Chapter 10

“Tunggu di sini!” Amala memotong kalimat Nirma yang berbelit-belit. Dia berjalan memasuki bangunan rumah dari pintu depan.

Tak berapa lama, Amala sudah berdiri lagi di hadapan Nirma. Menyodorkan kotak beludru berwarna merah hati. “Ini ambil! Jangan lupa suratnya diperiksa! Siapa tahu kalian menaruh curiga, takut aku kurangi beratnya.”

Ragu-ragu Nirma menerimanya. Tanpa tahu malu betulan memeriksa surat emas itu, cincin polos dengan berat satu mayam atau setara dengan 3,3 gram.

“Apa ada barang lainnya yang wajib dipulangkan?” Amala bertanya, netranya memperhatikan gesture Nirma yang terlihat gelisah.

Kenyataannya keluarga Yasir hanya memberikan barang berupa cincin, sebenarnya emas dengan berat segitu sangatlah kecil. Namun, Yasir beserta keluarganya tidak tahu malu. Berani meminta kembali apa yang sudah diberikan.

Jika mengikuti peraturan yang ada, bila pihak laki-laki yang memutuskan pertunangan dikarenakan kesalahannya sendiri, maka emas yang menjadi simbol ikatan mereka seharusnya menjadi hak milik si wanita, karena pihak wanita yang dirugikan. Begitu juga sebaliknya, bila si wanitanya berulah, dia wajib mengembalikan dua kali lipat.

Namun, Amala memilih memulangkan. Dia tidak sudi merendahkan diri hanya demi sebiji barang yang tak seberapa. Sebelumnya juga sudah berniat untuk mengembalikannya, tetapi tidak jadi lantaran terlalu terkejut dihantam kenyataan pahit.

Amala terakhir kali bertemu dengan adiknya setengah tahun yang lalu. Sekarang penampilan Nirma sangat jauh berbeda, busananya tidak lagi longgar, tetapi hampir pas badan. Rambut pendeknya juga diwarnai menjadi coklat gelap. Bukan hanya itu saja, Nirma juga memakai satu set emas berukuran sedang.

“Tidak ada, Mbak. Nirma ingin memberikan ini kepada Mbak dan juga Mamak.” Ia menyodorkan plastik.

“Apa itu?”

“Ini foto copy ijazah kuliah, Nirma. Ada juga kartu undangan, minggu depan kami mengadakan resepsi pernikahan.”

Amala menggeleng kepala, menarik sudut bibirnya ke atas menyunggingkan senyum miring. Adiknya benar-benar sudah berubah, dirinya sampai sulit mengenali.

“Apa maksudmu memberikan foto copy ijazah kepadaku?”

Nirma menarik kembali tangannya, menggenggam erat plastik berwarna putih. Hati dipenuhi oleh rasa kecewa kala sang kakak enggan menerima pemberiannya.

“Nirma hanya ingin menunjukkan bakti kepada mu, Mbak. Berkat Mbak, Nirma berhasil menjadi seorang sarjana. Tolong terima tanda bakti ini!”

“Tidak usah! Aku tidak butuh salinan kertas-kertas itu. Apa yang sudah aku berikan kepadamu, anggap saja sebagai sedekah.”

“Aku bukan pengemis, Mbak! Tega kamu berkata seperti itu!” pekik Nirma, dadanya kembang kempis menahan emosi. Dia tidak terima disamakan seperti pengemis, seolah dirinya begitu rendah.

“Rahang Amala mengetat, sorot matanya begitu tajam. Dia acungkan jari telunjuknya tepat di wajah sang adik.

“Kalau kau memang berniat menunjukkan bakti dan ingin balas budi, bukan duplikatnya yang kau berikan kepadaku, tetapi yang asli. Tindakan mu ini tidak lebih dari sekadar basa-basi. Dari awal kau memang tidak berniat sama sekali.

Tujuan utamamu kesini hanya ingin meminta emas dan menghantarkan kartu undangan. Jadi, jangan berani kau berteriak di depan wajahku, Nirma!”

Sorot mata yang tadi begitu berani, kini bergetar. Nirma menunduk dalam, ternyata sang kakak bisa menebak maksud sebenarnya. “Bukan begitu maksudku, Mbak.”

“Pergilah! Sebelum aku kehabisan rasa sabar.”

“Mbak, mengapa sekarang kamu begitu jahat. Ini masihlah rumahku juga! Tega kamu mengusir ku untuk sekian kalinya. Aku memang bersalah sudah merebut Mas Yasir darimu, tetapi semua itu bukan sepenuhnya salahku. Bisa jadi kalian memang tidak ditakdirkan berjodoh. Tanpa adanya aku pun, hubungan kalian bakalan kandas. Jadi\_”

“Hentikan omong kosong mu itu, Nirma! Muak aku melihat dirimu berlakon layaknya wanita tertindas. Alhamdulillah, aku bersyukur tidak berjodoh dengan laki-laki tidak bermoral seperti suamimu itu. Alhamdulillah, aku tidak jadi masuk ke dalam keluarga munafik dan buruk seperti mertuamu itu\_”

“Cukup, Mbak! Kau boleh menghina ku, tetapi jangan kau fitnah suami ku apalagi merendahkan keluarganya. Mas Yasir adalah laki-laki yang bertanggung jawab! Dia tidak lari, melainkan begitu berani menikahi. Dan mertua ku itu begitu menyayangi diri ini, mereka rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit demi mewujudkan pernikahan impian ku. Seharusnya Mbak ikutan bersyukur! Berkat mereka, derajat keluarga kita terangkat di mata publik!” dengan begitu berani, Nirma menatap netra coklat sang kakak. Wajahnya dipenuhi binar kepuasan.

