Sepasang sorot mata itu menatap dengan tajam sekali. Ia sedikit mengepalkan tangannya ide-ide di dalam otaknya berkerja dengan cepat saja. Ksatria Malik langsung turun ke lobby dan memberi pengumuman dan sangsi jika itu di langgar bahkan ada pengurangan gaji.
Pengumuman itu berisi dilarang berbicara yang tidak penting saat berkerja apalagi mengobrol lebih. Jika melanggar dan ketahuan akan di beri sanksi tidak masuk kerja 1 hari dan itu uang gaji akan terpotong karena tidak berkerja.
"Apa-apaan ini peraturan mendadak dan aneh. Bukannya sebelumnya tidak ada peraturan yang melarang karyawan berbicara agar tidak ada kecanggungan saat berkerja, sedangkan sekarang beda lagi. Hhhaaahhh... memang ya kalau orang berduit tebal apapun bisa di lakukan. Tetapi selain itu juga dia kan pemiliknya wajar dan sah-sah juga memberi pengumuman seperti itu." Gumam Daysi dalam hati.
Daysi segera melanjutkan pekerjaanya yang tertunda. Manager Okta berpamitan tidak mengikuti Ksatria Malik kembali ke ruangannya.
"Permisi Tuan Ksatria saya mau kembali berkerja untuk mengawasi bawahan saya." Pamit Okta kepada Ksatria. Ksatria menganggukkan kepalanya.
Vivi yang mendapat tatapan tajam Ksatria Malik langsung saja berpamitan kembali berkerja seperti Okta. Vivi segera masuk ke ruangannya saat data-data yang masuk harus segera di rekap ulang.
Okta mengelilingi seluruh penjuru hotel dengan teliti harap-harap bisa bertemu Daysi yang sedang berkerja. Dan benar saja Daysi sedang mengelap meja yang ada di resto sebenarnya itu bukan pekerjaan Daysi, karena Daysi orangnya tidak bisa diam jadinya ia membantu meringankan pekerjaan teman yang lain.
Okta segera mendekati Daysi dan mengejutkan Daysi dengan dehemannya. "Eehemm..., apa pekerjaanmu sudah selesai bukannya hari ini ada yang check-out dari sini?" Okta mengingatkan pekerjaan Daysi yang masih belum di kerjakan.
"Baiklah siap laksanakan. Naomi aku pergi dulu ya, bye... bye...." Daysi melambaikan tangannya ke Naomi sementara Naomi mengacungkan jempolnya.
Okta yang melihat keceriaan Daysi tersenyum. Okta segera pergi dari restoran yang berada di hotel Royal Malik.
Saat ini Daysi telah memasuki ruang 104 penyewa kamar tersebut baru saja check-out 20 menit yang lalu. Daysi segera mengemas sprei dan barang-barang yang berserakan di sana sini.
"Haduhhh apakah baru selesai bertempur penyewa kamar ini. Seperti kapal pecah saja kamar ini." Daysi memunguti barang-barang kecil yang berada di lantai.
Tanpa sengaja Daysi menemukan sebuah kalung berliontin. Daysi segera mengantonginya dan akan menyerahkan kalung berliontin tersebut ke resepsionis siapa tau pemiliknya mencari kalung tersebut.
Setelah mengganti nuansa putih di ruangan 104 tersebut Daysi segera keluar dari ruangan. Karena saking penasaran dengan kalung tersebut diam-diam Daysi membuka liontin tersebut.
DDEEGGGHHH...
"Siapa ini, kenapa foto di dalam liontin ini mirip sekali dengan..." Daysi terkejut saat Riri menyenggol pundaknya. "Hati-hati dong Ri kalau jalan?" keluh Daysi memegang pundaknya dan langsung mengantongi kalung liontin tersebut.
"Aku sudah hati-hati dan satu lagi kalau berkerja yang baik dong jangan hanya cari muka doang yang bersih." Sindir Riri berlalu pergi.
"Dasar nenek sihir, persis denganmu Riri sama-sama membawa sapu," ejek Daysi tak mau kalah. Riri yang mendengar samar-samatr ucapan Daysi langsung membalikkan badan dan menampar Daysi.
PPLLAAKKK...
"Wanita mura*** sepertimu tidak pantas di hargai." Riri mencengkram kuat kerah Daysi. Daysi tidak tinggal diam ia langsung menampik tangan Riri dengan kuat dan membalas tamparan Riri.
PPLLLAAKK....
Tanpa sengaja Abang lewat dan Riri memerankan peran wanita tertindas, ia segera menjatuhkan tubuhnya dan merintih kesakitan di pipinya.
"Aadduhhh... sakit." Riri memegang pipinya.
