagah berdiri tegak memegang bahu sang wanita.

Melihat Bunda Alya yang tampak antusias saat menatap lukisan keluarga sang suami, Wanita cantik pemilik Mansion itu kembali tersenyum, lantas berjalan mendekati Bunda Alya. "Beliau adalah mendiang mertua saya," tutur Nyonya Mayang. "Bocah laki-laki yang duduk di pangkuan itu adalah Papinya Nabila," tambahnya, menjelaskan siapa saja orang yang berada di dalam lukisan itu.

Mendengar penuturan Nyonya Mayang, Bunda Alya kembali tersenyum sambil terus memandang lukisan itu, sampai akhirnya sebuah benda yang melingkar di leher Nyonya besar Wiranata membuat Bunda Alya mengerutkan dahi. "Rasanya, aku pernah melihat benda seperti itu! Tapi... Di mana ya aku melihatnya?" gumam Bunda Alya dalam hati, sambil berusaha mengingat.

*****

Sementara di Apartemen milik Agam.

"Agam, aku lelah... Kepalaku juga pusing," keluh Mayra yang kemudian merebahkan diri di atas kasur empuk Agam.

Agam yang sejak tadi fokus menatap layar laptop, mengalihkan pandangannya pada Mayra.

Beranjak dari kursi belajar, Agam beralih duduk di atas kasur dekat Mayra berbaring bersama tumpukan buku dan kertas-kertas soal latihan yang sengaja Agam buat untuk Mayra kerjakan.

"Apa sudah kamu kerjakan semuanya?" tanya Agam, mencondongkan tubuhnya untuk membelai lembut wajah Mayra.

Mayra tersenyum, melihat Agam yang manis seperti ini tentu saja membuatnya bahagia. Meski sebuah tanda tanya besar bersarang di kepala, tentang alasan perubahan sikap Agam hari ini.

"Aku lanjutkan besok lagi, ya!" pinta Mayra dengan wajah memohon. Sudah lebih dari dua jam berkutat dengan berbagai angka dan rumus, membuat kepala Mayra terasa pening. Ia lebih suka membantu Budhe Darmi di dapur daripada harus berjibaku dengan berbagai rumus.

Agam tersenyum, menatap wajah cantik Mayra yang selama ini sengaja selalu ia hindari. "Selesaikan sekarang! aku ingin melihat hasilnya," ucap Agam menolak tegas permohonan Mayra.

Mayra menghela nafas, kembali duduk bersila dari posisi berbaringnya. "Lihatlah, aku sudah mencoba menyelesaikannya," Mayra menyodorkan selembar kertas soal yang tadi ia kerjakan untuk Agam koreksi.

Agam meraih lembaran kertas yang Mayra sodorkan, pemuda itu tampak meneliti jawaban yang Mayra bubuhkan di atas kertas soal.

"Masih ada beberapa jawaban yang salah, coba kamu perbaiki lagi!" ucap Agam, menyodorkan kembali kertas soal pada Mayra.

"Agam..." Dengan lesu Mayra kembali meraih kertas itu.

"Dalam beberapa hari ke depan, Aku tidak bisa membantu mengerjakan tugas. Karena itu, cobalah belajar mengerjakan tugasmu sendiri! Bukankah tadi aku sudah memberi tahu cara mengerjakannya?" papar Agam.

Mayra tertunduk lesu, apalagi saat mengingat Agam yang hendak pergi selama beberapa hari ke depan. "Bukannya, kamu bisa membantuku lewat chat atau Video call? Atau aku minta bantuan Rere saja," seru Mayra.

Kali ini Agam yang menghela nafas. Gadis di depannya ini benar-benar sulit jika diminta untuk belajar, tapi begitu semangat jika diminta untuk memasak.

"Jangan hanya bergantung padaku dan Rere! Belajarlah sendiri untuk mengerjakan tugasmu," Agam mulai menaikkan intonasinya.

Mayra menyerah, daripada harus kembali melihat Agam bermuka datar dan bermulut pedas, lebih baik ia menuruti ucapan Agam untuk kembali belajar.

"Ingat, aku lebih suka melihatmu jadi gadis penurut seperti ini, bukan gadis pembangkang seperti kemarin," peringat Agam sambil membelai lembut rambut panjang Mayra.

*****

Kembali ke Mansion Wiranata.

"Bunda... " panggil seorang gadis cantik berambut panjang. Gadis itu merentangkan kedua tangannya, berlari kecil sambil tersenyum bahagia saat melihat Bunda Alya berkunjung ke Mansion.

Bunda Alya tersenyum lembut, memeluk gadis berambut panjang itu yang kini terlihat semakin cantik.

"Bagaimana kabarmu, Sayang?" tanya Bunda Alya setelah gadis itu mengurai pelukannya.

"Sangat baik, Bunda," jawabnya dengan senyum bahagia. "Oia, di mana Agam?" tanyanya sambil memandang ke arah sekitar, berharap kekasih hatinya itu ikut berkunjung.

Bunda Alya kembali tersenyum, mengelus lembut pucuk kepala sang gadis. "Agam, tidak ikut berkunjung ke sini,"

Jawaban Bunda Alya, membuat ekspresi gadis itu berubah muram, wajahnya pun tertunduk lesu. Harapannya untuk bisa bertemu kekasih hati, sepertinya hanya berujung rasa kecewa.

Melihat putri kesayangannya tertunduk lesu dan terlihat kecewa, Nyonya Mayang lantas menghampiri putri cantiknya, "Besok, Agam akan mengikuti Olimpiade di kota sebelah, kita semua akan pergi ke sana untuk memberinya semangat," hibur Nyonya Mayang.

Gadis bernama lengkap Nabila Wiranata itu menatap wajah sang Mami dengan binar bahagia. "Beneran Mih?" tanyanya memastikan.

"Benar, Sayang... Besok kita akan melihat Agam bertanding di kota sebelah," jawab Bunda Alya. Nabila pun tersenyum bahagia.

"Akhirnya, kita bisa berjumpa lagi. Aku sangat merindukanmu, Agam... " gumam Nabila dalam hati.

Nabila

Terpopuler

Comments

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

⧗⃟ᷢʷ ☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩

jgn jgn kalung di pake Mayra sama dgn di lukisan

2025-03-17

0

Filanina

Filanina

pacarnya agam? bukan pacar dong kalau gitu. dijodohkan. pacar itu kalau Agam yg inisiatif mau

2025-03-18

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Ada di Mayra, jangan²... Mayra keluarganya, ketuker sama Nabila, ups🤭🤭🤭🤭

2025-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!