Daysi sudah tidak ada pilihan, jalan satu-satunya hanya ini. Daysi masih teringat dengan kesedihan dan tangisan anak-anak yang ada di panti serta Umma dan Abi.
"Baiklah Pak Ksatria, saya bersedia asalkan Bapak menepati ucapan anda!" Daysi menandatangani surat tersebut.
"Hari ini ikut saya ke RS." Ksatria langsung menyuruh bawahannya, untuk mengurus pembangunan dan keperluan yang lain di panti serta makanan dan pakaian.
Daysi mengikuti langkah Ksatria, karyawan yang melihat kejadian tersebut banyak yang membicarakan ini itu. Daysi pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan langkahnya, sesampai di parkiran mobil ia masuk satu mobil dengan Ksatria.
"Kita langsung ke RS." Ksatria menyuruh sopir pribadinya.
Sesampainya di RS. Daysi langsung di suruh masuk ruangan khusus checkup apa bisa Daysi mendonorkan ginjalnya, ada penolakan atau tidak dari tubuh pasien yang akan menerima donor. Setelah selesai pemeriksaan ternyata tidak ada penolakan dari si penerima.
"Bagaimana Dok?" tanya Ksatria.
"Kita bisa langsung melakukan operasi untuk adik anda Pak!" Dokter tersebut langsung berbicara pada Daysi, untuk melakukan sarat-sarat sebelum operasi.
Setelah operasi berhasil, Daysi di pindahkan ke ruang rawat begitu juga dengan adik Ksatria. Tetapi ruangan berbeda.
Pagi hari.
"Kenapa nasibku seperti ini? Aku harus kehilangan salah satu ginjal ku. Tapi demi menolong orang-orang yang aku cintai. Aku ikhlas Ya Allah." Gumam Daysi dalam hati.
Ksatria yang menunggu adiknya siuman hanya menggenggam tangannya.
"Bangunlah apa tidak ingin melihat Kakakmu lagi." Melepas genggamannya dan berdiri, saat akan melangkah keluar ia di panggil adiknya.
"Kak...," sangat lirih. Ksatria lngsung menoleh ke sumber suara itu. Melihat adiknya siuman Ksatria segera mendekati adiknya.
"Kamu sudah sadar?" Ksatria langsung menyodorkan air putih ke mulut adiknya.
"Kak,"
"Heemmm, apa." Ksatria mengupas buah untuk adiknya.
"Siapa orang yang mendonorkan ginjalnya untukku?"
"Dia karyawanku!" Ksatria menyodorkan buah apel yang baru ia kupas.
"Aku ingin bertemu dengannya. Apa boleh?" menggenggam tangan Kakaknya.
"Nanti jika kondisimu membaik!" Ksatria menyuapkan buah lagi. Namun di tolak oleh adiknya.
"Sudah Kak, aku ingin bertemu dengannya. Jika Kakak tidak menuruti aku bakalan marah sama Kakak." Mengancam.
"Baiklah sekali saja. Dan tunggu sebentar aku ambilkan kursi roda dulu," Ksatria keluar ruangan dan mengambil kursi roda. "Kakak bantu." Ksatria mengendong adiknya dan meletakkannya di kursi roda tersebut. Dan segera mendorongnya keluar ruangan.
"Terimakasih Kakakku yang baik. Apa Kakak masih menggunakan bodyguard?" Melihat ke arah belakang.
"Iya." Ucap datar Ksatria.
"Oooo...." Momo merasa tidak nyaman dengan pengawalan yang super ketat ini.
"Aku kira Kakak sudah tidak menggunakan bodyguard lagi, ternyata tetap saja." Guman Aurellia.
"Apa yang kamu pikirkan, jangan berpikir yang tidak-tidak. Kakak melakukan untuk menjagamu!"
Aurellia menatap wajah Ksatria.
"Sudah sampai, ini ruangan Daysi." Ksatria membuka ruangan Daysi.
Daysi yang asik bermain game di ponselnya terkejut. Dan langsung menatap ke arah pintu.
"Apa dia adiknya Tuan Ksatria, kenapa aku merasa tidak asing?" Batin Daysi.
Aurellia terkejut ternyata dia yang menyelamatkan hidupnya.
"Daysi...." Aurellia meneteskan air matanya.
"Relli," Daysi langsung turun dari ranjangnya dengan hati-hati.
"Jangan turun aku kesana." Sambil menatap wajah Kakaknya memberi isyarat.
"Kalian berdua bicaralah. Aku keluar dulu." Ksatria langsung keluar ruangan tersebut.
"Aku merindukanmu. Bagaimana kabarmu?" Tanya Aurellia.
"Seperti yang kamu lihat Relli, tapi kamu tenang saja aku baik-baik ko!" Dengan senyum mengembang.
"Kamu masih ingat nama panggilanku, terimakasih Daysi."
