Chapter 08

Mak Syam hendak menyusul sang anak di dapur, dia ingin meminta maaf kepada Amala. Dulu dirinya ikut andil dalam membujuk sang putri agar mau bertunangan dengan Yasir. Dia juga yang meminta tolong kepada Amala, supaya membantu secara maksimal pendidikan Nirma.

Baru beberapa langkah, kepala Mak Syam terasa berat, bumi seolah berputar dipenuhi ribuan kunang-kunang. Tubuh Mak Syam luruh ke lantai, dia kehilangan kesadaran.

BUGH.

“Mamak? Bangun Mak!”

Amala mengguncang pundak ibunya yang terbaring di lantai papan bersuhu dingin. Dia membopong badan lemas Mak Syam, meletakkan tubuh kurus itu di atas sofa panjang.

Amala mengambil senter, secepat mungkin menghempas pintu depan dan berlari menembus hujan. Tujuannya adalah warung sembako seberang jalan yang masih terlihat buka.

Tak dihiraukannya suara gemuruh halilintar, tak dirasanya batu kerikil yang menggores telapak kaki tak beralas, baju Amala seketika basah kuyup.

“Bang Agam! Bang Agam!” teriaknya begitu sampai di teras warung, tidak ada siapapun di sana.

“Ya Allah, Amala! Ada apa?” seru Wahyuni, adiknya Agam. Dia begitu terkejut melihat penampilan teman masa kecilnya.

“Tolong aku, Yun! Mamakku pingsan. Tolong antarkan ke puskesmas!” pinta Amala, suaranya bergetar hebat dengan linangan air mata bercampur tetesan air hujan yang membasahi wajahnya.

Yuni pun langsung berlari ke belakang warung, dia berteriak memanggil abangnya yang berada di lumbung padi, tidak jauh dari warung

Agam bergegas ke warung. Dia langsung mengamati penampilan Amala.

Yuni pun menceritakan kemalangan yang menimpa Amala.

“Tunggu di rumah! Saya ambil mobil dulu!” titah Agam, dia langsung ke belakang.

“Terima kasih,” cicit Amala, tapi sepertinya bang Agam tidak mendengar. Amala pun langsung berpamitan kepada Yuni, berlari lagi pulang ke rumahnya.

Ibunya masih pingsan, tak berapa lama terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, lalu sosok tinggi tegap berahang tegas itu menghampiri Amala dan Mak Syam.

“Biar saya saja yang menggendong!”

“Baik, Bang.” Amala mengikuti Agam dari belakang, begitu tubuh sang ibu sudah direbahkan pada bangku penumpang mobil minibus. Amala berbalik hendak pergi ke samping rumahnya.

“Kau mau kemana, Mala?” tanya Yuni, dia ikut serta menemani sang Abang.

“Aku mau ke samping ambil sepeda, tolong antarkan Mamak ku ke puskesmas ya! Aku mengikuti kalian dari belakang.”

“Ikut saja dengan kami! Biar cepat sampai!”

“Nggak usah Yun, lagipula bajuku basah kuyup. Nanti tempat duduknya ikutan basah dan kotor.”

Wahyuni menepuk keningnya, Amala masih sama seperti dulu, tidak enakan jadi orang.

“Yuni, kau duduklah di belakang dan pangku kepala Mak Syam! Kau, Nur … cepatlah masuk dan duduk di bangku depan!” Agam bertitah tanpa melihat Amala, dia bergegas memutari mobil dan masuk di bangku kemudi. Untung saja di depan rumah Mak Syam ada pohon mangga besar. Jadi mobilnya terlindungi dari air hujan.

Amala menurut, dia merasa terintimidasi oleh suara bariton milik Agam.

Mobil pun melaju pelan, menempuh waktu hampir 10 menit. Melewati dua bukit dan 3 pos ronda yang dijaga pemuda desa. Agam membunyikan klakson setiap melewati pos ronda.

Tak berselang lama, mobil Agam sudah terparkir di samping halaman puskesmas yang buka 24 jam. Dia kembali membopong Mak Syam, membawanya ke ruang tindakan.

Darah rendah Mak Syam kambuh, dia diharuskan menginap satu malam. Pak Mantri yang memeriksa merasa khawatir kalau sampai vertigo Mak Syam ikutan kambuh. Jadilah sekarang lengan Mak Syam diinfus, beliau juga belum sadar.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan Amala, dia cemas, kedinginan, bibirnya sampai membiru, sedari tadi menahan tangis dan menekan rasa takutnya.

Agam menghampiri Amala, ia membawa sesuatu di tangannya. Agam membungkuk di depan Amala yang sedang duduk pada kursi tunggu. Menyodorkan sepasang sandal swallow yang tadi diambilnya dari dalam mobil. Sandal itu biasa dipakainya ketika hendak shalat di masjid, pria berkaos polos dan celana panjang itu juga memberikan sepasang kaos kaki masih baru.