“Ha ha ha.” Amala tertawa sumbang. Berulang kali dia menggelengkan kepalanya. “Betapa bodohnya kau, Nirma.”

Amala maju mengikis jarak mereka, dia berdiri tepat satu langkah dari sang adik. Kedua tangannya terlipat di depan dada, ditatapnya lekat wajah sombong saudari kandungnya ini.

“Mertua yang kau banggakan itu, hanyalah wanita picik. Perlakukan mereka ini bukan lagi menjatuhkan derajat keluarga kita, tetapi menginjak-injak martabat almarhum Bapak. Kau begitu naif, seharusnya sebagai seorang wanita yang berpendidikan tinggi, kau menolak diperlakukan tidak adil seperti ini!” cela Amala.

“Pernikahan yang benar itu ialah; Keluarga pihak laki-laki datang kerumah sang mempelai perempuan untuk meminang, meminta izin, berembuk mencari hari baik, melakukan proses lamaran yang benar. Apalagi kita suku Jawa, yang mana sudah menjadi tradisi sebelum hari H, mengadakan siraman, seserahan, pengajian. Namun, tidak satupun yang aku sebutkan tadi dilakukan oleh keluarga Yasir!” Amala menjeda kalimatnya, demi menikmati perubahan ekspresi wajah Nirma yang sekarang seperti mayat hidup, pucat pasi.

“Nirma … Nirma. Kau itu cuma dimanfaatkan! Buka matamu! Sebagai seorang wanita apalagi calon ibu, seharusnya kau belajar untuk berpikir lebih jauh lagi. Yasir itu anak tunggal, tentu saja orang tuanya akan mengadakan resepsi besar-besaran. Tujuannya agar uang yang sudah mereka sumbangkan selama ini ke hajatan di tempat orang lain, kembali lagi ke mereka. Asal kau tahu ... sekarang mengadakan pesta itu sudah menjadi ladang bisnis. Kecuali melarang orang yang datang memberikan amplop ataupun barang!”

“Bohong! Mbak sengaja mau menjatuhkan keluarga Mas Yasir, iya kan?!”

Nirma menggeleng kepala guna melenyapkan kegalauan hatinya. Dia mengusir paksa logika yang hendak menyadarkan dirinya.

“Terserah kau! Sesama wanita, aku hanya kasihan melihat kaumku dibodohi sedemikian rupa,” Amala menghela napas panjang, hatinya begitu lelah berhadapan dengan manusia naif seperti Nirma.

“Aku nggak percaya!” Nirma berlari menuju motornya. Dia meminta sepupunya Yasir, secepatnya memacu kendaraan roda dua mereka.

Begitu motor Nirma tidak terlihat lagi, tubuh Amala limbung, sebelah tangannya menekan kuat batang pohon nangka. Amala terduduk di akar-akar yang menjulur keluar dari dalam tanah.

‘Ya Allah, tolong kuatkan hamba-Mu yang lemah ini,’ batin Amala terus berdoa, dia masih senantiasa menutup mata.

Tanpa Amala sadari, di bawah jendela dapur ada sosok tua yang ikut menangis dalam diam, Mak Syam memukul dadanya. Berharap rasa sesak ini segera pergi, dia mendengar perdebatan kedua buah hatinya.

“Pak … seandainya engkau masih hidup, nasib anak-anak kita pasti tidak akan rumit dan menyedihkan begini, terutama Amala. Anak perempuanmu itu tengah dizalimi saudari kandungnya sendiri. Ibuk harus bagaimana Pak?” Mak Syam bergumam lirih, suaranya begitu parau.

\\*

Beberapa hari berlalu, kondisi Mak Syam juga sudah kembali sehat. Wanita tua itu bahkan telah bekerja di ladangnya, Amala tidak mampu melarang. Dia paham sang ibu butuh menyibukkan diri agar tidak selalu kepikiran tentang Nirma.

Gosip bertebaran dimana-mana, suara-suara sumbang begitu semangat membahas keluarga Mak Syam. Terlebih resepsi tinggal 3 hari lagi, tetapi pihak keluarga Yasir tidak terlihat mengunjungi rumah orang tua Nirma. Tentu saja hal itu dianggap memalukan, sama seperti aib.

Pihak keluarga Yasir juga tidak ada bertandang, untuk memutuskan tali pertunangan antara Amala dan Yasir secara resmi.

“Amala, jual lah dua ekor Kambing jantan kita! Uangnya belikan emas lalu hadiahkan kepada Nirma,” ucap Mak Syam.

Mereka sedang duduk di samping rumah. Melihat truk yang melintas membawa besi-besi rangka pesta. Keluarga Yasir menyewa jasa dekorasi pernikahan pada Agam. Sungguh perbuatan tidak terpuji, padahal di kampung mereka juga ada tempat menyewa teratak.

“Baik. Kita datang kesana sebagai apa, Mak ...?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Keluarga dan suami yang kau banggakan itu.akan mengecewakanmu Nirma🤭🤭🤭 Yasir aja udah berencana utk menggoda kakakmu lagi😂

2025-01-30

7

Maemunah Arif

Maemunah Arif

dikasih tau sama kk harusnya nirma mendengarkan bkn malahan berkata yg tidak2 dan membela kluarga suaminya yasir yg minim akhlak jgn sampai km menyesal nir dgn apa yg disampaikan oleh kk km mala

2025-02-08

1

SasSya

SasSya

heyy
mengangkat derajat???
yg ada melempar kotoran sapi ke muka Mak Syam
pikiran kog cunthel yg katanya sarjana 😤😤😤😤
bikin malu orang tua seantero desa
merebut tunangan kakak
hamil di luar nikah pula
menaikkan derajat dr California???

2025-01-27

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!