Chapter 13

“Mak, mengapa ada dua dompet?” tanya Amala, matanya menyipit dan keningnya mengernyit. Barusan sang ibu memberikan dua dompet berwarna hitam dengan logo gambar cincin.

“Bukalah! Satu untukmu, yang lainnya berikan kepada Nirma.”

“Untuk Mala?” begitu melihat sang ibu mengangguk, Amala langsung membuka resleting dompet.

Ada gelang rantai dan kalung, sesuai dengan pesanannya yang kemarin. Lantas Amala membuka satunya lagi, pupil matanya membesar kala mendapati seutas gelang rantai polos dengan bentuk seperti buah merica, dan cincin indah bermata satu.

“Ini untuk Amala, Mak?” tanyanya tidak percaya.

Mak Syam tersenyum haru kala melihat binar cantik di wajah anak sulungnya. Selama ini Amala tidak pernah memakai emas, anting pun dia tak punya. Setiap ditawari mau beli emas, selalu menjawab tidak suka memakai perhiasan. Padahal aslinya Amala menyukai benda berwarna kuning keemasan itu.

Namun, Amala sadar diri kalau keuangan mereka tidak mencukupi. Apalagi harus ekstra hemat agar pendidikan Nirma tidak terhambat biaya.

“Masya Allah, cantik sekali. Cocok dengan warna kulit Amala.” Mak Syam menautkan pengait gelang rantai di lengan Amala, dia juga memasangkan cincin bertahtakan batu permata.

Bola mata Amala kian berkaca-kaca, ini kali pertama dia memakai benda berharga. Cincin pertunangannya kemarin dengan Yasir tidak pernah dicobanya. Dia enggan mengenakannya merasa belum tentu cincin itu menjadi hak miliknya, dan ternyata feelingnya benar.

“Terima kasih, Mak. Tapi, uang dari mana untuk membeli ini?”

“Ya dari hasil jual Kambing kemarin.”

“Mamak tidak bohong 'kan? Masa dua ekor Kambing yang kita jual, cukup untuk membeli semua emas ini?” tanyanya sulit percaya. Sekarang bukanlah lebaran haji, harga jual Kambing pasti tidaklah begitu mahal.

“Tidak ada gunanya berbohong, Mala. Kalau kau tidak percaya, tanya saja kepada Wahyuni. Begitu Nak Agam memberikan uangnya, langsung Mamak kasihkan semuanya ke sahabatmu itu,” jelas Mak Syam.

“Alhamdulillah. Mala tak menyangka, ternyata harga jual Kambing saat ini masih begitu mahal,” Amala tersenyum penuh rasa bersyukur begitu juga dengan Mak Syam.

Amala mendekap hangat ibunya, diusapnya lembut punggung wanita kesayangannya ini. “Mak, apapun yang terjadi nanti di sana, tolong jangan dimasukkan ke hati ya …?”

“Kau tenang saja, Nak. Insya Allah, Mamak kuat menghadapi semua ini. Anggap saja kita ke sana mewakili bapakmu. Semasa dia hidup selalu berkata ingin sekali mendampingi putri-putrinya bersanding di pelaminan,” lirih Mak Syam, sudut matanya basah. Dia sudah menebalkan telinga dan menguatkan hatinya untuk datang.

“Aku jadi ikutan nangis loo ini,” Dhien berseloroh, dia sedari tadi berdiri di ambang pintu.

“Kau ini, memang paling suka menguping,” gerutu Amala bercanda.

“Bukan menguping ya, cuma tidak sengaja mendengar,” kilah Dhien, dia menghampiri Amala dan Mak Syam yang duduk di dipan dapur.

“Apa yang kau bawa itu, Dhien?” tanya Amala, dia melihat sang sahabat sudah berpakaian cantik dan membawa satu tas pouch berukuran lumayan besar.

“Alat tempur. Aku mau menyulap dirimu menjadi cantik jelita.” Dhien pun membuka tas nya.

Mak Syam terkekeh rendah, dia turun dari amben beralaskan tikar daun pandan. Membawa serta dompet emas Amala yang didalamnya terdapat surat kwitansi.

“Gak mau, Dhien. Jangan kau tepungi wajahku!” Amala beringsut menjauhi temannya.

“Sudah diam saja, menurut lah, Amala! Aku janji tidak lagi menjadikanmu bahan percobaan. Cuma mau mendandani dirimu dengan make-up tipis saja.” Dhien mulai memilih lipstik mana yang pantas untuk wajah Amala. “Cepatlah Amala! Keburu yang lainnya sudah berkumpul nanti.”

