Chapter 20

Amala bergetar, ia luruh di atas dinginnya lantai.

Mak Syam tidak kalah emosi, tubuh lelahnya dipaksa melangkah masuk kedalam kamar. Netranya membara melihat pakaian dua insan yang acak-acakan dan basah kuyup.

PLAK.

PLAK.

Wajah Yasir dan Nirma langsung terdapat cap jari. Begitu keras tamparan Mak Syam, sampai tangannya terasa pedas.

“Binatang saja lebih beradab daripada kalian! Dasar manusia tak punya malu. Masuk ke dalam rumah orang layaknya pencuri. Makan hidangan tanpa permisi, kalian kira rumah kami ini penginapan? Cepat keluar!” bentaknya begitu emosi.

Kemudian semua orang duduk di sofa ruang tamu.

“Mamak, Mbak, tolong maafkan Nirma! Kami khilaf, tak sengaja terbawa suasana dikarenakan rumah yang sepi,” sanggah Nirma mencari pembenaran.

“Mak Syam, saya juga ingin meminta maaf.” Yasir menunduk dalam, dia merasa kehilangan muka.

Yasir takut kalau perbuatan tak senonoh nya sampai bocor, meskipun mereka bukan berzina tetap saja tidak sopan.

“Menjijikan!” hina Dhien, yang dibalas dengusan jijik oleh Wahyuni.

“Nggak usah banyak basa-basi, apa niat kalian datang ke sini?” tanya Amala dengan raut tak kalah jijik, dia sendiri masih belum berganti pakaian.

Nirma melirik suaminya, begitu mendapatkan anggukan. Dia memberanikan diri menatap wajah Mak Syam.

“Nirma ingin meminta bagian warisan. Dulu Bapak pernah bilang kalau hartanya akan dibagi dua,” ia masih ingat betul perkataan ayahnya.

“Nirma, Nirma. Ibu mu ini belum mati, bisa-bisanya kau mengungkit tentang warisan!” Mak Syam berdecak sambil geleng kepala. Tidak menyangka salah satu anaknya memiliki sifat serta tabiat buruk.

“Karena Mamak masih sehat, makanya Nirma meminta. Biar kelak kalau mamak sudah tiada, kami tidak rebutan harta!” balasnya tanpa perasaan.

“Kau mendoakan ibumu sendiri agar cepat mati, Nirma! Nggak waras memang ku tengok kau ini!” Wahyuni ikut berbicara, lidahnya sudah gatal sedari tadi.

“Wahyuni!” tegur Agam.

“Tak ada warisan untuk kau! Bagian mu akan kuberikan kepada Amala, anggap saja sebagai ganti biaya kuliah!”

“Mana bisa seperti itu, Mak! Biaya pendidikan itu memang sudah kewajiban Mbak Mala sebagai anak sulung!”

Amala angkat bicara. “Berikan saja Mak! Biar dia tak lagi merusuh.”

"Tidak, Mala. Apa yang kita punya sekarang ini memanglah hak mu!” Mak Syam kekeuh tidak mau memberi.

“Mamak pilih kasih!” pekik Nirma, sorot matanya penuh amarah.

“Mak tolong bagi rata. Mala ikhlas!” pintanya, tidak mau bertengkar dikarenakan harta.

Mak Syam pun menghela napas panjang. Dia membenarkan posisi duduknya menjadi tegak. “Baiklah. Kuberikan satu hektar kebun karet untuk mu, Nirma!”

“Kenapa cuma kebun karet, Mak? Itu nggak adil. Nirma mau kebun karet beserta ladang!” tuntutnya tidak tahu diri.

“Jangan jadi manusia serakah kau, Nirma! Itu sudah pembagian yang rata. Ladang dan rumah ini luasnya 1 hektar, sama dengan kebun karet!" geram Mak Syam mencoba menahan emosinya.

“Tapi, tanah rumah ini juga banyak pohon pinang dan kelapa yang sudah menghasilkan uang!” Nirma masih tidak terima.

“Keputusanku sudah bulat. Kalau kau tak mau ... Silahkan pergi!” tegas Mak Syam, sudah muak melihat kelakuan anak bungsunya.

Yasir menggenggam tangan Nirma, dia mengangguk.

Nirma mencebik, sebetulnya masih belum puas. “Baik, Nirma terima!”

“Bagaimana baiknya, Nak Agam?" Mak Syam bertanya kepada Agam.

“Besok kedua belah pihak hadirlah di kantor kelurahan, dan Mak Syam bawa sertifikatnya! Kebetulan sedang ada pemutihan,” kata Agam.

Tidak berselang lama, Yasir dan Nirma pulang, dengan mengendarai motor.

Amala melangkah ke dapur, menarik kotak perkakas, mengambil palu dan juga linggis.

“Mau apa kau, Mala?” tanya Dhien.

“Membongkar dipan. Aku mau membakar ranjang itu, bisa gila diri ini kalau teringat hal menjijikan tadi!” Buku jari Amala memutih meremat linggis.

“Nur, taruh alat-alat itu di lantai! Biar saya yang membongkarnya!” sela Agam.

Amala ragu-ragu menuruti perintah bang Agam.

Wahyuni merangkul pundak Amala. “Ayo ku temani kau membersihkan diri supaya pikiranmu kembali segar.”

