Plaakkk
Suara telapak tangan yang menyentuh kulit pipi menggema di dalam sebuah ruangan. Sosok pria dewasa menatap lelaki muda dengan sengit dan penuh amarah.
"Sekarang apa lagi yang kamu perbuat, hah?" bentak pria dewasa itu.
Lelaki muda itu hanya menundukkan kepalanya. Tak berniat untuk sekedar menatap wajahnya.
Satu menit.
Dua menit.
lima menit.
"Jawab pertanyaan papa."
"Bagaimana bisa mobil itu penyok seperti itu, ino?" tanyanya lagi.
Pria dewasa itu menghela nafas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat. Mengusap wajahnya dengan kasar. Dia seakan sudah kehabisan tenaga jika harus berurusan dengan putranya yang satu ini.
"Mulai sekarang kamu tidak boleh menggunakan mobil lagi! Cukup motor saja," ucapnya sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan itu. Lebih tepatnya ruangan kerja miliknya.
Sesaat setelah pria dewasa itu keluar, sosok lelaki muda lain masuk kedalam sana. Menatap sendu kearah lelaki muda yang saat ini terlihat sedih.
"Kak.Maafin aku," ucapnya.
Kini ino memutar lehernya. Melihat sosok adiknya dengan datar tanpa ekspresi apapun. Perlahan dia melangkah melewati sosok lelaki muda yang memanggilnya kakak itu. Namun, sebelum pergi dia salah satu tangannya menepuk bahu adiknya itu sembari berkata.
"Sudahlah! Papa akan selalu seperti itu padaku," ucapnya lemas.
Setelah beberapa langkah, Ino telah dibuat terkejut. Maniknya melotot ketika seseorang telah menghadang jalan didepannya. Berada diambang pintu dengan wajah yang sembab.
"Ma, kenapa Mama menangis?" tanya Ino.
Wanita itu tampak begitu sulit untuk mengeluarkan sepatah kata. Bibirnya bergetar menahan Isak tangis. Tak lama setelahnya, dia telah melangkah maju dan memeluk putranya itu dengan sayang.
"Maafkan, Papamu ya, Ino. Dia sedang banyak masalah akhir-akhir ini," bisiknya.
Ino menggeleng pelan.
"Tidak, Ma. Jangan menangis! Ino sudah biasa mendapatkan pukulan darinya. Papa memang selalu seperti ini jika berurusan denganku," jelasnya.
"Sudahlah! Ino tidak apa-apa, Ma. Jangan menangis lagi,! ucapnya lagi sembari meleraikan pelukannya. Mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah mamanya yang tampak basah.
"Baiklah, Ino akan kembali ke kamar," ucapnya lirih yang diikuti oleh kedua kakinya yang sudah melangkah semakin menjauh.
Ino telah melangkah pergi menuju dimana kamarnya berada. Sekali lagi lelaki tampan itu harus menanggung kesalahan yang diperbuat oleh adiknya.
Memang hal semacam ini bukanlah yang pertama kali, namun berkali-kali. Walaupun Farel sang adik telah melarang kakaknya untuk mengakui kesalahannya, Ino tetap saja tidak menghiraukannya.
Hingga tak jarang pria dewasa yang dipanggil dengan sebutan papa itu melayangkan pukulan ataupun tamparan yang mungkin akan membekas setelahnya. Hingga membuat hubungan antara keduanya semakin lama semakin merenggang.
***
Disisi lain ditempat lain pula, namun di kota yang sama. Terlihat beberapa remaja tampak begitu bahagia dengan keadaan mereka. Gelak tawa terdengar nyaring dipenjuru ruangan.
"Kalian benar-benar menyebalkan," ucap zeline dengan kesal.
Terdengar suara tawa kembali menggelegar di telinga.
"Ada apa ini? Kenapa berisik sekali!" bentak Nia dari ambang pintu.
Suara teriakkan Nia berhasil membuat kedua remaja berusia 13 tahun itu menghentikan tawanya. Kamar zeline kini telah berubah menjadi mode senyap.
"Lihatlah, Ma ! Mereka berdua merusak jam tanganku yang baru dibelikan papa kemarin," Zeline mengadu pelan. Wajahnya tampak menatap kesal pada kedua lelaki itu.
