Chapter 05

“Bagaimana kau tidak tahu, Dek? Kalau ada paku sebesar ini?” tanya Zikri kepada Dhien.

“Aku bukan adikmu!” sanggah Dhien kesal.

Tawa Zikri pun membahana, dia paling suka menggoda Dhien. Ada rasa senang bila melihat wajah berkulit kuning langsat teman masa kecilnya ini menjadi memerah, tentu saja dikarenakan menahan kesal.

“Naikkan motornya, Zikri!” titah Agam, dia sudah terlebih dahulu membuka pintu bagian bak pickup nya. Agam pun memilih abai akan sikap temannya yang suka menjahili Dhien, lagipula masih di batas wajar.

“Dek, bantulah sini! Mana mungkin Abang sanggup mengangkut sendirian motor mu yang berat ini!” Zikri memasang tampang memelas.

Dhien bertambah kesal, tentu dia tahu semua itu hanya akal-akalan si Zikri. Padahal sudah ada dua buah papan dijadikan satu seperti anak tangga yang menjulang ke tanah agar memudahkan menaikkan motor ke dalam bak. Namun, Dhien tetap berdiri hendak membantu, meninggalkan Amala sendirian.

Rasanya kepala Amala bertambah berat saja. belum juga dia berhasil mengatasi rasa sakit hatinya, kini harus menghadapi seseorang yang paling ia hindari.

“Kenakan ini!”

“Hah ….?” Amala mendongak, menatap sosok Agam yang tinggi menjulang berdiri di hadapannya, keningnya mengernyit melihat kain sarung hitam bergaris benang berwarna emas.

“Kau sedang kedatangan tamu bulanan, bukan? Kenakan sarung ini!” ekspresi Agam masih sama, datar. Dia mendekatkan kain terlipat rapi itu pada sosok yang masih setia duduk sambil memeluk kedua lutut.

Tadi saat memeriksa motor Dhien, tangan Agam terasa lengket kala memegang alas tempat duduk bagian belakang. Dari sanalah dia tahu kalau Amala sedang menstruasi, tanpa sepengetahuan lainnya. Agam mengelap noda di atas jok menggunakan handuk kecil yang terlebih dahulu dibasahi.

‘Bagaimana Bang Agam bisa tahu? Ini benar-benar memalukan. Aku ingin menangis kencang.’

Amala menelan air ludahnya, wajahnya bertambah merah menahan malu. Dia masih menatap tangan Agam yang memegang kain, jelas itu sarung bersih yang bisa jadi digunakan untuk sholat.

“Terima kasih, Bang. Tapi, saya tidak bisa menerimanya. Nanti kain sarung nya menjadi kotor,” gumamnya sangat lirih.

Agam yang memiliki pendengaran tajam, tentu dapat mendengar perkataan Amala.

“Saya ikhlas kain ini menjadi kotor, asal bisa menyelamatkanmu dari rasa malu.”

Setitik air mata jatuh begitu saja. Entah mengapa ucapan bang Agam begitu menyentuh relung hatinya. Jemari Amala bergetar saat meraih kain sarung. Dia tidak berani menatap mata si pemiliknya. “Terima kasih, Bang.”

Amala mengangkat dagunya, dia melihat ketiga orang berdiri membelakangi dirinya. Lagi, buliran bening membasahi pipi. Mala bergegas memakai dan menyimpul kuat ujung sarung di pinggangnya. Bersamaan dengan itu terdengar suara anak-anak berlarian.

“Kami dapat banyak buah jambunya!” Teriak salah satu dari mereka.

“Lihat, Kak, Bang! Buah jambu nya besar-besar dan rasanya sangat manis.” Salah satu dari mereka mengeluarkan buah dari dalam kaos singlet nya. Kemeja sekolah mereka sudah ditanggalkan.

“Aku nggak mau buah jambu yang kau sembunyikan di perut gendut mu itu. Pasti sudah bercampur dengan keringat, bawa kesini kantong kreseknya!” titah Dhien, suaranya terdengar galak.

“Udah minta, maksa pula! Keringat kami tak lah berbau bangkai, palingan cuma bau masam!”

Salah satu dari mereka protes sambil tertawa lebar, dia cepat-cepat memberikan plastik hitam, ngeri melihat tatapan menyeramkan kak Dhien.

Mobil pun melaju. Amala dan Dhien duduk dibelakang bersama anak-anak yang melemparkan candaan sambil mengunyah buah jambu. Amala sendiri duduk bersandar pada sisi mobil, dagunya dia tumpukan di lengannya. Sepanjang jalan Amala lebih banyak melamun, sampai dia tidak menyadari kalau Agam memperhatikan dirinya lewat kaca spion.

Begitu sampai di depan rumah Dhien, yang jaraknya 200 meter dari gubuk Amala, wanita bersarung hitam itu undur diri setelah berulang kali mengucapkan terima kasih. Amala berjalan cepat, dia mengambil pakaiannya yang masih terjemur di tali tambang belakang rumah, lalu pergi ke sumur untuk membersihkan badan.