Hampir setengah jam kemudian, Amala pun selesai mandi, ia juga keramas berharap otaknya ikutan bersih.

Dhien, Mak Syam, terlihat sibuk mengusung papan dan juga kayu rangkaian ranjang. Tilam tipis pun sudah ada di tempat pembakaran sampah. Amala benar-benar ingin menghapus jejak dua manusia laknat itu.

“Nur … bagaimana dengan puluhan amplop ini. Mau dibakar juga tak …?”

Amala menatap ke arah tangan bang Agam yang sedang menggenggam banyaknya amplop. Tanpa ragu dia mengangguk. “Iya, bakar semuanya!”

BUM.

Kumpulan amplop itu langsung dilahap si jago merah, rasa puas membias di wajah tampan Agam Siddiq. Tahu betul kalau benda yang dia pegang tadi surat-surat dari mantan Amala.

‘Ternyata kau benar-benar sudah melepaskannya Nur.’

Nyala api semakin meninggi melahap abis jejak menjijikan itu. Mimik wajah Amala terlihat puas. Baru kali ini dia buang-buang uang, tetapi tidak menyesal sama sekali.

“Ibuk, Makwa La, Yahwa!” Siron berseru, gadis kecil itu tengah digendong asisten rumah tangga Wahyuni, dibelakangnya ada seorang lagi yang membawa barang.

“Aneuk long (anak ku).” Wahyuni membopong sang putri, menciumi pipi tembem Siron yang baru saja bangun tidur.

“Ibuk, geli!” Siron tergelak sambil meronta-ronta menghindari ciuman bertubi-tubi di pipinya. “Yahwa, tolong!”

Agam lantas mengambil dan menggendong, lalu melambungkan sang keponakan, tawa Siron pun kembali membahana.

Kening Mak Syam berkerut, menatap bingung saat dua orang pembantu Wahyuni cekatan menggelar tikar dan juga membuka susunan rantang.

Melihat itu Wahyuni langsung angkat bicara, “Kita baru saja kerja keras, perut pun pasti ikut lapar. Ayo makan bersama-sama! Anggap saja tamasya di bawah pohon rambutan!”

Saat menunggui Amala mandi, salah satu pembantunya datang menghampiri. Wahyuni menyuruh sang pelayan membawa menu yang tadi pagi dihantarkan oleh Mak Syam.

“Tunggu sebentar ya! Aku mau ambil gulai ikan gabus dulu.” Dhien bergegas berjalan ke arah rumahnya.

Amala menatap lembut wajah Wahyuni, bibirnya bergerak mengucapkan kata terima kasih tanpa suara. Para sahabatnya sangatlah pengertian, pasti tadi Wahyuni melihat tidak ada apa-apa di atas meja makan. Menu yang disimpan dalam lemari pun habis dilahap Nirma dan Yasir.

“Ayo duduk Mak! Mala juga lapar.” Dia menarik lengan sang ibu, lalu duduk di atas tikar bersebelahan dengan Wahyuni. Bang Agam masih menggendong Siron yang asik melihat nyala api.

Dhien datang membawa baskom bertutup daun pisang, sebelah tangannya menuntun sang ibu yang sedang tidak enak badan.

Makan siang menjelang sore itu begitu akrab, mereka sangat lahap. Terlebih Agam yang kembali merasakan masakan olahan tangan Nur Amala. Wanita yang dicintainya sedari lama masih ingat saja kalau dirinya paling suka gulai daun ubi dicampur Udang kabul dan cabe rawit utuh.

.

.

Keesokan hari, di halaman kantor kelurahan.

“Hei Mak Syam. Kau itu jadi ibu sangat tak adil sekali! Harusnya pembagian Nirma lebih banyak daripada anak sulung mu!” bi Atun menghalangi Mak Syam yang hendak pulang.

Mak Syam menyamping, dia berdiri berhadapan dengan sosok sebayanya. Sebelum berbicara terlebih dahulu memperhatikan sekelilingnya, ada banyak pasang mata yang tengah menatap penuh minat ke arah mereka. Kebetulan hari ini sedang diadakan imunisasi, para ibu-ibu sedang antri.

Mak Syam pun tersenyum samar. “Siapa kau? Berani sekali mengatur hidup ku. Punya hak apa dirimu atas apa yang ku miliki? Atau jangan-jangan kau memang berniat menguasai hartaku yang tak seberapa ini. Benar begitu mantan besan …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Nengnong2 ²²¹º

Nengnong2 ²²¹º

naudzubillah banget itu 2 manusia lucknut.. ga punya adab n etika walaupun kenyataan nya mereka berpendidikan tinggi

2025-02-15

3

Keterina

Keterina

Cerita di Novel ini benar2 bagus banget. Beda dari novel2 yg lain. Aku sdh jarang baca novel karena ceritanya kebanyakan monoton cuma tentang mafia2 yg alurnya hampir sama semua jdi bikin malas baca, tapi aku ketemu judul novel ini jdi bikin semangat baca lagi.
Semangat menulis ya kak😊

2025-02-24

1

Land19

Land19

masih untung kau di kuliahkan ,
tapi dg tak tau malu nya pas nikah keluarga mu ga di akui, Dateng kerumah maen makan aja, eh mencak² minta warisan
orang kaya gini enaknya di penggal di masukin karung lempar di sungai

2025-02-10

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!