"Iya..., hallo. APA." Ksatria segera memutarkan laju mobilnya.
Ksatria menuju RS. Dengan langkah tergesa-gesa ia mencari adiknya setelah bertanya kepada resepsionis. Begitu hancur hatinya melihat selang infus dan oksigen menempel pada tubuh adik semata wayangnya.
Tubuh Ksatria merosot dunianya seakan hancur untuk kedua kalinya, setelah ia kehilangan orangtuanya dua puluh tiga tahun yang lalu.
Dokter yang baru memeriksa adiknya keluar dari ruangan tersebut. Ksatria langsung menghampiri Dokter tersebut.
"Dok bagaimana keadaan adik saya Dok?"
"Adik anda harus segera dioperasi, jika tidak adik anda bisa kehilangan nyawanya!" Ucap Dokter dengan tersenyum.
"Apa tidak ada solusi Dok, untuk adik saya?" Ksatria hawatir dengan adiknya.
"Jalan satu-satunya hanya mencari pendonor yang cocok, apa anda memiliki kenalan atau saudara yang bersedia mendonorkan salah satu ginjalnya?"
"Saya tidak punya Dok!" Ksatria pusing memikirkan siapa yang bisa menolong adiknya.
Ksatria sengaja berbohong ke Dokter jika dia tidak memiliki family lain. Jika sampai family lain tahu jika ia memiliki seorang adik yang masih hidup, pasti kehidupan adiknya akan selesai saat ini juga.
"Saya harap anda segera mencari pendonor yang tepat, lebih cepat lebih baik. Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Dokter itu.
Ksatria masuk ruangan adiknya, bodyguard Ksatria berjaga-jaga di luar ruangan dan area parkir. Ksatria menggunakan bodyguard dengan pakaian santai, agar tidak ada yang curiga jika ia orang-orang Ksatria.
Ksatria menatap adiknya yang berbaring di ranjang RS. Mengusap lembut pipi dan dahinya.
"Cuuppp..., cepat sembuh. Aku akan mencarikan pendonor untukmu secepatnya. Kakak janji." Ksatria segera keluar ruangan rawat adiknya.
Di lain tempat, yaitu lebih tepatnya panti asuhan Cinta Anak. Kebakaran hebat terjadi dini hari sebelum Subuh.
Para anak-anak dan orang yang merawat dan mendidik anak-anak panti segera menyuruh semua pergi ke lapangan jauh dari area kebakaran. Semua menangis tempat mereka berteduh dan hidup, habis di lahab si jago merah, bahkan ada sebagian pingsan di lapangan. Semua penghuni panti selamat hanya tempat tinggal yang terbakar.
Mobil pemadam kebakaran segera datang, namun naas semua sudah rata di lahap si jago merah. Isak tangis masih terdengar.
Pagi hari.
Daysi yang berniat mengunjungi panti asuhan hari ini seketika lemas sesampainya di sana.
"Kenapa semua habis, bagaimana keadaan mereka?" Daysi segera mencari semua orang yang ada di panti. Melihat ada satu anak yang keluar dari Masjid dekat panti asuhan, Daysi segera melajukan kendaraannya menuju Masjid Agung.
Daysi segera memarkirkan motornya ke sebelah Masjid tersebut. Dan segera ambil wudlu dan masuk Masjid.
"Assalamualaikum Umma." Daysi menyalami Umma semua yang ada di dalam Masjid. Ada tiga pengasuh panti asuhan perempuan dan dua laki-laki. Yang biasa Daysi panggil Abi.
"Waalaikumsalam," Jawab semua orang yang berada di dalam Masjid.
Daysi duduk di sebelah Umma Inayah.
"Umma, kenapa bisa terjadi Umma?" Daysi bersedih.
"Ini cobaan Daysi dan untuk sementara kami di sini, untuk berteduh Daysi. Nak apa bisa kamu membantu membangun tempat berteduh adik-adikmu?" Umma Inayah berharap Daysi bisa membantu, sebab anak panti yang paling besar dan sudah berkerja hanya Daysi.
Walaupun Daysi tidak tinggal di panti asuhan sejak tamat SMA. Tetapi bagaimana pun ia pernah tinggal di panti Asuhan, sejak ia berumur duabelas tahun.
"Apa yang harus aku lakukan, aku juga tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membantu." Gumam Daysi dalam hati.
Daysi melihat ke arah anak-anak yang bersedih. Dan sebagian mengaji. Air mata Daysi menetes.
"Umma, Daysi akan usahakan meminta bantuan atasan Daysi. Semoga bisa membantu Umma." Daysi memeluk Umma Inayah.
Umma Inayah dan yang lainnya bersyukur memiliki Daysi di kehidupannya. Selain sering membantu Daysi juga baik dan sopan.
Daysi berpamitan kepada Umma dan Abi.
Di hotel.
Daysi segera mengisi data kehadiran.Tittt... suara alat untuk data kehadiran.
"Untungnya tidak terlambat masih kurang sepuluh menit, aku harus segera berganti pakaian. Nanti jika bertemu Pak Okta aku akan membicarakan masalah ini." Daysi segera memakai seragam kebesarannya sebagai cleaning servis.
