Bab 13 : Kita Suami Istri

Liora sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sengaja ia memberi pembatas di tengah-tengah tempat tidurnya. Supaya apa?!?

Supaya Agam tidak macam-macam padanya. Takutnya saat dirinya sedang tidur, pria yang kini sudah sah menjadi suaminya itu bertindak yang tidak-tidak.

Agam keluar dari kamar mandi. Ia mendapati Liora sudah terlelap dengan tidur tak beraturan dan mulut yang menganga lebar. Bantal yang jadi pembatas, kini sudah ia tendang entah kemana. Agam hanya terkekeh geli melihat tingkah istri kecilnya tersebut.

Ia pun ikut merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Tubuhnya juga sudah lelah karena aktivitas seharian ini.

Keesokan harinya, Agam bangun lebih awal. Saat membuka mata ia disuguhi dengan pemandangan seorang gadis cantik yang sedang terlelap dengan mulut ternganga.

"MasyaAllah....! Cantik-cantik tidurnya melongo!" gumam pria itu. Lalu membenahi rambut yang menutupi sebagian wajah Liora.

Saat ini posisi tidur Liora sedang berada di pelukan suaminya. Jangan ditanya kemana semua pembatasnya. Karena memang semua pembatas sudah ditendang oleh Liora sendiri. Bahkan kini gadis itu mengira tubuh Agam sebagai guling.

"Astaghfirullah. Ini memang cobaan ternikmat. Tapi apa aku bisa tahan dengan cobaan ternikmat ini?" gumam Agam dalam hati.

Agam beranjak dari tempat tidurnya, karena ia harus segera melaksanakan sholat subuh. Sudah menjadi kebiasaan, sebelum sholat subuh, ia mandi terlebih dahulu.

Agam keluar dari kamar mandi. Dan ia masih mendapati istri kecilnya, terlelap dalam buaian mimpi. Pria itu pun berusaha untuk membangunkan istrinya dengan lembut.

"Liora bangun....!" ujarnya pelan. Dasar Liora kebo, sudah dibangunin tapi tetep aja semakin pules. Ia malah mengeratkan selimutnya sampai ke dada.

Agam, dengan cepatnya membopong Liora ke pundak layaknya seorang petani mengangkat karung beras. Menyebabkan Liora nyaris jatuh terjerumus ke dalam kebingungan.

"Apa-apaan ini?" tanyanya, dengan mata yang terbuka lebar.

Namun sebelum bisa meronta lebih jauh, Agam telah meletakkannya dengan perlahan di dalam bathtub. Liora, yang pada mulanya ingin marah dan melontarkan kata-kata kasar, hanya bisa menahan amarahnya yang membara, sementara rasa jengkelnya kian memuncak karena tidur nyenyaknya terganggu.

"Mandi. Terus sholat subuh!" ujar Agam dengan tegas.

Mendengar itu, Liora tidak jadi marah. Ia pun hanya ngedumel dengan mulut menya-menye.

Yah, ini adalah pertama kalinya Agam menjadi seorang imam sholat untuk istri halalnya. Yang sayangnya istri halalnya tersebut agak lain dari pada yang lain.

Mereka pun sholat subuh berjamaah, dengan Agam sebagai imamnya.

Selesai menunaikan kewajiban sebagai umat muslim, Liora pun beranjak dari tempat duduknya tadi. Ia berjalan dengan gontai menuju tempat tidur kembali. Rencananya dia ingin kembali bobo manis dan cantik. Mumpung masih gelap, pikirnya.

Agam yang melihat itu, hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan.

Sementara di rumah, Mirnawati terus melamun, memikirkan nasib putrinya. Rumah terasa sepi, semenjak Liora tidak ada dirumah. Biasanya pagi-pagi begini, rumah terdengar ramai. Suara cempreng Liora mengisi kekosongan rumah tersebut. Meski terkadang sang putri membuatnya pusing, tetap saja sosok yang membuatnya pusing tersebut membuatnya kangen.

"Sudah dong, Mah. Jangan terlalu memikirkan Liora. Kita percayakan saja pada Agam!" ujar Arian pada sang istri.

"Kalau Liora sih mama nggak terlalu mengkhawatirkan. Tapi yang mama pikirkan itu Agam. Mama aja stress mikirin kelakuan anak perempuan kita. Gimana dengan Agam? Jangan sampe Liora jadi janda kembang, Pah?' cerocos sang istri.

"...."

******

Siang harinya mereka sudah check out dari hotel. Tujuan mereka sekarang adalah rumah kedua orang tua Agam yang berada di komplek perumahan rawa kampret. Perumahan yang cukup elit bagi seorang pengusaha dan bisnisman seperti Hidayat Nur Wahid.