Amala terkesiap, dia sampai menarik kakinya.

“Pakailah! Lantainya begitu dingin.”

Agam kembali menegakkan badan. Tadi dia memperhatikan kaki Amala yang biasanya selalu berbalut kaos kaki, terlihat kotor dan juga terdapat goresan luka samar. Mungkin gadis di hadapannya ini begitu panik, sampai melupakan menutup aurat kakinya.

Amala segera memakai kaos kaki dan sandal kebesaran berwarna putih, dia begitu sungkan. Lagi dan lagi kembali menyusahkan, di sampingnya ada Yuni yang mengamati.

“Mala, boleh kami masuk kerumah mu? Mengambil pakaian ganti dan juga selimut. Tidak mungkin kau semalaman mengenakan baju basah, selimut Mak Syam juga begitu tipis. Pasti Beliau kedinginan tengah malam nanti,” ujar Wahyuni.

Mala mengangguk menyetujui. Agam dan Yuni langsung bergegas. Mereka kembali naik mobil menuju rumah Amala.

***

“Ya Allah,” gumam Wahyuni lirih, dia begitu prihatin melihat baju yang biasa dikenakan Amala terdapat tiga tambalan di bagian pundak dan ketiak. Pantas saja wanita cantik itu selalu mengenakan hijab lebar, selain memang wajib, juga berguna untuk menutupi pakaian robek.

Agam melihat apa yang dilakukan sang adik, dia pun terdiam. Netranya mengamati ruangan tak seberapa luas, hanya ada satu set sofa tua, lemari kayu dan mesin jahit.

Kemudian pria berambut hitam legam berpotongan cepak itu pergi ke dapur. Tanpa bersuara Agam membuat teh hangat, juga mengambil dua bungkus roti yang ada di atas meja kayu sangat sederhana.

Setelah selesai, mereka kembali lagi ke puskesmas.

Posisi Amala masih sama seperti tadi, duduk sendirian. Dia tidak berani masuk ke dalam ruang rawat lantaran pakaiannya basah. Ibunya sempat sadar, sekarang tertidur lagi efek obat tidur yang diberikan oleh pak Mantri.

“Amala, gantilah dulu! Ini ada juga minyak kayu putih, tadi aku mengambil di bufet dan satu botol teh hangat, aku yang membuatnya.”

Yuni menyodorkan plastik berwarna hitam, begitu Amala menerima dan pergi ke toilet di pojok puskesmas. Wahyuni memalingkan wajah, ia tersenyum hangat menatap abangnya yang berwajah tegas. Sengaja dirinya tidak memberi tahu tentang teh dan juga minyak kayu putih, semua itu demi menyelamatkan Amala dari rasa malu serta sungkan.

Selesai urusan, mereka berpamitan. Amala juga sudah mengenakan pakaian kering.

“Yuni, Bang Agam, terima kasih.” Amala menunduk dalam, dia begitu bersyukur bertetangga dengan orang baik, walaupun keluarga Agam kaya raya dan berpendidikan, mereka tidak sombong, tidak membedakan kasta, sangat rendah hati.

Wahyuni memeluk tubuh Amala. Dia mengusap punggung wanita tangguh ini. “Jangan sungkan begitu! Orang tua kita sudah bertetangga sejak dulu, dan kita bersahabat dari sewaktu didalam kandungan. Jadi, sudah sepantasnya saling tolong menolong.”

.

.

Sementara di tempat lain.

“Besok datanglah ke rumah ibumu! Minta kembali emas tanda pengikat Mas dan mbakmu, benda itu bukan lagi hak dia. Setelahnya, jual emasnya dan belilah pakaian baru yang banyak! Kau harus selalu berpenampilan elegan, tunjukkan kalau kita orang berada dan berpendidikan.” Di sela-sela penyatuan mereka, Yasir memberikan titah.

Nirma mendesah, sesekali melenguh nikmat, tubuh mereka sudah basah oleh keringat.

“Bagaimana kalau mbak Mala, tidak mau memberikannya …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Vera Diani

Vera Diani

Mon maaf ni ya thorr,,Mala dan Mamaknya punya kebun karet,,apakah hasilnya ga mencukupi kah,,dan apakah uangnya buat membiayai kuliah Nirma saja,,penasaran knp Mala cuma tamat SD ya,,wis ah lanjut baca ajalah biar ga penasaran ya 🤭

2025-02-13

1

Inooy

Inooy

miris bgt liat pengorbanan Mala demi adik durhakim nya,,sampe2 g memperhatikan penampilan nya..terutama nya baju yg d pake Mala sehari hari nya 🥺🥺

2025-02-11

2

Inooy

Inooy

diiih amit2 udh jd pecundang..perhitungan lg,,woooii apa yg kamu kasih g seharus nya d minta lg, Yasiiirr..bener2 ni orang pengen d tampoool 😤

2025-02-11

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!