Chapter 07

“Aku seperti ini juga karena mu, Mbak. Mbak selalu menyuruh belajar, belajar, dan belajar! Selalu itu yang dibahas. Tidak sekalipun memberikan perhatian lebih! Aku capek, muak dengan kehidupanku yang monoton!” adu Nirma pilu.

“Mbak tidak tahu bagaimana sulitnya hari-hari ku di ibu kota. Harus ekstra hemat, untuk sekedar membeli sepotong baju baru pun nggak mampu. Sedangkan teman-temanku yang lainnya selalu mengenakan busana berbeda-beda. Pakaianku paling ketinggalan zaman, Mbak!” Nirma menumpahkan isi hatinya, ia merasa hidupnya terlalu miskin.

Amala terkekeh, suara tawanya terdengar sumbang sarat kekecewaan. Gadis berhijab abu-abu panjang itu lantas masuk ke dalam kamarnya, kemudian keluar membawa setumpuk pakaian, menjatuhkan kain yang tak seberapa jumlahnya ke atas meja. Dia membentangkan satu persatu baju panjang yang terdapat beberapa tambalan di sana sini.

“Kau lihat! Inilah pakaian yang aku kenakan selama kau berkuliah di kota! Bukan cuma aku, ibu juga mengenakan baju banyak tambalan. Dan kau tengok dinding tembok rumah ini! Penuh keropos dimakan rayap. Kursi yang kau duduki sekarang pun, sudah hampir roboh dimakan Semut putih!” pekik Amala menggebu-gebu.

“Dongak kan lah kepalamu! Agar kau bisa melihat atap daun rumbia itu tidak lagi rapat menutupi bangunan tua rumah peninggalan Bapak. Bahkan sebelum di lapisi dengan plastik, kami kalang kabut menadah air hujan akibat atap yang bocor. Jadi, masihkah kau mau menyalahkan kami demi menutupi kelakuan tak bermoral mu, Nirma?!”

Lidah Nirma kelu, tenggorokannya tercekat, dia tak mampu berucap. Ternyata dirinya kurang bersyukur selama ini, disini keluarganya hidup serba kekurangan. Tapi, mereka tidak pernah memberitahunya sama sekali.

Melihat Nirma yang tidak bisa menyanggah apalagi membalas perkataannya, Amala kembali mencecar sang adik.

“Kau bilang aku tidak perhatian, hanya tahu menyuruhmu belajar. Tahukah kau? Kalau posisimu itu pernah aku idam-idamkan. Aku berdoa siang malam meminta kepada Tuhan, agar diberi kesempatan mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi. Namun, semesta tak merestui. Doaku gagal menembus langit. Apa kau kira aku marah, menangis, protes apalagi sampai menyalahkan Mamak?” netranya menatap nyalang wajah sang adik yang senantiasa menunduk.

“Tidak Nirma! Sedikitpun tak pernah ku sesali nasib ini, nggak juga menyalahkan takdir. Aku berlapang dada menerima kenyataan tanpa membenci keadaan. Karena memang inilah jalan hidupku. Aku ikhlas hanya lulusan SD, dengan begitu memiliki kesempatan untuk membiayai sekolahmu. Mewujudkan keinginan Bapak yang ingin melihat putrinya berpendidikan tinggi. Tak mengapa aku gagal, asal kau jangan! Semaksimal mungkin aku berjuang, bekerja tak kenal waktu demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah agar kau tak putus sekolah. Namun ….”

Amala menghela napas panjang, dia tidak sanggup meneruskan kalimatnya. Suaranya bergetar, buliran bening jatuh membasahi telapak tangannya.

“Aku nggak pernah memintamu untuk balas budi! Keinginan terbesarku hanya ingin melihatmu mengenakan pakaian wisuda lengkap dengan topi toga, tetapi hal sederhana itu saja kau tak mampu mewujudkannya. Sampai hati kau renggut harapan Mamak yang ingin menyaksikan dan mendampingi putrinya di acara kelulusannya. Aku sampai kehabisan kata, Nirma! Tak tahu lagi hendak berucap apa.”

Amala menjatuhkan diri duduk di sandaran kursi ibunya. Dia benar-benar terlihat putus asa. Tak habis pikir dengan cara berpikir adiknya yang lebih memilih keluarga Yasir untuk menemaninya wisuda.

Hanya ada keheningan serta suara tangisan lirih Mak Syam dan juga Nirma.

Amala menghapus kasar buliran air mata yang lancang keluar tanpa permisi. Matanya memerah, wajahnya sembab. Hatinya terasa kebas akibat rasa sakit yang terlampau perih.

Sedangkan Yasir yang tadi terlihat garang serta menggebu-gebu menyerang Amala, sekarang tidak lagi bersuara. Baru pertama kali ini dirinya melihat Amala emosi, menangis dan terlihat putus asa.

Mak Syam sudah tidak mampu berkata-kata, hanya air mata yang menunjukkan bagaimana terpukulnya ia. Ini pertama kalinya dia melihat putri sulungnya meluapkan perasaannya. Amala bukanlah sosok yang terbiasa menunjukkan perasaannya, dia lebih suka menjadi pendengar serta pengamat.

Rinai hujan masih membasahi bumi, suara tetesan air terdengar keras pada plastik atap rumah yang tak tertutup daun rumbia.