Usahanya ada dimana-mana dan bermacam-macam. Namun begitu ia tetap rendah hati dan tidak sombong. Hidup sederhana, tidak terlalu mencolok.

Liora melangkahkan kaki ke dalam pekarangan rumah mertuanya yang berdesain tradisional namun tampak elegan. Matanya memancarkan kekaguman; setiap sudut rumah itu menunjukkan kesederhanaan yang elegan. Hawa sejuk menyeruak, diperkaya dengan keharuman bunga anggrek beraneka warna yang menghias halaman.

"Wow, rumahnya nyaman banget. Adem. Dan terlihat sangat asri. Lebih indah dari yang gue bayangin," gumam Liora sambil tersenyum, merasakan kedamaian yang tumbuh dalam dirinya.

"Ayo masuk!" ajak Agam menggamit jemari Liora, namun tangannya langsung menepisnya.

"Jangan pegang-pegang ih....! Kita bukan mahram!" ujarnya.

"Kata siapa? Kita ini sudah suami istri. Saya ingatkan itu, biar kamu nggak lupa!" ujar Agam, galak.

"Kok dia lebih galak dari gue ...!" gumam Liora sambil bibirnya monyong-monyong.

"Assalamu'alaikum!" sapa Agam terdengar sangat lembut di telinga gadis itu.

"Padahal rumah sendiri. Napa pake ketuk pintu dan salam sih?" protes Liora.

"Ini namanya adab, Liora! Meski ini rumah sendiri, kita harus punya adab!" ujarnya, "Dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Wahai anakku, apabila engkau memasuki rumah keluargamu, maka ucapkanlah salam, niscaya itu akan menjadi bagi engkau dan keluargamu.' Menebarkan nama Allah Ta'ala di antara manusia dan menghidupkan Sunnah Nabi kita, Muhammad SAW. Keutamaan mengucapkan salam ketika masuk rumah akan mendapat jaminan kecukupan rezeki dari Allah Subhanahu wa ta'ala dan masuk surga. Salam atau ucapan 'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh' sendiri merupakan kalimat sapaan yang diajarkan oleh Allah." Ceramah Agam panjang lebar. Liora hanya kedip-kedip matanya, enggak tau mudeng apa nggak.

"Walaikumsalam," jawab seorang perempuan dari dalam.

"Eh, kalian sudah datang!" senang Nurma melihat kedua pasangan pengantin baru itu datang ke rumah.

Agam langsung mencium punggung tangan wanita yang masih sangat cantik itu. Liora pun mengikuti apa yang dilakukan suaminya tersebut. Ikut-ikutan mencium punggung tangan bunda mertuanya.

"Iya, Bunda. Dari hotel langsung kesini," jawab Agam mengulas senyum manis.

"Liora, kamu cantik sekali, Nak?" puji bunda mertuanya.

"Terima kasih, Bunda. Bunda juga cantik!" jawab Liora serasa terbang ke awang-awang karena dipuji cantik.

"Ayo masuk-masuk! Duduk dulu. Bunda buatkan minum ya!"

"Nggak usah repot-repot, Bunda. Kalau ada jus juga boleh!" ujarnya dengan tidak tahu malu. Bukannya marah, Nurma malah tertawa renyah.

"Ada. Kamu mau jus apa?" tawar Nurma.

"Hehehe. Nggak kok, Bun. Liora cuma bercanda!" gelak gadis itu, membuat Agam pengen jitak kepala istri kecilnya itu.

"Ish, nggak apa-apa. Kalau disini mah, jangan malu-malu! Anggap rumah sendiri!"

"Liora mah nggak malu-malu, Bunda. Tapi seringnya malu-maluin!"

Nurma tergelak lagi. Gadis itu memang blak-blakan. Tapi Nurma suka.

"Ya sudah. Bunda bikinin jus melon mau?"

"Wah, mau pake banget, Bunda!" senang Liora, "Apa bunda butuh bantuan?"

"Emang kamu bisa?" tanya Agam.

"Bantuin doa maksudnya, Pak!" Liora nyengir. Agam cemberut. Sementara Nurma kembali terkekeh.

"Ya sudah. Kamu disini saja. Biar bunda yang bikinin jus!"

"Ayah dan Rasya mana, Bun?" tanya Agam menyusul bundanya ke dapur.

"Mereka nganterin kakek pulang ke Cirebon. Paling besok mereka pulang kesini!"

"Yah, padahal aku juga pengen nganterin kakek juga," ujar Agam.

"Kebetulan dipondok mau ada acara. Makanya kakek dan nenek buru-buru pulang ke Cirebon!"

"Oh," sahut Agam, sambil menyomot bolu pisang buatan sang bunda.

"Sana antar istri kamu ke kamar. Pasti dia lelah," ujar Nurma pada putranya, "Nanti jus-nya biar bibi yang anter ke kamar kamu!"