Mau tidak mau Amala mendekati Dhien. Dia juga melepas hijabnya, agar tidak kotor oleh taburan bedak. “Jangan tebal-tebal! Alisku jangan diganggu! Warna gincunya yang natural saja! Terus, pipiku tak usah diwarnai … nanti jadinya seperti habis kenak tonjok. Terus_”

“Diam, Amala. Diam!” Dhien menatap garang Amala yang sedang tersenyum tanpa rasa bersalah, “Kalau semua-semua tidak boleh. Apa gunanya alat-alat yang ku bawa ini?!”

“Maaf. iya, kau boleh merias wajahku. Tapi, jangan menor ya, Dhien?”

“Hem.”

Dhien mulai merias wajah Amala, tak banyak yang dia lakukan. Wajah Amala sudah cantik alami, apalagi memiliki warna bola mata coklat mempesona yang ketika terpapar sinar matahari akan menjadi warna coklat keemasan.

“Selesai!”

Amala pun membuka matanya yang sedari tadi terpejam. “Mana kaca? aku mau melihat hasil karyamu.”

Dhien memberikan cermin kecil. “Cantik 'kan? Seandainya saja Yasir gila itu tidak menikah dengan adikmu. Sudah pasti aku akan mengatakan kalau dia laki-laki paling bodoh di dunia ini karena sudah menyia-nyiakan permata seperti mu.”

“Hem. Berlebihan!” Amala mencebik, dia masih terpesona pada wajahnya sendiri yang terlihat berbeda, tetapi masih natural.

“Kau ini!” Dhien menepuk pundak Amala. “Kenakan lagi hijab mu, biar aku sesuaikan dengan riasan nya.”

“Aku tidak mau model hijab yang dililitkan pada leher,” protes Amala.

“Iya, Mala. Iya!” Dhien pun, hanya menambahkan bros bunga pada hijab segiempat milik Amala.

“Sudah selesai belum, Nak? Yang lainnya sudah berkumpul.” Mak Syam menghampiri Amala dan Dhien. “Masya Allah, anak Mamak cantik sekali.”

Mak Syam terpesona melihat kecantikan Amala.

“Apa aku bilang. Kau memang secantik itu, Mala,” Dhien tersenyum puas, dia berhasil membuat sang sahabat tampil mempesona.

Mereka bertiga pun keluar dari rumah, Amala mengunci pintu. Kemudian berjalan menuju depan rumah Agam, di sana sudah ramai orang yang hendak pergi undangan juga.

Banyak pasang mata yang terkejut sekaligus terpesona oleh penampilan Amala, beberapa pemuda lajang sampai tidak berkedip.

“Ayo berangkat!” Zikri berseru lantang menghampiri warga. Di sampingnya ada Agam yang mengenakan kemeja dan celana bahan.

“Masya Allah. Dua sosok Bidadari dari mana ini?” Zikri tak sadar oleh ucapannya, matanya pun lancang menatap lekat Dhien dan juga Amala.

Amala menjadi gugup. Dia memalingkan wajahnya, tetapi malah bertatap dengan bang Agam.

Deg.

Hati Amala mencelos, apa sejelek itu penampilannya? Barusan dia melihat tatapan tidak suka pada sorot mata abangnya Wahyuni.

Rahang Agam mengetat, bahkan kedua tangannya mengepal dalam saku celana. Dia tidak menyukai penampilan Amala yang mencuri perhatian para kaum laki-laki. Agam pun duduk di belakang kemudi, mulai menghidupkan mesin mobil pickup diperuntukkan bagi rombongan wanita.

“Dhien, kau tidak salah mendandani ku 'kan?” tanya Amala berbisik. Mereka sudah duduk di bak belakang.

“Kenapa memangnya?”

“Aku merasa aneh, terus tidak percaya diri.”

“Tenang saja. Kau cantik, riasanmu pun tidak berlebihan, sangat natural,” Dhien menenangkan Amala, dia mengerti kegundahan hati sang sahabat. Amala memang tidak pernah berhias berlebihan.

Tak berselang lama dua mobil pickup yang membawa sebagian warga Jamur Lubok, sampai di area pesta.

Telinga mereka langsung mendengar seorang MC tengah memanggil nama salah satu anggota keluarga Yasir.

“Loh … kenapa sudah melakukan acara tepung tawar? Bukankah seharusnya menunggu pihak keluarga wanita datang terlebih dahulu. Benar ‘kan …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

bab yang tadi bilangnya orang Jawa tapi kok bahasa nya agak lain. adatnya juga..🤔

2024-12-06

8

Ani

Ani

yo podo wae Dhien podo podo kerungu 😋😋😋😋

2024-12-17

2

Dwi Setyaningrum

Dwi Setyaningrum

duh bang Agam kalau suka sama amala cepatan dihalalin lah ya jgn diam2 gt mana tau amala kalau dirimu suka sm amala..apalg amala punya rasa takut sm km Krn kejadian 7th lalu .

2024-12-25

4

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!