Chapter 16

“Hah ... Kau tanya untuk apa? Ya jelaslah mau disimpan, itukan termasuk dalam sumbangan tamu kondangan.” Alis bi Atun hampir menyatu, dia memicingkan matanya menatap lekat wajah sang menantu. “Jangan bilang kau mau menguasainya, iya?!”

“Bukan Buk, cuma kalung dan gelang itu ‘kan pemberian keluarga Nirma,” kilahnya takut-takut, mimik wajahnya sudah mulai memerah.

“Yang bilang dari orang lain siapa? Udah lah, jangan banyak alasan. Cepat bawa kesini!” bi Atun mulai tak sabar.

Nirma pun, berjalan memasuki kamarnya yang berada di bagian pojok dekat dengan dapur.

Begitu sosok sang menantu tak terlihat lagi, bi Atun menatap tajam pada Yasir, “Yasir, ajari istrimu agar patuh dan tidak berani membangkang! Ibuk tidak suka melihat wajah muramnya yang keberatan memberikan kado dari keluarganya, padahal tanpa kita mengadakan pesta, mana mungkin Mak Syam mau memberikan sesuatu berharga!”

“Iya, Buk. Nanti, saya didik dia menjadi istri yang patuh tanpa berani membantah apalagi melawan,” jawab Yasir, dirinya masih menikmati satu batang rokok bersama sang ayah dan para sepupunya, mereka tengah duduk di pojok ruang tamu.

Bi Atun manggut-manggut, “Bagus.”

“Ini, Buk!” Nirma setengah hati menyodorkan dompet berwarna hitam yang langsung direbut paksa oleh bi Atun.

“Halla … cuma segini kemampuan keluargamu memberikan hadiah, Nirma?” tanyanya merendahkan, padahal matanya berbinar melihat emas berkilau.

“Mamak dan Mbak Amala memang nggak punya banyak uang. Mereka pasti terlebih dahulu menjual sesuatu yang berharga, agar bisa membeli barang ini,” bela Nirma.

“Ck … miskin sekali keluarga mu itu! Kau harus banyak-banyak bersyukur karena anak semata wayangku sudi menikahi mu!” tandas bi Atun, dirinya memasukkan dompet emas beserta isinya ke dalam kotak persegi tempat penyimpanan barang berharga.

“Nirma, apa kau sudah memasukkan lamaran kerja di rumah sakit umum?” tanyanya lagi.

“Belum, Buk.”

“Mengapa belum? Bukankah kapan hari suamimu bilang ada lowongan,” nada suara bi Atun terdengar sengau, tatapannya pun mulai sinis lagi.

Nirma menunduk, memilin daster kembang sepatu yang panjangnya selutut. “Buk, Nirma ‘kan lagi hamil muda dan masih sering mual-mual, jadi sengaja menunda untuk bekerja dulu.”

“Kau itu ya, jangan jadikan kehamilan mu sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Ingat! Biaya pendidikan mu tidaklah murah, seharusnya kau tahu diri. Begitu lulus dan ada lowongan pekerjaan, ya jangan disia-siakan!” ketus bi Atun, memperingati sang menantu.

'Yang membiayai kuliahku juga bukan dirimu Buk, tapi lagaknya udah seperti penanggung beban,’ batinnya Nirma begitu berisik, tentu saja hanya berani protes dalam hati.

“Baik, Buk. Besok Nirma memasukkan lamarannya,” katanya tanpa semangat, lalu berdiri hendak masuk kamar lagi, lama-lama berada didekat ibu mertuanya sungguh menyesakkan dada.

“Satu lagi, mulai besok hindari mengenakan baju ketat! Kau harus bisa menyembunyikan kehamilanmu, sudah cukup kelakuan mu kemarin yang kebablasan sampai hamil di luar nikah,” bisik bi Atun sinis tepat di samping Nirma.

Nirma mengangguk, hatinya seakan dicubit oleh tangan tak kasat mata. Setengah mati dirinya menahan agar tidak menumpahkan air mata. “Nirma masuk ke kamar dulu ya, Buk. Mau istirahat.”

“Eh … enak saja. Bantuin beresin buang kertas kado ini dulu! Abis itu sapu lantai rumah, baru boleh istirahat. Kau kira hanya dirimu yang lelah? Kami semua yang ada di sini juga letih!” bi Atun bersungut-sungut, dia lantas beranjak dari duduk di atas lantai dan pindah pada sofa berbusa tebal. Ruang tamunya sudah bersih dari pernak-pernik bekas acara pesta, tinggal teratak yang di halaman rumah belum selesai di bongkar.

Nirma dan dua orang sepupunya Yasir memunguti sobekan kertas kado. Raut calon ibu muda itu begitu masam, apalagi melihat sang suami yang sama sekali tidak membelanya.

***

“Kau kenapa sih, Dek? Dari semalam merengut terus?” Yasir menyibak selimut, dia membalikkan badan sang istri yang semalaman tidur membelakangi dirinya.

Nirma menangis sesenggukan. Hampir semalaman dirinya tidak tidur, kembali teringat perkataan sang kakak dan mencocokkan nya dengan apa yang terjadi.

