Beberapa hari telah berlalu. Ammar dan Nia beserta khal dan keen telah kembali satu minggu yang lalu.
Semua urusan pendaftaran untuk calon mahasiswa baru telah beres. Hingga Keluarga besar Al Malik memilih untuk segera kembali ke negaranya, karena memang mereka tidak ingin membuat kedua anak kembarnya mengambil hari libur yang terlalu lama.
Zeline berjalan tergesa-gesa melewati koridor kampus. Sesekali dia menolehkan kepalanya untuk mencari seseorang.
"Hah ... Itu dia Om Denis," ucapnya sembari melangkah semakin cepat guna ingin segera menemui sosok omnya itu.
"Om ... Om Denis," panggilnya beberapa kali.
Merasa namanya mengudara seketika itu Denis menghentikan langkahnya dan segera memutar tubuhnya kebelakang.
"Loh, kamu Zeline. Ada apa? Kan, acara ospeknya baru dimulai besok," tanya Denis yang saat ini masih terkejut dengan kehadiran zeline yang tiba-tiba.
Zeline menggeleng pelan.
"Om bisa bantu Zeline nggak?" tanyanya dengan cepat
"Bantu apa? Ada apa sebenarnya?" Denis balik bertanya
"Mama sakit Om. Tadi pagi Khal telvon kalau Mama dan papa masuk rumah sakit " Jelasnya singkat.
"Kok bisa? Kak Nia sakit apa?" tanyanya lagi dengan wajahnya yang kini mulai mengerut.
Zeline mengerdikkan bahunya diikuti oleh gerakan kepalanya yang mengayun ke k iri dan ke kanan.
"Gak tau, Om. Khal cuman bilang kalau Mama tadi, masuk rumah sakit. Gitu doang," jelasnya.
"Trus kamu rencananya mau pulang ke Malaysia, gitu?" tanya denis
Zeline memasang wajah melas, kemudian ia mengangguk nbbh BB.
" Iyah, om. Zeline takut jika terjadi sesuatu sama mama. Om bisa ajukan cuti gak ? " tanya zeline balik
"Hem. Baiklah. Biar om yang atur," balasnya
"Jadi kamu mau langsung berangkat setelah ini?" tanyanya.
"Iyah, Om. Zeline bakal langsung berangkat setelah ini. Pak Dadang nunggu di depan. Yasudah kalau gitu Zeline langsung berangkat saja, yah. " Ucap Zeline.
"Yasudah, hati-hati. Salam buat Kak Nia. Kabari Om jika terjadi sesuatu," tutur Denis.
Zeline kembali mengangguk. "Beres om. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Tanpa menunggu lagi, zeline segera berbalik dan melangkah pergi. Berjalan cepat menuju arah pintu keluar kampus. Sesaat kemudian dia teringat akan sesuatu. Mengambil ponselnya dari dalam saku jaketnya.
Setelah menemukan nama seseorang di ponselnya, zeline segera mengangkat ponselnya mendekat kearah daun telinganya.
Namun disaat yang bersamaan seseorang dari belakang telah menabraknya. Entah dia sengaja atau tidak, hal itu membuat tubuh zeline sedikit terhuyung kedepan hingga membuat ponsel miliknya terjatuh.
"Eeeeeehhh" pekik zeline.
Prrraaaanngkk
"Hah ... ponselku," teriak zeline sembari melototkan matanya kearah ponsel miliknya yang terjatuh
"Sorry ... sorry ... aku gak sengaja," ucapnya seseorang.
Namun sesaat kemudian zeline menatap tajam kearah cowok yang menabraknya tersebut.
"Heh ... kamu punya mata gak?" bentaknya. Dengan segera zeline meraih ponselnya. Menatap sedih kearah benda tersebut yang tampak retak.
"Ponselku," gumamnya.
Zeline kembali menatap kearah cowok di depannya itu. Wajahnya sudah memadam menahan amarahnya.
"Kamu harus ganti rugi!" ucap zeline dengan kesal.
"Ampun deh ... aku kan udah bilang gak sengaja. Tadi buru-buru. Pas mau ngehindarin pintu ruangan pak denis yang terbuka taunya, kamu ada didepanku. Salah kamu sendiri yang pegang ponselnya kurang erat, sampe terjatuh gitu," jelasnya.
Zeline mengepalkan kedua tangannya ke depan.