Ksatria yang baru datang langsung memasuki area hotelnya. Melihat sekeliling apa ada permasalahan di hotelnya.
Okta segera menyambut kedatangan Ksatria.
"Selamat pagi Bapak Ksatria." Sapanya dengan sopan.
"Pagi," tanpa tersenyum. "Okta, tolong kamu suruh semua karyawan hari ini checkup darah." Ksatria menelpon Dokter kepercayaannya untuk datang ke hotelnya.
"Ada apa ya Pak, kenapa tiba-tiba semua karyawan di suruh checkup?" Okta bertanya memastikan.
"Sudah kamu kumpulkan saja. Tidak usah banyak bertanya!" Ksatria duduk di kursi lobby.
"Semoga ada yang cocok salah satunya." Gumam Ksatria dalam hati.
Dokter suruhan Ksatria sudah sampai setelah sepuluh menit perjalanan, segera ia memasuki ruang khusus check up yang ada di hotel.
"Ada apa sih, kenapa kita di suruh checkup, bahkan yang libur dan shift malam di suruh datang." Ucap salah satu karyawan, yang bercakap-cakap dengan karyawan lainnya.
Daysi hanya diam saja, selama berkerja ia hanya memiliki dua teman yaitu Abang dan Lilis. Setelah semua karyawan di checkup Ksatria menunggu hasilnya.
"Bagaimana ada yang cocok." Ksatria melihat data-data yang di berikan oleh Dokter tersebut.
"Gadis ini. Apa dia mau?" Ksatria berpikir keras.
"Hanya dia saja yang cocok dengan golongan darah adikmu Tuan!" Jawab Dokter Ano.
***
Daysi yang bertemu dengan Okta langsung mendekatinya.
"Pak Okta permisi. Apa saya boleh berbicara sebentar dengan Anda?" Tanya Daysi, saat Okta akan masuk ke ruangannya.
"Ada apa? Masuk dulu jika penting!" Okta membuka pintu dan Daysi mengikutinya dari belakang.
Terjadi keheningan saat Daysi menceritakan permasalahan di panti asuhan. Okta hanya diam saja binggung juga harus bagaimana. Daysi ingin meminjam uang sebanyak itu. Sekitar seratus juta lebih.
"Coba kamu pinjam...," belum selesai berbicara. Suara deringan ponsel Okta berbunyi. Tertera nama CEO Ksatria di ponsel tersebut.
"Ya hallo Pak Ksatria. Ada apa?" Jawab Okta.
"Kamu suruh Daysi masuk ruangan saya sekarang. Penting." Ucap Ksatria langsung mematikan ponselnya.
Ttttuuuuutttt....
Okta mengerutkan alisnya. Dan langsung menatap Daysi.
"Kamu pergilah ke ruangan CEO Ksatria sekarang." Perintah Okta.
"Ada apa ya Pak?"
"Saya tidak tahu, cepat pergilah. Jika tidak segera kesana, jangan salahkan saya jika kamu di pecat!" Okta berucap dengan tegas.
"Baik Pak saya segera kesana, permisi." Daysi segera keluar dari ruangan Okta.
"Ada apa sih sebenarnya, ko aku punya firasat buruk sih." Resah Daysi dalam hati.
Sesampainya di depan ruangan Ksatria, Daysi mengetuk pintu.
TTOOKK... TTOOKK....
"Permisi Pak, ini saya Daysi. Apa saya boleh masuk?" Daysi berhati-hati saat berbicara.
"MASUK."
"Ada apa ya Bapak memanggil saya?" Daysi masih berdiri di depan meja Ksatria.
"Duduk!" Ksatria memberikan sebuah lembaran hasil checkup tadi.
"Ini, maksudnya apa Pak?"
"Jika kamu bersedia mendonorkan salah satu ginjal kamu. Saya akan membantu panti asuhan yang sering kamu kunjungi itu!"
Ksatria yang sudah tahu jika tempat itu adalah tempat Daysi dulu tinggal dari anak buah yang ia suruh mencari informasi tentang Daysi.
"Tapi...," Daysi berpikir keras.
"Waktumu cuma hari ini Daysi, pilihanmu cuma satu jawab iya." Ksatria mengancam Daysi.
Daysi sudah tidak ada pilihan, jalan satu-satunya hanya ini. Daysi masih teringat dengan kesedihan dan tangisan anak-anak yang ada di panti serta Umma dan Abi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Rosemarry Tan saputra
"adik anda harus dioperasi, jika tidak adik anda bisa kehilangan nyawanya!", ucap dokter dengan tersenyum. sepertinya ga enak ya kalo dibaca, masak dokter nyampein sesuatu yg serius dan mengkhawatirkan pake senyum, kesannya jadi ya aneh aja...mungkin bisa pake kata kata yg lain..maaf Thor, hanya masukan saja..tetap semangat lanjut...
2021-12-19
1
Mei Shin Manalu
Like like like
2020-12-04
1
Caramelatte
dan ku hadirrr membawa like dan comment
2020-11-27
1