Chapter 14

Sontak pertanyaan salah satu ibu-ibu yang ikut dalam rombongan menarik perhatian lainnya. Mereka serempak menatap iba ke arah Mak Syam dan juga Amala.

Tepung tawar adalah bentuk ritual doa untuk kedua mempelai agar diberkahi dan memohon keselamatan atas keduanya. Yang mana dilakukan oleh anggota keluarga inti kedua belah pihak, di mulai dari yang tertua-hingga muda.

“Maaf, Mak Syam. Saya tidak bermaksud lain, cuma heran saja,” ucap sungkan ibu-ibu tadi, dia merasa tak enak hati. Akibat ucapannya semua mata tertuju kepada Mak Syam.

Mak Syam mengulas senyum hangat, dia mencoba tegar walaupun hatinya tersayat. “Tak mengapa. Mungkin saja keluarga Bu Atun dan Pak Kasim, memiliki tradisi sendiri yang lain dari pada umumnya,”

Para rombongan wanita pun masuk lebih dulu, melewati untaian janur kuning yang membentuk seperti pintu gerbang. Mereka digiring oleh panitia wanita yang membantu keberlangsungan acara pernikahan.

“Dhien, sini!” pada baris kedua dari singgasana pengantin, Wahyuni yang sedang menggendong Siron memanggil sang sahabat. Dia datang lebih dulu, semalam keluarga kecilnya menginap di toko mas.

Rombongan warga Jamur Lubok, mulai duduk di kursi bermeja bulat yang terlihat cantik lantaran dihiasi kain putih berenda. Tamu undangan wanita duduk di sisi kiri, sedangkan laki-laki pada sisi kanan.

“Masya Allah, siapa ini? Bagaimana bisa secantik ini?” Wahyuni ikutan terpesona seperti yang lainnya ketika melihat wajah Amala.

“Itu hasil tangan ajaib ku!” Dhien menyombongkan diri, mereka duduk saling bersisian. Amala diapit oleh Mak Syam, Dhien, lalu Wahyuni, dan juga Siron.

“Dhien, udah cocok kau jadi dukun manten. Hasil riasan mu terlihat sempurna,” puji Wahyuni.

“Berakhir aku yang akan selalu dijadikan Kelinci percobaannya," seloroh Amala sambil tersenyum masam yang langsung dibalas gelak tawa pelan.

“Makwa La, cantik.” Siron berdiri, dia mencium pipi Amala.

“Siron lebih cantik dan menggemaskan,” balas Amala, mencium gemas kedua pipi gadis kecil berbaju muslim biru muda.

Interaksi hangat itu tidak luput dari sepasang mata elang pemuda yang sedari tadi memasang raut kesal, tetapi tertutupi oleh ekspresi datar.

Di sela-sela acara tepung tawar yang belum selesai, selentingan kata-kata menyakitkan terdengar walaupun tersamarkan oleh lantunan sholawat pengiring jalannya acara.

Selang dua meja dari tempat duduk Mak Syam, ada keluarga inti Yasir. Nyonya rumah sengaja mencari perkara.

“Enak sekali ya jadi si polan, datang-datang duduk manis. cekikikan tanpa merasa bersalah apalagi berdosa. Nggak tahu apa dia? Kalau putrinya dari semalam bermuram durja. Di saat suaminya didampingi keluarga lengkap, dia bagaikan anak sebatang kara. Sungguh keterlaluan!” setelah mengatakan kalimat sindiran itu, bi Atun pura-pura mengipasi wajahnya menggunakan kipas kain.

Wajah Wahyuni dan juga Dhien berubah menjadi masam, kalau ini bukan acara penting sudah pasti mereka langsung beraksi. Amala mengeratkan genggamannya pada tangan sang ibu.

“Mamak tidak apa-apa, kalian tak perlu risau!” Mak Syam tersenyum teduh.

“Baiklah acara tepung tawar ini sudah selesai. Benar sudah tidak ada lagi yang diwajibkan memberikan doa ‘kan?” ragu-ragu sang MC bertanya, dia tentu mengenal keluarga pengantin wanita. Netranya menatap sungkan pada Mak Syam.

Salah satu bibinya Yasir berdiri, dia berbicara dengan nada lumayan tinggi. “Kalau nama-nama yang di kertas tadi sudah disebutkan semua, ya berarti selesai. Jadi, untuk apa bertanya lagi?!”

“Dasar keluarga gila! Mereka mengatai Mak Syam, tetapi lupa berkaca pada diri sendiri!” sungut Wahyuni, yang mulai geram.

“Nirma juga, kok ya mau dibuat macam Lembu yang di cucuk hidungnya!” Dhien tak kalah panas.