"Makasih loh, Bun. Istriku jadi ngerepotin bunda,"

"Ngerepotin apa sih, Gam? Bunda sama sekali tidak merasa direpotkan!" sahut sang bunda, "Istrimu itu emang unik. Lain dari pada yang lain!" kekeh bundanya lagi.

"Ya begitulah, Bun. Tapi ada yang lebih aneh lagi. Nanti bunda akan liat!"

"Masa sih?"

"Hem," Agam mengangguk cepat. Nurma malah tergelak.

"Itu tugas kamu sebagai seorang suami. Harus bisa mendidik istri menjadi lebih baik lagi!" tutur Nurma.

"Itu sih dah pasti, Bun."

"Eh, ngomong-ngomong, jadi beneran Liora itu salah satu siswi kamu disekolah tempat kamu ngajar?" tanya Nurma tiba-tiba.

"Iya, Bun. Dia siswi aku yang badungnya na'udzubillah! Satu sekolah, tahu siapa Liora. Biangnya rusuh. Biangnya bikin onar. Biangnya bikin masalah. Guru BK sampe hafal!"

Nurma semakin tergelak, "Kayaknya emang kamu harus punya stok kesabaran tinggi, Gam. Kesabaran seluas samudera!"

"Hem. Doain Agam aja, Bun. Bisa menjadi imam yang baik buat keluarga kecil Agam!"

Bersambung....

Komen ya....

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

tukang tawuran dan kalo tidur lasak, tapi anaknya jujur dengan caranya si Gam istri kamu itu😝😝😝