Sepertinya memang benar, tujuan utama ibu mertuanya mengadakan pesta dikarenakan ingin uang yang sudah disumbangkan kesana-sini kembali lagi. Bukan semata-mata untuk menyenangkan hatinya.

Namun, tidak bisa mengadu kepada sang suami. Yasir terlihat begitu menyayangi orang tuanya dan sangat penurut. Alhasil hanya bisa memendam dalam hati saja, ia benar-benar tidak punya tempat untuk bercerita.

“Ditanyain, kok malah nangis sih. Katakan ada apa?” Yasir mencoba bersabar, dibelainya paha mulus sang istri. Sudah sedari tadi ia menahan has rat, sesuatu di bawah sana meronta-ronta meminta sebuah pelepasan.

“Gapapa, Mas. Cuma capek aja, kemarin seharian kelamaan berdiri di pelaminan,” dusta Nirma.

“Kasihan nya istri ku ini. Sini Mas lemesin otot-otot yang kaku, Yasir pun melancarkan aksinya. Mulai membuai dan merayu, tetapi dikarenakan dirinya sudah tidak lagi bisa menahan geloranya, langsung saja memasuki inti sang istri tanpa memperdulikan raut kesakitan menahan nyeri dibagian perut.

Percintaan panas itu hanya dinikmati oleh Yasir seorang, Nirma menggigit bibirnya kala rasa tak nyaman beriringan dengan nyeri menghantam bagian kewanitaan dan perutnya. Rintihannya menahan kesakitan dianggap desahan nikmat. Yasir tak berhenti sampai pelepasan dia raih.

.

.

Jarum jam terus berputar ke kanan, hari pun bergulir begitu saja, tanpa terasa minggu telah berganti dengan bulan baru.

Di perkebunan karet, dedaunan sedang berguguran. Pertanda musim trek menghampiri, dimana hasil getah tidak berproduksi banyak seperti sebelumnya.

Amala mengenakan pakaian serba tertutup, celana kulot, kaos panjang, hijab lebar. Dia menghela napas lelah, lebih dari dua jam berdiri, berjalan dari satu pohon ke pohon lainnya. Kedua tangannya lihai menarik karet kering yang menempel di aliran garis pohon bekas sayatan pisau deres kemarin pagi.

Menyadap pohon karet profesi yang sudah dia geluti sejak umurnya 13 tahun hingga kini. Hutan pun menjadi tempatnya mengais rezeki, berteman dengan para Nyamuk demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

“Amala! Euy … Amala!”

Tak berapa jauh dari lokasi Amala, terlihat sang sahabat datang menghampiri.

“Sudah selesainya kau menderes?” tanya Dhien.

“Sudah.”

“Pas sekali!” Dhien berseru, menarik lengan Amala yang duduk di atas dedaunan kering.

“Mau apa, Dhien?” Amala menarik lepas tangannya yang di cengkeram Dhien.

“Ayo mancing kita! Aku kepingin makan gulai santan ikan gabus,” ajaknya, rautnya begitu sumringah.

“Ini sudah aku carikan umpannya!” Dhien membuka bungkusan daun talas yang berisi tanah dan terdapat banyak sekali Cacing.

“Mau mancing di mana?” Amala masih enggan beranjak.

“Di balik bukit rumah Bang Agam,” jawab Dhien antusias.

“Gila kau!” Amala spontan berucap, “Aku tidak mau ya, nanti kalau ketahuan pasti bakalan malu sekali. Kita sudah dewasa Dhien, masa kau tak malu mencuri begitu?”

“Yang mau nyuri siapa? Aku izin ya, bukannya asal main masuk ke perkebunannya orang begitu saja,” dengus Dhien tak terima.

“Memangnya kau sudah bilang?” tanya Amala, matanya begitu tajam menelisik sang sahabat yang terlihat sedikit salah tingkah.

“Belum, tapi tenang saja. Begitu pulang, aku pasti bilang kalau kita tadi numpang mancing di rawa-rawa miliknya,” Dhien nyengir lebar.

“Itu sama saja seperti maling. Aku nggak mau, kecuali kalau kau izin terlebih_”

“Dhien lepaskan! Aku nggak mau!”

Dhien melepaskan tarikannya, menatap culas sang sahabat. “Betul nggak mau ikut?”

“Iya.”

“Baiklah, nanti bila bertemu Bang Agam, aku akan katakan kepadanya kalau kau pernah …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ningsih

Ningsih

adakah yang baca novel ini pake logat Medan 🤧btw aku wong jowo dari Magelang Jateng 🤭🙏

2025-01-05

11

Aishiteru❤‍🔥

Aishiteru❤‍🔥

baca novel ini. langsung gedebug in love.... /Determined//Determined//Determined//Determined//Determined/

2025-02-02

2

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

aku dari bap pertama lebih enakan pake logat sumatra padahal aku orang jogja tapi di rasa dan di cerna lebih enakan logat sumatra 😃soalnya lebih masuk ke karakter pemeranya lebih lebih si dhien🙏🏻

2025-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!