Setelah menemani Mega di mall. Ksatria langsung menuju RS tempat adiknya di rawat. Daysi hanya diam di ruangannya tanpa ada satupun yang mengunjunginya.
"Bagaimana kehidupanku selanjutnya, apa aku masih bisa berkerja seperti biasanya?" gumam Daysi.
Di ruangan rawat Aurellia.
Aurellia masih marah dengan Kakaknya. Ksatria geram dengan adik satu-satunya ini.
"Sampai kapan kamu marah ke aku, apa sampai akhir tahun ini?" Ksatria menyindir adiknya.
"Iya, kalau perlu sampai aku kembalikan ginjal ini!" jawab ketus Aurellia.
"Kamu jangan macam-macam Aurel, Kakak tidak suka." Ksatria beranjak dari sofa dan duduk di kursi dekat Aurellia.
"Sudahlah Kak, jika tidak mau ya sudah. Tinggal bilang saja. Lagi pula Daysi jika berdandan lebih cantik ko dari pacar-pacar Kakak!" Aurellia memonyongkan bibirnya.
"Maafkan Kakak yaa, pleaseeee..." dengan memelas ke arah Aurellia.
"Satu syarat. Apa bisa, aku minta Kakak mengizinkan Daysi tinggal serumah denganku dan Kakak, bagaimana?" Aurellia menawar.
"Jangan meminta yang aneh-aneh deh!"
"Ya sudah Kakak nikahi kalau begitu, bereskan." Menaikkan pundaknya.
"Boleh tinggal di rumah, asal tidak membuat onar. Kamu mau pulang kapan?" Ksatria mengalah dengan adiknya, kemudian ia mengecek ponselnya.
"Hari ini, bolehkan?" dengan ekspresi seimut mungkin.
Ksatria yang memandang adiknya seperti itu bingung harus jawab iya atau tidak. Ksatria menatap adiknya lagi, ternyata tetap saja Aurellia memasang wajah imutnya yang memelas.
"Hhuuuhhhh...." Ksatria membuang nafasnya dengan kasar. "Oke, sebentar aku keluar dulu." Pamit Ksatria mendorong pintu, keluar dari ruangan Aurellia.
Setelah selesai membayar dan mengurus kepulangan Aurellia dan Daysi. Ksatria kembali ke ruangan adiknya. Ksatria juga menyuruh bawahannya, untuk merapikan kamar rawat Daysi dan Aurellia. Dan menyuruhnya, untuk membersihkan satu kamar lagi untuk Daysi tinggal di rumahnya nanti.
Saat di dalam mobil.
Aurellia duduk di depan dengan sopir pribadi Ksatria, sementara di jok belakang Daysi dan Ksatria, mereka berdua saling membuang muka.
Aurellia yang melirik dari kaca spion punya ide jahil.
"Aaa hhaaa..., KAK KSATRIA DI LENGANMU ADA TIKUS PUTIH." Aurellia berteriak.
"JANGAN MENDEKAT" teriak Ksatria. Ksatria reflek langsung memeluk Daysi dengan erat. Aurellia yang sudah menyiapkan kamera ponselnya langsung memfotonya tanpa volume.
Aurellia tersenyum saat melihat adegan yang begitu tercengang.
"Pak..." Daysi menepuk lengan Ksatria. Ksatria langsung kembali ke posisinya dan memalingkan wajahnya ke arah luar jendela, begitu juga Daysi.
Sesampainya di rumah, Aurellia terus berjalan beriringan dengan Daysi.
"Relli aku mau ke kamar mandi." Pamitnya.
"Jangan lama-lama, aku mau bicara sama kamu, bisakan?" dengan sedikit teriak.
"Iya, kamu tunggu di ruang tamu saja. Eeemmm... Relli kamar mandinya dimana?" dengan cengengesan.
"Itu ada pintu warna biru!" menunjukkan dekat kolam ikan berukuran kecil. Daysi mengangguk dan langsung segera ke kamar mandi.
"Baru kali ini aku menginjakkan kaki di rumah teman lamaku, ternyata Relli anak orang kaya. Pantas saja sewaktu SMA dulu banyak laki-laki yang mendekati. Eeehh... tunggu dulu bukannya dia anak dari keluarga Malik, tapi mengapa dia tidak menyantumkan nama Malik di belakangnya?" gumam Daysi di kamar mandi. Daysi segera menyelesaikan ritualnya.
Ksatria yang baru turun dari lantai dua segera mencari adiknya. Saat turun Ksatria berpapasan dengan Daysi. Segera dua insan itu membuang muka masing-masing. Ksatria segera melanjutkan mencari Aurellia sedangkan Daysi langsung ke ruang tamu.
"Daysi kenapa lama sekali?"
"Ada panggilan alam tadi!" jawab santai Daysi.
Pembantu rumah tangga Aurellia menghantarkan minuman. "Silahkan diminum Non." Sembari tersenyum.
"Terimakasih ya Mbok!" Aurellia meminum teh hangatnya. Mbok Yati tersenyum dan berpamitan kebelakang.
