Chapter 18

“Ya, Abang?” Amala mendongak dan langsung bertemu tatap dengan manik berbingkai bulu mata lentik.

“Ada bawa plastik?” tanya Agam, badannya sedikit membungkuk. Jarak mereka hanya terbentang dua langkah kaki orang dewasa.

Secepat mungkin Amala membuka tas pinggangnya yang tadi diletakkan bersama sepatu, mengambil kresek berwarna hitam. Tanpa disuruh, membuka plastik itu yang langsung menampung ikan berukuran tiga hari.

Amala menahan napas, entah mengapa dia menjadi tak percaya diri. Saat ini aroma tubuhnya pasti masam lantaran bau getah bercampur keringat, walaupun sudah menggunakan deodorant, tetap saja masih tercium bau sedikit kecut.

Dhien dan Zikri sedikit menjauh dari dua sejoli itu, mereka sengaja memberikan privasi.

Agam bukannya tidak menyadari kegugupan Amala, dia sengaja berpura-pura tidak melihat tangan Amala yang gemetaran.

‘*Sebelumnya aku terlalu hati-hati dalam mendekati mu Nur. Kini sudah saatnya diri ini maju secara terang-terangan. Supaya kau peka, kalau ada seseorang yang sudah 10 tahun memendam rasa cinta kepadamu*,’ batin Agam.

Agam sudah memutuskan untuk mengambil jalan lebih berani, tidak lagi hanya memantau dari kejauhan. Ibarat kata, dia akan membabat semua rintangan yang menghalangi jalannya menuju sang idaman hati. Namun, tetap menjaga kehormatan serta martabat Nur Amala.

‘*Kenapa menuang ikan saja lama sekali, apa bang Agam tak melihat tanganku tremor gini*?’ gerutu Amala dalam hati. Wajahnya sudah panas dingin, tidak berani mendongak dan berakhir melotot menatap ikan yang masuk kantong kresek.

‘*Alhamdulillah selesai juga*,’ sambung kata hati Amala. Segera dia mengikat ujung plastik.

“Dhien, Nur … segeralah pulang! Sebentar lagi para pekerja hendak memanen buah semangka,” ucap Agam.

Dhien dan Amala langsung mengangguk dan bersiap. Paham betul kalau bang Agam ingin menjaga kehormatan serta nama baik mereka. Di desa ini interaksi antara lawan jenis yang bukan pasangan halalnya sangat terbatas. Kalau ketahuan berbuat mesum pasti akan mendapatkan sanksi adat setempat.

“Nur …?”

“Ya, Abang?” sahut Amala dengan nada lembut, yang berhasil membuat hati Agam berdesir hebat. Sedangkan Dhien dan Zikri senyum-senyum tidak jelas.

“Tolong ikan sepat nya di goreng kering lalu masak sambal! Nanti mampir lah ke rumah Wahyuni! Ambil daun pucuk ubi yang baru tadi pagi di petik,” Agam berkata, tetapi matanya tidak menatap Amala.

“Baik, Bang. Nanti sore saya antar masakannya,” balas Amala.

“Besok pun tak mengapa, kau pasti lelah.”

Amala mengangguk patuh. Kemudian dia berjalan bersama Dhien menaiki bukit yang ditanami semangka dan mentimun.

“Dek! Petik saja buah semangka yang kau inginkan. Daripada nanti anak kita ileran!” Teriakan Zikri dibalas lemparan oleh Dhien.

“Aduh! Kejamnya dikau calon permaisuri ku.” Zikri mengelus kepalanya yang kena timpuk gumpalan tanah.

“Rasain! Punya mulut tu jangan asal cakap!” dengus Dhien.

“Berhenti dulu, Mala! Capek,” keluh Dhien, napasnya memburu. Mereka duduk dibawah pohon buah kuini.

“Amala, menurutmu Bang Agam bagaimana?”

Amala menatap intens wajah Dhien, “Bagaimana apanya?”

“Ya rupanya, sifatnya, intinya menurut penilaianmu bang Agam itu laki-laki seperti apa?”

Amala mengedikkan kedua bahunya. “Ya sama seperti orang pada umumnya.”

“Ya Allah, maksudku itu penilaian mu secara pribadi!” geram Dhien terlihat kesal.

Amala memicingkan matanya, dia menatap serius manik Dhien, bibirnya menyunggingkan senyum menggoda. “Kau suka ya dengan Bang Agam?”

**PLAK**.

“Sakit, Dhien!” Amala mengusap pundaknya yang dipukul cukup keras.

“Makanya jangan asal cakap! Mana mungkin aku berani memiliki perasaan lebih ke dia. Bang Agam itu bisa dikatakan mendekati sempurna, bila dibandingkan denganku ya bagaikan langit dan bumi. Lagipula aku memang tak menyukainya secara pribadi,” sungut Dhien.

“Nah, pertanyaan mu sudah kau jawab sendiri. Kau yang tamatan SMP saja merasa sangat tidak setara dengannya, lalu apa kabar diriku ini? Sudahlah jangan bermimpi terlalu tinggi, hiduplah realistis sesuai kasta kita. Agar jatuhnya tidak seperti pungguk yang merindukan bulan,” ujar Amala.