Setelah berbincang-bincang cukup lama Aurellia berpamitan ke Daysi. Ksatria yang menunggu di depan ruangan langsung menghampiri Aurellia. Saat Aurellia keluar ruangan Daysi.
"Ayo kembali ke kamarmu." Ksatria mendorong kursi roda Aurellia.
Setelah Aurellia berada di ranjangnya ia meminta sesuatu ke Kakanya.
"Kak. Apa boleh aku meminta sesuatu?"
"Apa, semua yang kamu minta aku bisa turuti!" Ksatria tersenyum.
"Menikah dengan Daysi."
"Kamu gila ya?" Emosi Ksatria mulai naik. "Aku tidak akan melakukan permintaan konyolmu itu!"
"Aku hanya minta ini Kak. Apa Kakak tidak mau?" Aurellia hampir menangis.
"Kamu jangan mengada-ngada Aurel, Kakak sudah memberikan sesuai perjanjian!"
"Kakak memberikan apa sebagai ganti ruginya?"
"Aku berjanji membangun panti asuhan!"
"Panti asuhan???"
"Iya. Orang bawahanku sudah mulai mengerjakan!" duduk di sofa.
"Aku harus berbuat apa untuk balas budi. Jika bukan Daysi yang menolongku. Aku pasti tidak bisa selamat. Kak aku mohon..., yaaaa. Untuk kali ini saja." Aurellia memelas.
"Ada-ada saja kamu, kalian berdua sama saja saling di untungkan. Kamu bisa hidup sehat dan dia bisa menolong saudara-saudaranya yang terkena musibah." Ksatria pergi keluar dari ruangan Aurellia, pikirannya kacau.
"Menikah... AA... HA... HA...." Tawa Ksatria terdengar nyaring sekali.
Ksatria langsung menggelengkan kepalanya. Saat berada di parkiran salah satu anak buah Ksatria memberikan laporan.
"Boss pekerjaan pembangunan panti asuhan saat ini, semua sudah dikerjakan kira-kira satu bulan bisa selesai." Salah satu suruhan Ksatria melapor.
"Bagus, lebih cepat lebih baik. Dan satu lagi nanti jika sudah di perbolehkan pulang, kamu hantar wanita itu pulang." Ksatria langsung kembali ke hotelnya.
Di hotel.
Manager Okta yang berkeliling melihat pekerjaan bawahannya, menatap satu persatu, ia tidak melihat Daysi dari kemarin sampai hari ini.
"Abang, dimana Daysi?" Okta menanyai Abang yang sedang mengelap jendela.
"Dia cuti Pak Okta!" Jawabnya masih melakukan pekerjaannya.
"Kenapa tidak izin?" Okta sama sekali tidak mendapat kabar tentang Daysi.
"Kemarin saya menerima pesan, jika dia di rumah sakit. Tapi saya tidak tahu sakit apa dan dia sudah izin ke Bapak Ksatria, katanya Pak!"
"Ya sudah." Okta pergi melanjutkan berkeliling hotel.
Ksatria yang baru turun dari mobilnya bergegas masuk dan melihat keadaan hotel. Tak terasa hari menjelang malam, Ksatria yang baru mandi segera menemui kekasihnya yang lain.
"Ksatriaaaa...." dengan manja, wanita bernama Mega bergelayut di lengannya.
"Meg... kendalikan kelakuanmu, aku tidak suka dengan kelakuanmu seperti ini," tatapan dingin Ksatria.
"Kenapa. Bukannya aku kekasihmu, apa tidak boleh." Mega segeta melepaskan pelukannya.
"Sebenarnya mau kemana?"
"Ke mall yuk, beli sesuatu. Boleh?" Mega berpura-pura lembut.
"Terserah, tapi setelah ini kamu pulang sendiri, aku masih banyak urusan." Ucap Ksatria tegas.
"Okeee..."
"Kapan sih aku bisa meluluhkan hati Ksatria, walaupun dia royal tetapi aku juga butuh kepastian. Aku harus cari waktu yang tepat untuk merayunya." Pikiran picik Mega.
Ksatria yang sudah hafal betul sikap-sikap wanita seperti ini hanya diam dan melihat, reaksi apa yang akan di lakukan. Dan sampai saat ini masih belum ada yang berhasil meluluhkan hatinya.
Mega berbelanja yang ia perlukan satu bulan. Tidak berani minta lebih, sebab dulu pernah terjadi pada Lily mantan terdahulunya dan gara-gara menghabiskan uang hampir seratus juta. Membuat Ksatria langsung mencampakkannya.
Dan ada satu rahasia lagi, walaupun Ksatria banyak memiliki kekasih tetapi dia tidak lancang kepada kekasihnya. Atau Ksatria masih belum buka segel. Maka dari itu banyak wanita-wanita mengejar Ksatria. Berharap dapat cintanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Nhoppy
keren...moga ajh ksatria nika ama deysi
2021-04-29
1
Mei Shin Manalu
4 like
2020-12-04
1
Caramelatte
semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"
2020-11-24
1