Mbok Yati berkerja sejak Ksatria belum lahir, waktu itu Mbok Yati sedang terkena musibah rumahnya terkena logsor, satu keluarganya meninggal di dalam rumah. Hanya Mbok Yati yang selamat kemudian merantau dan saat merantau dia kecopetan, dan orangtua Ksatria dan Aurellia yang menolongnya dan memberi pekerjaan sampa saat ini. Sudah sekitar tigapuluh tiga tahun lebih berkerja dengan keluarga Malik.
Aurellia menepuk pundak Daysi. PPUUKK....
"Sedang melamun mikirin apa sih?" Aurellia menyodorkan minuman ke Daysi.
"Terimakasih ya Relli! aku tidak melamunkan apa-apa kok!" Daysi segera menghabiskan teh hangat tersebut.
Daysi dan Aurellia bercerita dengan iringan tawa.
Ksatria yang baru saja sampai ruang tamu merasa lega. Melihat adiknya bisa tertawa lepas. Dan segera menghampirinya.
"EEEHHEEMMM..., apa aku tidak di sambut di ruangan ini?" Ksatria langsung duduk di seberang Aurellia dan Daysi.
"Kakak..." manjanya Aurellia langsung berdiri dan duduk di dekat Ksatria dan memeluknya.
"Aurelli lepaskan apa kamu tidak malu, segeralah mencari pacar."
Aurellia langsung shock dengan ucapan Kakanya barusan.
"Pacar......, bukannya selama ini aku tidak boleh pacaran sampai umurku sudah duapuluh lima tahun ini." Aurellia menyindir Ksatria.
Ksatria memukul jidatnya sendiri.
"Bukan berarti jika Kakak menyuruh orang bawahan Kakak untuk mengawasimu, kamu tidak boleh pacaran. Boleh kok..., asal tidak pegangan tangan, apalagi sampai ciuman." Ucap Ksatria malu di akhir kalimatnya dengan wajah memerah.
Aurellia yang menatap Kakaknya dengan wajah gembira.
"Beneran Kak?" Aurellia memastikan, Ksatria mengangguk. "Yeeee sayang Kakak." Mencium paksa pipi Ksatria. Ksatria memegang pipinya sediri.
"Tapi Kak tunggu sebentar, bukannya itu sama saja berteman?" Aurellia membuang wajahnya ke samping.
"Kalau mau ya seperti itu, jika tidak mau terserah!" jawab Ksatria dengan menganggkat kedua bahunya.
Daysi tertawa geli di dalam hatinya. Lucu sekali pikirnya.
"Lucu sekali dua orang ini, andai aku punya Kakak. Pasti ia juga melindungiku seperti itu." Ucap Daysi dalam hati.
Aurellia masih asik bermanja dengan Kakaknya. Daysi pun melangkahkan kakinya menuju ke arah salah satu asisten rumah Ksatria.
"Maaf permisi saya mau ke kamar untuk istirahat. Tadi kata Bapak Ksatria mulai hari ini saya menginap di sini?" Daysi bertanya pada Ria. Tertera nama di baju yang ia kenakan.
"Mari saya hantar mbak!" Ria menunjukkan jalan menuju kamarnya, terletak tidak jauh dari area kebun bunga. Kamarnya persis di samping kebun bunga lantai satu.
"Kamarnya bagus dan langsung berhadapan dengan perkebunan bunga, aku suka." Daysi tersenyum bahagia.
"Maaf permisi mbak, apa mbak butuh bantuan atau apa?"
"Tidak usah, nanti jika lapar atau haus aku bisa keluar dari kamar ini untuk membeli keperluanku!" Daysi tersenyum.
"Tetapi mbak a..." belum sempat meneruskan ucapan Ria sudah di suruh keluar.
"Mbak Ria, maaf saya mau istirahat!" tersenyum dan segera menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
Aurellia yang baru sadar jika Daysi tidak ada binggung mencarinya.
"Kak..., Daysi pergi ke mana sih?"
"Mungkin ke kamarnya!" jawab santai Ksatria kemudian mengambil koran hari ini. "Apa-apaan ini, orang reporter selalu kurang kerjaan." Membanting koran tersebut ke meja ruang tamu.
Di koran tertera jika ia sedan bersama wanita di mall dan di rumah sakit, mereka menyebutkan jika Ksatria memiliki kekasih baru lagi, padahal yang di rumah sakit adalah adiknya sebab di surat kabar tertera foto ia mendorong kursi roda. Dan saat itu untungnya Aurellia mengenakan masker mulut jadi wajahnya tidak terekspos ke publik, jika ia pasti kehidupan Aurellia terancam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Mei Shin Manalu
Yuhhuu aku udh mampir dan tinggalin 5 like di sini...
Jgn lupa datang ke novelku ya... Aku tunggu feedbacknya... Danke ♥️
2020-12-04
1
Caramelatte
pokonya klo aku komen, aku udh ninggalin like wkwk
2020-11-27
1
👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂
Aku datang kak, semangat!
2020-11-18
1