“Semuanya telah terjadi, ibarat nasi sudah menjadi bubur. Maka, tidak lagi dapat kembali ke bentuk semula. Aku tahu kau kecewa, Amala. Namun, darah tetaplah lebih kental daripada air. Kendatipun Nirma yang salah, dia tetaplah adik mu. Tolong jangan musuhi istriku! Sejatinya dia sosok yang baik, penurut. Kau sendiri tidak tahu bagaimana kehidupan di kota, disana sangatlah keras. Adikmu tidak bisa menanggungnya sendirian, karena itulah kami menjadi dekat,” setelah lama terdiam, Yasir mencoba menjelaskan.

Amala mendengus, dia tersenyum miring mendengar kata-kata mantan tunangannya yang tidak tahu malu. Seakan apa yang sudah terjadi hanyalah hal sepele.

"Sebab itulah kalian menjadi nyaman satu sama lainnya, nyaman pula bercinta sampai menghasilkan benih tak halal,” cibir Amala.

“Kau tidak berhak mengecam anak kami, Amala. Dia tidak salah!” tampik Yasir, dia mulai tersulut emosi lagi.

“Dia memang tidak salah. Yang salah itu kalian! Akibat nafsu layaknya binatang, bukan cuma kami yang akan mendapatkan malu dicibir sana-sini. Tapi, anakmu kelak akan kena getahnya juga. Pasti ada saja mulut-mulut tak bertanggung jawab yang akan menghujat keturunan kalian,” cemooh Amala.

“Biarkan itu menjadi urusan kami!” kilah Yasir.

“Ayo Dek, kita pulang! Keluarga mu sungguh keras kepala. Tak mengapa mereka enggan menerima mu, masih ada Mas dan keluarga besar yang menyayangimu dengan tulus.” Yasir menarik lengan Nirma.

Namun, celetukan Amala menghentikan langkah mereka yang hampir mencapai ambang pintu.

“Tulus? Omong kosong! Seandainya saja Nirma tidak berpendidikan tinggi. Sudah pasti kau, apalagi ibumu itu langsung mendepaknya. Dan kau Nirma, aku katakan dengan jelas … mulai detik ini, kau buka lagi tanggung jawabku. Kedepannya bila ada apa-apa, jangan pernah mengeluh apalagi meminta bantuan ke sini. Kami lepas tanggung jawab. Jadi, masalahmu bukan lagi menjadi urusan kami!” tegas Amala, dia tetap bergeming duduk di samping ibunya.

Yasir memeluk pundak Nirma, agar istrinya tidak memalingkan wajah ke belakang. Mereka keluar dari gubuk Mak Syam, masuk ke dalam mobil minibus. Kemudian berlalu dari sana.

Sepeninggalan Yasir dan Nirma, rumah Mak Syam kembali sunyi. Amala berulangkali menarik napas panjang, netranya menatap sayu foto hitam putih almarhum bapaknya.

‘Nur … gagal menjadi seorang Kakak, Pak. Tolong maafkan Nur yang tidak becus ini,’ batinnya menangis pilu.

‘Nur, kau putri kebanggaan keluarga Abidin. Semenjak ibumu mengandung mu, kehidupan kami selalu bersinar. Rezeki datang dari arah mana saja, sampai kita mampu membeli kebun karet. Maka dari itu Bapak memberimu nama ‘Nur Amala’ yang artinya Cahaya - anak perempuan dicintai.’

Obrolan hangat antara dirinya dan bapaknya kembali terngiang. Dia sangat merindukan sosok bapaknya yang selalu memanggilnya Nur.

“Nak ….” Mak Syam mendekap erat punggung Amala.

“Mak, Mala tidak apa-apa. Sudah ya jangan menangis lagi! Mala mau kebelakang dulu, buat teh hangat untuk kita.” Mala melerai pelukan mereka, dia mencium lembut pucuk kepala sang ibu yang tertutup songkok hitam. Lalu berjalan ke belakang menuju dapur.

Amala menuang air panas dari termos plastik ke dalam gelas. Tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara dentuman lumayan kuat.

Bugh.

“Mamak?!”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Kanti Mega Lesmayanti

Kanti Mega Lesmayanti

cerita gini jdi mengingatkan sama diri sendiri hehehe, aku yg d sekolahkan Kakaku sampe S1 dan menjadi PPPK skrg itu berkat jasa Kakaku. Dia menikah dgn seorang polisi, dia menunda sekolah nya hanya sampe D3 saja dan baru bisa lulus S1 setelah aku udh lulus, tapi apakah yg terjadi mau menikung Kakaku.. tidak, dan tidak akan pernah berfikir utk bersikap seperti itu apalagi Kakaku sbg pahlawan tulang punggung keluarga. meskipun Hannya dua bersaudara kami harus mnjadi kebanggaan Mama dan alm bapa

2025-02-24

24

Ernawati Erna

Ernawati Erna

Nirmala bener2 anak yg gak tau diuntung malu kali dia kalau mamaknya yg dtg ke wisudanya sampai2 orangtua Yasir yg dtg kesana,, nanti kl udh melahirkan & gak menghasilkan uang juga kau didepak dari keluarga Yasir tunggu saja karnamu dtg

2025-01-15

11

Land19

Land19

berasa jadi barang loakan ga di lirik,
ya Allah , padahal keinginannya sangat mudah bisa fotbar keluarga malah ga jadi, ga ada kenang²an yg manis yg ada kenangan buruk dan pait .

2025-02-10

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!