Amala mengambil air menggunakan timba bertali panjang. Tanpa menggunakan gayung, dia langsung membasuh seluruh tubuhnya, dinginnya air tidak mampu menyejukkan hatinya. Air matanya kembali berderai. Bayangan di rumah orang tua Yasir, berputar-putar dalam kepalanya.

Pengkhianatan ini sungguh menyakitkan! Harga dirinya diinjak-injak sedemikian rupa, kehormatan keluarganya dianggap lelucon semata. Yang lebih membuat hatinya tersayat dan sulit untuk menerima, adiknya ada di komplotan pemberi luka itu.

Sementara di tempat lain.

“Kasihan kali lah ku lihat si Amala, gadis sebaik dia ditikam oleh adik kandungnya sendiri,” ucap Zikri.

Tadi sewaktu di kota kecamatan, dia melihat Yasir yang tengah menggandeng tangan Nirma. Sepertinya pasangan zina itu habis berbelanja. Siapapun pasti dapat menyimpulkan hubungan terlarang mereka.

“Jangan ikut campur urusan orang lain! Itu bukan hak kita,” tandas Agam.

“Bukannya mau ikut campur. Hanya saja ini sangat keterlaluan, Bang! Kita semua tahu bagaimana perjuangan Mala,m demi membiayai adiknya berkuliah. Penantian panjangnya menunggu Yasir menyelesaikan pendidikannya. Namun, setelah mereka mencapai tujuan, malah Amala yang dicampakkan,” dengus Zikri, hatinya ikutan meradang memikirkan nasib malang Amala.

“Gadis sesempurna itu tidak pantas diperlakukan hina,” sambungnya lagi.

“Tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini! Dan Allah, tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan mereka.” Agam berlalu dari hadapan Zikri, dia masuk ke dalam rumahnya.

Tatapan mata Agam menyimpan sesuatu, dan hanya dia sendiri yang tahu.

***

Malam hari selepas sholat isya.

Tok.

Tok.

Pintu rumah Mak Syam diketuk dari luar.

“Siapa yang bertamu malam-malam?” tanya Mak Syam, saat tidak ada tanggapan dari Amala yang dari tadi sore menjadi sangat pendiam. Mak Syam berjalan ke arah pintu guna melihat siapa yang bertamu.

Begitu daun pintu baru dibuka separuh, tubuh Mak Syam langsung didekap erat.

“Mamak!”

“Nirma, Yasir. Kalian …?” wajah Mak Syam terlihat begitu bingung.

“Kau kenapa pulang, Nak? Terus, mengapa bisa bersama calon kakak iparmu?” tanyanya lagi masih belum bisa menerka situasi mendadak ini. Apalagi mendengar tangisan lirih Nirma, yang sedari tadi mendekap erat badannya. Posisi mereka masih di ambang pintu rumah.

“Mamak, maafkan Nirma.” Nirma masih saja memeluk erat tubuh ringkih sang ibu, dia sedikitpun tidak mau melepaskannya.

Mak Syam yang belum tahu apa-apa, membelai lembut punggung anak bungsunya.

“Masuk dulu, Nak! Angin sedang bertiup kencang, nanti kau masuk angin.”

Di luar memang sedang hujan gerimis campur angin.

Yasir, Nirma, dan Mak Syam, masuk kedalam rumah. Pintu pun sudah ditutup rapat.

Amala tidak berkeinginan menyambut apalagi beramah tamah. Dia tetap duduk tenang di kursi kayu berlapiskan busa tipis. Tatapannya begitu lekat memandang sang adik yang bergelayut manja di lengan sang ibu.

Rumah berukuran tak seberapa luas itu menjadi hening, hanya terdengar suara gerimis hujan, gesekan dedaunan tertiup angin, suara Kodok bangkong saling bersahutan.

Yasir masih diam seribu bahasa, laki-laki berumur 26 tahun itu mengenakan kemeja dan celana jeans, rambut di sisir rapi. Parasnya biasa saja, dia hanya menang berkulit bersih. Sebab pekerjaannya di dalam ruangan bukannya berpanas-panasan di bawah teriknya sinar matahari.

“Saya yang bercerita, atau kalian yang bersuara …?”

.

.

Bersambung.

Harap bersabar membaca setiap Bab- nya ya, agar bisa menyelami alur ceritanya 🙏😊

Terima kasih banyak semuanya 🌹

Terpopuler

Comments

Land19

Land19

yg cowo nya udah ditemenin dari 0 sampe sukses eh ha taunya maen serong .
adiknya juga udah di biayain kuliah balasannya ngembat tunangan kakanya sendiri

otaknya sama² 0

2025-02-10

7

Sinta Derefa

Sinta Derefa

yg kuat ya mala..mngkin takdir akan Mambawa mu ke seseorang imam yg lebih pastas untk mu ketimbang Yasir yg tak ada akhlak dan etika.

2025-01-16

5

Nenti iis Fatimah

Nenti iis Fatimah

ya ampun baru bab awal tp aku merasa flashback ke masa kecil dulu pulang sekolah sengaja suka mulung jambu atau buah asem bahagia rasanya

2025-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!