‘*Andai kau tahu Mala, dia sangat mencintaimu. Sayang saja aku sudah berjanji tidak boleh membocorkan rahasia ini*.'

Dhien sudah lama tahu tentang perasaan bang Agam. Dia tidak sengaja mendengar perdebatan antara Wahyuni dan abangnya yang membahas soal Amala.

“Ayo kita turun!” ajak Dhien, dia sudah bersiap-siap mau meluncur menggunakan pelepah kelapa.

“Jangan bercanda, Dhien. Bawaan kita banyak, belum lagi semangka ini. Turun biasa saja,” tolak Amala.

“Ayolah, anggap saja kita bernostalgia. Pas sekali tanahnya sudah bersih dari tanaman. Dulu tempat ini jadi arena bermain kita bersama Wahyuni dan Meutia. Gelindingkan saja semangka nya!” Dhien tetep kekeuh.

“Nggak mau. Akh … Dhien!”

Dhien begitu licik, dia mendorong sekuatnya tubuh Amala yang duduk di pelepah, berakhir gadis itu terjun bebas, baru setelahnya dirinya menyusul. Plastik ikan ada di antara pahanya, buah semangka pun sudah meluncur.

“Hahaha … Tunggu, Mala!”

Di sisi lain bukit, sudut bibir Agam menyunggingkan senyum hangat. Tidak perlu melihat dia sudah tahu apa yang dilakukan kedua sahabat adiknya. Pasti menaiki pelepah milik anak-anak desa yang setiap sore hari bermain di area ini.

.

.

“Nirma! Nirma! Buka pintunya! Jangan pura-pura tuli kau! Cepat buka!”

Bi Atun menggedor-gedor pintu kamar sang menantu, ekspresi wajahnya merah padam.

Pintu pun dibuka dari arah dalam, muncullah Nirma yang masih mengenakan seragam kerjanya.

“Dasar jorok. Pulang kerja bukannya ganti baju malah langsung molor. Kau kira rumah ini hotel apa?!” Bi Atun berkacak pinggang, emosinya tidak terbendung lagi.

Nirma menunduk, sebenarnya dia masih sangat mengantuk. “Maaf, Buk. Tadi, Nirma capek sekali.”

Bi Atun menunjuk kening sang menantu, matanya melotot sempurna. “Alasan teros! Kau ini benar-benar tidak becus jadi orang. Mana pemalas sekali! Menanak nasi bisa-bisanya gosong, menumis sayur kalau gak keasinan ya hambar. Menyapu rumah masih banyak tertinggal debu dan rambut rontok. Ya ampun Nirma! Kau bisanya apa sih?!”

Gigi bi Atun sampai bergemeletuk, napasnya memburu. “Sekarang cuci piring sana! Bisa-bisanya habis makan kau letak begitu saja piring kotornya. Kau anggap aku apa, babu mu?!”

“Maaf, Buk. Tadi perut Nirma benar-benar tidak nyaman,” ucapnya apa adanya, ia mengelus perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit.

“Muak aku mendengar alasan mu yang itu-itu teros! Kau berbeda sekali bila dibandingkan dengan kakakmu. Amala sangat rajin, tanpa dipinta langsung merapikan rumah ini bila ia berkunjung, memasak menu lezat, bahkan tak jarang pula memijat Ibuk! Sedangkan kau … amit-amit jabang bayi betul lah!” Bi Atun berbalik berlalu begitu saja.

Telapak tangan Nirma mengepal begitu erat, dia paling tidak suka bila dibandingkan dengan kakaknya.

Dia kira setelah menikah kehidupannya akan layaknya ratu, ternyata menjadi babu. Lelah bekerja di rumah sakit sebagai perawat, begitu sampai rumah pun tidak bisa langsung istirahat. Harus berjibaku dengan pekerjaan yang begitu dia benci, memasak, beberes rumah.

“Mas,” panggil Nirma lirih pada sang suami yang terkapar di sampingnya usai bercinta.

“Hem,” balas Yasir, dia sudah sangat mengantuk.

Rasanya hatinya seperti dicubit, belakangan ini komunikasi mereka begitu buruk. Perlakuan pria yang sudah tiga bulan menjadi suaminya sangat berbeda bila dibandingkan saat dulu menjalin cinta terlarang.

Yasir hanya mendatanginya manakala menuntut haknya, selebihnya dia tidak acuh.

“Apa nggak sebaiknya kita hidup mandiri, Mas …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

bunda fafa

bunda fafa

alhamdulillah mala kamu terselamatkan dari suami macam yasir apalagi mamak nya yg bak lampir.. ups... buka hati mu ya dek mala... babang agam tulus lo sama km.. readers dukung 1000% biar kalian berdua halal 😍

2025-02-07

10

sakura🇵🇸

sakura🇵🇸

sebenarnya kasian liat perempuan dijahatin suami dan bumernya ..tp karena ini nirma jadi boleh lah🤭
aku liatin aja sambil cekikikan liat tingkah dhien sama agam yg mulai gercep kasih kode ke mala meskipun mala g peka😅

2025-01-23

4

Inooy

Inooy

makin kerasa kaan hidup d dalam neraka kehidupan?

dlu waktu kaka mu menghina kluarga suami mu, kamu g terima..skarang rasakan, apa yg Mala katakan smua nya menjadi kenyataan...

2025-02-12

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!