2024-12-30

0

Queen Aliyah

Queen Aliyah

tak bantun doa dari sini pak guru ,biar jinak si lion ☺️

2024-12-17

0

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

Aamiin ... 🤲 pak guru aku bantu aminin

2024-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Liora Konyol
2 Bab 2 : Dihukum
3 Bab 3 : Tawuran
4 Bab 4 : Ngemol
5 Bab 5 : Baju Mirip Gelandangan
6 Bab 6 : Kondangan
7 Bab 7 : Jika Dia Bukan Pengantin Prianya, Lalu siapa?
8 Bab 8 : Kacau Balau
9 Bab 9 : Dipanggil Yai
10 Bab 10 : Kamu Harus Bertanggungjawab
11 Bab 11 : Sah
12 Bab 12 : Hotel
13 Bab 13 : Kita Suami Istri
14 Bab 14 : Suami Mesum
15 Bab 15 : Berkemas
16 Bab 16 : Senyum Itu Ibadah
17 Bab 17 : Apa-apaan Dia
18 Bab 18 : Mereka Bukan Mahram
19 Bab 19 : Skorsing
20 Bab 20 : Mulai Belajar Ngaji
21 Bab 21 : Back To School
22 Bab 22 : Bukannya Itu Liora dan Pak Agam????
23 Bab 23 : Jangan Sebarin Berita Bohong!!!!
24 Bab 24 : Jadi Beneran Lo Dah Married????
25 Bab 25 : Wanita Jadi-jadian
26 Bab 26 : Gue Kejar Lo Sampai Dapet
27 Bab 27 : Cewek Tadi Siapa?
28 Bab 28 : Suami
29 Bab 29 : Jatuh Cinta
30 Bab 30 : Mirip Pentungan Pak Satpam
31 Bab 31 : Kamu Cemburu?!?
32 Bab 32 : Itu Namanya Jatuh Cinta, Dodol?
33 Bab 33 : Kutukan Kamu Kayaknya Bener???
34 Bab 34 : Sakit
35 Bab 35 : Mantan Emang Harus Dihempaskan
36 Bab 36 : Kissing
37 Bab 37 : Terbawa Suasana
38 Bab 38 : Lingerie-nya Mana?
39 Bab 39 : Naila Syok
40 Bab 40 : Dikira Alergi Seafood
41 Bab 41 : Akhirnya.....
42 Bab 42 : Tanda Merah Di Leher
43 Bab 43 : Bu Naila Mencari Gara-gara
44 Bab 44 : Keluhan Liora
45 Bab 45 : Begal
46 Bab 46 : Begal 2
47 Bab 47 : Kedatangan Papa dan Mama
48 Bab 48 : Penguntit
49 Bab 49 : Tito Patah Hati
50 Bab 50 : Tito Mogok Makan
51 Bab 51 : Suasana Di Kantin Sekolah
52 Bab 52 : Sidang
53 Bab 53 : Kami Sudah Menikah?
54 Bab 54 : Dikeluarkan Dari Sekolah
55 Bab 55 : Penyesalan Papa dan Mama
56 Bab 56 : Perjalanan Ke Cirebon
57 Bab 57 : Pondokan Mbah Yai
58 Bab 58 : Cosplay Jadi Monyet
59 Bab 59 : Dengerin Ceramah
60 Bab 60 : Pengen Mondok
61 Bab 61 : Aku Ingin Memantaskan Diri
62 Bab 62 : Mirip Balonnya Gio
63 Bab 63 : Curhatan Tito
64 Bab 64 : Rumah Sakit
65 Bab 65 : Darul Ilmi
66 Bab 66 : Diterima Jadi Santriwati
67 Bab 67 : Seminggu Berlalu
68 Bab 68
69 Bab 69 : Kangen-kangenan
70 Bab 70 : Lingerie Merah
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74 : Abang Kamu Kah?????
75 Bab 75 : Lah, Wong Sudah Sah Kok????
76 Bab 76 : Kedatangan Agam
77 Bab 77 : Ngidam
78 Bab 78
79 Bab 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1 : Liora Konyol
2
Bab 2 : Dihukum
3
Bab 3 : Tawuran
4
Bab 4 : Ngemol
5
Bab 5 : Baju Mirip Gelandangan
6
Bab 6 : Kondangan
7
Bab 7 : Jika Dia Bukan Pengantin Prianya, Lalu siapa?
8
Bab 8 : Kacau Balau
9
Bab 9 : Dipanggil Yai
10
Bab 10 : Kamu Harus Bertanggungjawab
11
Bab 11 : Sah
12
Bab 12 : Hotel
13
Bab 13 : Kita Suami Istri
14
Bab 14 : Suami Mesum
15
Bab 15 : Berkemas
16
Bab 16 : Senyum Itu Ibadah
17
Bab 17 : Apa-apaan Dia
18
Bab 18 : Mereka Bukan Mahram
19
Bab 19 : Skorsing
20
Bab 20 : Mulai Belajar Ngaji
21
Bab 21 : Back To School
22
Bab 22 : Bukannya Itu Liora dan Pak Agam????
23
Bab 23 : Jangan Sebarin Berita Bohong!!!!
24
Bab 24 : Jadi Beneran Lo Dah Married????
25
Bab 25 : Wanita Jadi-jadian
26
Bab 26 : Gue Kejar Lo Sampai Dapet
27
Bab 27 : Cewek Tadi Siapa?
28
Bab 28 : Suami
29
Bab 29 : Jatuh Cinta
30
Bab 30 : Mirip Pentungan Pak Satpam
31
Bab 31 : Kamu Cemburu?!?
32
Bab 32 : Itu Namanya Jatuh Cinta, Dodol?
33
Bab 33 : Kutukan Kamu Kayaknya Bener???
34
Bab 34 : Sakit
35
Bab 35 : Mantan Emang Harus Dihempaskan
36
Bab 36 : Kissing
37
Bab 37 : Terbawa Suasana
38
Bab 38 : Lingerie-nya Mana?
39
Bab 39 : Naila Syok
40
Bab 40 : Dikira Alergi Seafood
41
Bab 41 : Akhirnya.....
42
Bab 42 : Tanda Merah Di Leher
43
Bab 43 : Bu Naila Mencari Gara-gara
44
Bab 44 : Keluhan Liora
45
Bab 45 : Begal
46
Bab 46 : Begal 2
47
Bab 47 : Kedatangan Papa dan Mama
48
Bab 48 : Penguntit
49
Bab 49 : Tito Patah Hati
50
Bab 50 : Tito Mogok Makan
51
Bab 51 : Suasana Di Kantin Sekolah
52
Bab 52 : Sidang
53
Bab 53 : Kami Sudah Menikah?
54
Bab 54 : Dikeluarkan Dari Sekolah
55
Bab 55 : Penyesalan Papa dan Mama
56
Bab 56 : Perjalanan Ke Cirebon
57
Bab 57 : Pondokan Mbah Yai
58
Bab 58 : Cosplay Jadi Monyet
59
Bab 59 : Dengerin Ceramah
60
Bab 60 : Pengen Mondok
61
Bab 61 : Aku Ingin Memantaskan Diri
62
Bab 62 : Mirip Balonnya Gio
63
Bab 63 : Curhatan Tito
64
Bab 64 : Rumah Sakit
65
Bab 65 : Darul Ilmi
66
Bab 66 : Diterima Jadi Santriwati
67
Bab 67 : Seminggu Berlalu
68
Bab 68
69
Bab 69 : Kangen-kangenan
70
Bab 70 : Lingerie Merah
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74 : Abang Kamu Kah?????
75
Bab 75 : Lah, Wong Sudah Sah Kok????
76
Bab 76 : Kedatangan Agam
77
Bab 77 : Ngidam
78
Bab 78
79
Bab 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!