"Iiiiiisssshh ... enak bener kamu ngomong. Kalau bukan karena kamu yang nabrak aku tiba-tiba, mana mungkin ponselku bisa jatuh. Pokoknya aku gak mau tau. Kamu harus ganti rugi," ucap zeline dengan kesal.
Namun, zeline semakin dibuat kesal oleh cowok itu yang saat ini sudah berbalik dan ingin pergi.
"Eh ... Eh ... Eh ... Kamu mau kemana? Ganti rugi dulu! Ponselku rusak, nih," ucap zeline sembari menahan lengan cowok itu.
"Apaan sih. Lepasin nggak!" bentaknya.
"Nggak ... sampe kamu ganti rugi," balas zeline pun tak kalah sengit.
"Aku kan, udah bilang gak sengaja. Ponsel kamu kan, kamu jatuhin sendiri," balasnya pun juga tak kalah sengit.
"Iya, tapi kan gara-gara kamu nabrak aku, ponselku jadi jatuh. Tanggung jawab dong. Gimana sih?" ucap zeline lagi semakin meradang.
"Astaga. Ni cewek benar-benar deh. Yasudah kamu minta ganti rugi berapa? Aku harus segera pergi nih," balasnya.
"Aku belinya 8 juta. Kasih 4 juta aja deh," ucap zeline.
"Heh ... Nggak ada, Aku gak ada uang sebanyak itu. 2 juta aja kalau mau."
"Yauda, sini," balas zeline sambil mengadahkan tangannya kedepan.
Cowok itu tampak masih diam sembari menatap tangan zeline.
"Bukan sekarang, tapi besok tanggal 1. Sekarang uang jajanku udah mepet. Janji deh tanggal 1 aku kasih."
Zeline menggeleng cepat. "Nggak ada. Pokoknya sekarang!"
"Sorry ... Kalau sekarang aku gak ada. Benar deh, tanggal 1 aku kasih. Aku buru-buru harus pergi. Tanggal 1. Inget tanggal 1," ucapnya dengan menarik paksa lengannya dari genggaman tangan zeline yang kemudian dia telah berhasil meloloskan diri sambil berlari.
"Heh. Tunggu!!" teriak zeline. Gadis itu pun tampak ikut berlari mengikuti langkah cowok tadi.
Hosh ... Hosh ... Hosh ....
Bbbbbrruuuuuuuummmmmmmm
Terdengar suara deru motor sport yang semakin keras. Zeline sekilas melihat kearah motor tersebut. Raut wajahnya Tiba-tiba berubah menjadi kesal kembali.
"Tanggal 1 yah," teriaknya sembari membawa motornya keluar dari gerbang kampus.
Zeline menghela nafas panjang. Merasa kesal dan juga kecewa. Gadis itu kembali menatap ponsel miliknya yang telah rusak.
"Hahh ... dia kabur. Alamat gak dapat ganti rugi deh. Drama lagi dong ke papa." gumamnya sendiri.
Sesaat kemudian zeline menepuk keningnya. Merasa kesal kembali ketika dirinya tersadar telah melupakan sesuatu.
"Astaga, aku lupa jika keberangkatanku pukul 4."
Zeline melirik jam tangannya, kemudian segera berlari keluar kampus untuk segera menghampiri pak Dadang yang masih setia menunggunya ditempatnya.
Setelah itu, zeline segera masuk kedalam mobil dan meminta pak Dadang untuk segera melajukan mobilnya menuju bandara.
Dia sungguh merasa sangat kesal saat ini. Ponselnya rusak, bahkan waktu keberangkatan pesawatnya npun juga mepet. Merapalkan doa agar bisa tepat waktu saat datang ke bandara.
Pak Dadang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Zeline sungguh tidak ingin menunda waktu lagi agar segera Sam di rumahnya.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pak Dadang memutar kemudinya memasuki halaman bandara internasional Soekarno Hatta.
Tak menunggu lagi, zeline segera keluar dari mobilnya dan segera berlari menuju loket keberangkatan pesawat. Dan syukurlah karena gadis itu masih bisa sampai tepat waktu.
"Hhhhhhaaahhhh ... syukurlah tidak terlambat," gumamnya sendiri yang kini telah melangkah masuk kedalam pesawat .
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
fazisya
Ino
2020-12-07
0
fazisya
ino
2020-12-07
0
Widi Nuhgraeni
Ino ya thor
2020-09-15
0