Kali ini Amala memilih diam, tidak menegur siapapun yang mengatakan hal tidak baik untuk keluarga Yasir maupun adiknya sendiri. Prioritasnya sekarang hanyalah sang ibu.

Amala memalingkan wajahnya ke depan. Dia memandang lekat penampilan Nirma yang terlihat mewah dalam balutan baju adat. Terlihat sekali rona bahagia di wajah sang adik.

Bagaimana tidak, pesta pernikahan ini terbilang mewah. Rangkaian besi ditutup kain-kain berwarna merah campur putih, meja-meja dihias warna senada, dan kursi plastik dibalut kain berwarna putih dengan pita biru. Pelaminannya pun tak kalah bagus dan megah, sungguh dekorasi yang indah dipandang mata.

“Mak Syam, Amala, kalian tidak makan?” tanya salah satu warga Jamur Lubok yang duduk di belakang kursi Amala.

Mak Syam menggeleng, “Saya masih kenyang.”

Bagaimana bisa makan? memandang makanan yang tersaji seperti melihat duri, belum lagi air sirup campur parutan mentimun, Mak Syam seperti disuguhi hidangan beracun.

Kalau bukan karena janjinya kepada mendiang suami, tak akan mau dirinya datang. Dia tahu, mereka disuruh hadir hanya untuk direndahkan serta dipermalukan.

PEH.

“Siapa yang masak rendang daging ini? Rasanya masih alot, bumbunya juga masih langu,” Dhien melepeh sepotong daging yang tidak berhasil dikunyah nya.

HUEG.

“Es nya tak enak, Buk.” Siron mengelap lidahnya yang terasa pahit.

“Kebanyakan sari manis ini kayaknya,” timpal Wahyuni setelah mencicipi air es.

“Katanya kaya, tapi menyajikan hidangan begitu pelit bumbu!” sindir Dhien, tiga sekawan itu begitu kompak dalam hal mencela.

Mala menyandarkan kepalanya pada bahu sang ibu, dia memejamkan mata dan bibirnya tersenyum samar. Dalam hati bersyukur memiliki sahabat yang baik hati. Begitu mengerjap, tatapannya langsung bertemu mata tajam bang Agam, langsung Mala duduk tegak lagi.

“Mbak, Mamak.” Nirma menghampiri keluarganya, pandangannya begitu tajam, apalagi saat melihat benda berharga yang menghiasi tangan kakaknya. “Kalau nggak ikhlas datang, tolong jangan rusak hari bahagiaku.”

Datang biang keroknya. Dhien membatin kesal.

“Jangan khawatir, Nirma. Kami tak akan lama. Tinggal menunggu yang lainnya selesai makan, maka kami akan pulang,” balas Mak Syam, dia enggan menatap wajah putri bungsunya.

“Kedatangan kami kesini hanya untuk memenuhi janji Bapak, tidak lebih!” Amala berdiri, dia mengulurkan tangan yang langsung dibalas oleh sang adik. Kemudian dia memeluk tubuh Nirma sambil berbisik lirih di telinga saudari kandungnya.

“Selamat ya atas pernikahanmu, kendatipun caramu tidak manusiawi. Bukan berarti aku berhak untuk menghakimi, biarlah Allah yang sebaik-baiknya Sutradara kehidupan,” sambungnya lagi.

Amala melerai pelukan itu, menatap badan Nirma yang terlihat kaku. “Kau terlihat sangat cantik hari ini. Oh ya … ini ada kado dari keluarga mendiang Bapak Abidin!” Amala menyodorkan paperbag kecil yang langsung diterima Nirma.

“Ada apa, Sayang?” tanya Yasir yang sudah berdiri di belakang Nirma. Dia terlihat tertarik, bukan pada percakapan dua bersaudara, tetapi pada sosok yang sudah menjadi mantannya. Netranya tak berkedip memindai penampilan Amala.

‘Ternyata dia bisa secantik ini,’ batinnya begitu berisik.

Nirma berbalik menatap penuh cinta sang suami. “Nggak ada apa-apa, Mas. Nirma cuma mau menyapa Mbak Mala dan Mamak.”

“Aku minta … setelah kalian selesai makan. Tolong segera pulang!” pinta Nirma, tanpa basa-basi.

“Aku rasa otakmu sudah kebalik ya, Nirma!”

Dhien berdiri di sebelah Amala, tangannya sudah terulur hendak menarik hiasan kepala wanita menyebalkan dihadapannya ini.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Nirma ketular jahatnya pihak keluarga suami

2025-01-31

8

umi nafisah

umi nafisah

bijak sekali jawabanmu, mak 😍

2025-02-28

1

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

ya ampun jadi anak g ada sopan santunnya ama sekali ya nih si nirma

2024-12-28

3

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!