Namun naas Abang tidak memeperdulikan Riri yang pura-pura jatuh justru Abang menanyai dan memegang pipi Daysi yang bengkak dan memerah.
"Kamu tidak apa-apa ayo aku antar ke tempat istirahat karyawan biar lukamu ini di obati." Abang membantu Daysi membawa alat tempur kerja Daysi.
Sementara Riri yang pura-pura jatuh terlantar begitu saja tanpa siapapun yang membantu, ada beberapa orang yang memperhatikan Riri yang berusaha bangun dari lantai. Riri yang malu dengan aktingnya sendiri kini mengepalkan tangannya.
"Dasar yaa kamu Daysi akan aku rebut sesuatu yang harusnya jadi milikku. Aku tidak mau kalah darimu kalau urusan cinta." Riri segera pergi dan melanjutkan pekerjaannya.
Tempat istirahat karyawan.
Abang memberikan es batu yang di masukkan ke kantong plastik agak tebal. Daysi menerima kantong plastik tersebut dan segera ia menempelkannya pada pipi kanannya yang terkena tamparan Riri.
"Apa masih sakit?" Abang menatap pipi Daysi yang memerah dan bengkak.
"Mau coba. Ya jelas sakit lah sampe kaya gini bengkaknya, untung aku punya masker kalau tidak bakan di ketawaain orang di kira habis kesengat lebah!" Daysi meringis saat kantong es batu di tempelkan pipinya.
"Bukannya habis kesengat lebah berwujud tangan manusia. AAA... HHAA... HHAA...." Abang tertawa renyah di samping Daysi.
Ksatria yang tanpa sengaja melihat Abang dan Daysi berdekatan langsung saja mengejutkan mereka berdua yang asik bercanda.
"EEEHHEEMMM... apa tidak punya pekerjaan?" suara sedikit serak Ksatria Malik mengejutkan Daysi dan juga Abang.
Abang langsung berdiri dan berpamitan melanjutkan pekerjaannya. Sementara Daysi masih menempelkan es batu ke pipinya.
"Segera lanjutkan pekerjaanmu. Aku tidak suka lihat karyawan menganggur di tempatku." Ksatria Malik langsung saja pergi setelah berhasil memisahkan dua insan yang asik mengobrol.
"Dasar orang aneh," Daysi menggerutu sambil menekan-nekan kantong es yang ia pegang. Setelah merasa cukup baikan di daerah pipi kanannya Daysi langsung mengenakan maskernya dan melanjutkan pekerjaan yang lainnya.
Ruang CEO Ksatria Malik.
Daysi hanya mondar mandir binggung harus masuk atau tidak setelah berpikir keras akhirnya Daysi mengetuk pintu ruangan Ksatria. Setelah mendengar kata-kata masuk barulah Daysi membuka pintu ruangan Ksatria.
Ksatria memandang Daysi sekilas dan tetap melanjutkan mengecek keadaan hotelnya. Seperti mendapat lotre saja Ksatria tersenyum sangat lebar sekali. Pendapatan bulan ini meningkat 20 persen dari bulan lalu.
Daysi yang melihat senyum Ksatria tertegun baru kali ini ia melihat senyum yang tulus langsung dari hati.
"Tidak usah menatapku seperti itu, nanti bola matamu bisa keluar dan menggelinding." Ucap Ksatria tiba-tiba yang berhasil membuat Daysi malu bukan main.
Daysi segera melanjutkan pekerjaannya. Ia menyemprotkan air pembersih kaca. Aroma jeruk tercium di penciuman Daysi. Setelah selesai membersihkan kaca yang besarnya melebihi badan, bahkan hampir semua ruangan Ksatria terbuat dari kaca cuma bagian tembok pintu yang tidak kaca.
Mungkin agar orang-orang tidak bisa melihat pesonannya yang membuat ruangan Ksatria Malik berbeda dari ruangan lainnya.
Ksatria menatap sekilas Daysi yang mengemas gorden dan menggantinya dengan gorden berwarna merah maroon. Bermotif batik. Tanpa sadar Ksatria Malik berucap yang luar biasa di dengar indera pendengaran.
"Cantik." Ksatria masih menatap intens wajah Daysi.
Daysi langsung mengerutkan keningnya. "Siapa yang cantik Tuan Ksatria?" tanya Daysi masih memasang gorden tersebut.
"Gorden yang kamu pasang jangan kepedean kamu!" jawab Ksatria ketus.
Daysi menggumam dalam hati. "Siapa yang kepedean aku cuma nanya doang siapa yang cantik. Malah jawabannya seperti itu."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
ngoah ha ha ha 😂😂😂
gorden yang cantik 😂😂🤦
2021-05-26
1
Mei Shin Manalu
Aku boom like yaa
2021-02-22
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
datang lagi..
bawa like😘
2021-01-07
1