Nia kini menoleh kearah dua anak lelakinya. Menghela nafas ketika mereka berdua tersenyum tanpa merasa bersalah.
"Kak khal yang tadi melemparnya, Ma," ucap keen membela diri.
"Heh, kok jadi aku sih. Kan, kamu yang nggak bisa tangkap." Khal pun juga ikut membela dirinya
"Astaga ... kalian berdua ini, selalu saja bikin ulah. Sudah sana, kembali ke kamar kalian!" titahnya pada kedua anak kembarnya
" Iya ... Ma," jawab mereka bersamaan.
Baru saja keduanya melangkah pergi, suara teriakan mamanya membuat mereka harus kembali berbalik.
"Eh ... eh ... Minta maaf dulu," titah Nia lagi.
Keduanya menghela nafas kemudian mengangguk kecil.
"Kak, maafin Khal ya."
"Maafin Keen juga ya, Kak."
Mereka berucap hampir bersamaan. Zeline menatap garang kearah adik kembarnya.
"Kalian itu suka sekali merusak barang-barang milikku. Sudah ... sana balik!" ucapnya dengan sedikit kesal.
Kemudian kedua adiknya itu segera berbalik dan melangkah pergi. Tidak ada lagi yang mencegahnya untuk berlama-lama di dalam kamar kakaknya itu.
Nia melangkah semakin mendekat kearah zeline yang saat ini berada di tepi ranjang. Masih menatap sedih kearah jam tangan mahalnya.
"Coba mama lihat," ucap Nia yang saat ini telah berdiri di depannya.
Zeline mengadakan kepalanya. Menatap wajah cantik mamanya. Kemudian segera menyodorkan jam tangan miliknya yang telah menjadi korban kenakalan adik kembarnya.
"Cuma retak. Ini masih bisa dipake, Zeline," ucapnya santai dengan masih memperhatikan kondisi jam tangan tersebut.
"Hah ... Mama yang bener aja. Masa zeline pake jam tangan retak sih, Ma," keluh Zeline.
"Ya, kalau nggak mau pake, tinggal taruh saja apa susahnya. Masih banyak juga kan, jam tangan kamu yang lain," tutur Nia.
"Mama. Ini kan, jam tangan mahal, limited edition pula. Baru juga ku pakai sekali. Sayang banget kan," rengek Zeline semakin kesal.
"Trus mau gimana lagi, udah retak. Kalau sayang ya ... dipake aja. Kalau gak mau tinggal disimpen," tutur Nia lagi.
"Masih gak rela, deh." ucap Zeline lemas.
"Sudah, sebaiknya kamu lekas istirahat. Besok pagi papa akan mengantarmu ke kampus. Mengurusi masalah kuliahmu," titahnya.
Nia segera mendaratkan ciuman dipipi putrinya itu. Setelahnya wanita cantik itu telah melangkah pergi dari kamar zeline.
Zeline menatap pintu kamarnya yang baru saja tertutup bersamaan dengan bayangan sosok mamanya yang menghilang dibalik pintu.
"Awas saja mereka!"
"Hah .... Benar-benar menyebalkan. Aku baru memakai sekali dan mereka sudah merusaknya," gerutu zeline sembari menatap kearah jam tangan mahalnya yang retak.
***
Di dalam kamar khal dan keen. Kedua anak kembar itu nampak resah. Mereka takut jika papa atau mamanya akan marah padanya jika tahu apa yang telah mereka perbuat.
"Bagaimana ini?" ucap keen.
"Sudahlah ! Papa sama Mama kan, gak dateng kemari. Berarti kita aman," ucap khal dengan santainya.
"Siapa yang bilang kalian aman? Hem."
Suara seseorang yang saat ini berada di ambang pintu telah membuat mereka berdua kaget. Sontak kedua anak kembar itu saling melemparkan pandangan.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Arya Al-Qomari@AJK
Adrian main pukul aja.
2021-05-03
0
💥ChaRak4💥😉
ino anak tirinya Adrian bukan yaa...dan Fharel anak adrian Ama Nina
2021-03-08
3
In Uwuww
jgn anak adri y...masih nyesek sm kisah adri dan nia
2020-10-31
0