Chapter 12

“Katakanlah! Kalau sanggup, pasti aku bantu,” ujar Wahyuni.

Amala melirik Siron yang sudah tertidur pulas, lalu dia kembali menatap teman sedari masa kecilnya ini.

“Mamak sedang menjual dua ekor Kambing, nanti uangnya hendak dibelikan emas untuk kado Nirma. Aku ingin minta tolong belikan gelang rantai dan kalung polos, bisa tidak Yun?”

“Ya Allah, aku kira apa. Gampang itu, nanti ku minta Bang Hasan untuk mengambil barangnya di toko emas kami, mau yang berat berapa?”

"Sesuaikan saja sama uang hasil jual Kambing, Yun.”

“Berarti semuanya untuk beli emas?”

Amala mengangguk. “Iya. Terima kasih ya Yun.”

“Baik, nanti aku kasih dompet yang bagus. Jam berapa kau dan Mak Syam mau berangkat kondangan?”

“Belum tahu, Yun. Mamak mengajak pergi bersama warga desa sini, katanya pada mau pergi pagi dan sebelum dzuhur sudah pulang,” ujar Amala, tatapannya terlihat sendu.

Wahyuni menggenggam tangan temannya. Hatinya ikut perih menyaksikan kisah menyedihkan Amala, tetapi dia tidak ingin ikut campur terlalu dalam. Hanya bisa menghibur dan menguatkan saja.

“Kita pergi bersama saja, nanti naik mobil pickup-nya Bang Agam. Kemarin sudah ada yang membahas ini, kau bersedia ‘kan?”

“Ya, aku mau. Terima kasih ya,” Amala tersenyum lembut.

“Oh ya … aku hampir lupa.” Amala meraih plastik yang tadi dia letakkan pada gantungan paku dinding. “Tolong berikan kepada Bang Agam! Ini sandal dan juga kain sarung yang kemarin aku pinjam.”

“Gak mau, ah. Kau kasihkan aja sendiri! Lagian orangnya juga sedang bercakap-cakap dengan Mamak mu, sana cepat berikan!” Wahyuni sengaja ingin menggoda Amala, dia tahu betul wanita berbaju kurung warna hitam ini sangat takut pada sosok abangnya.

Wajah Amala seketika memerah, dia memelas menatap manik hitam Wahyuni, “Janganlah begitu, Yun! Kau tahu betul kalau aku tidak berani!”

Tawa Wahyuni lepas begitu saja, dia sampai membekap mulutnya agar sang anak tidak terbangun.

“Ya ampun, Mala. Kalau tidak salah ingat, kejadian itu sudah berlalu 7 tahun lalu. Tapi, kau masih saja terlihat trauma.”

Amala mencebik, “Aku rasa sampai akhir hayat pun, tetap masih trauma!”

Ingatan menyeramkan itu langsung terbayang, suara menggelegar bang Agam terasa berdenging di telinganya.

“KALAU KAU SAMPAI BERANI BELAJAR NAIK MOTOR LAGI!! AKAN KU PATAHKAN KEDUA KAKIMU NUR AMALA!!”

Amala bergidik ngeri, rasanya baru kemarin kejadian mengenaskan sekaligus memalukan itu terjadi.

Melihat raut menyedihkan Amala, Wahyuni menjadi tidak tega. Abangnya memang keterlaluan membuat anak orang trauma hingga dewasa.

Kejadian itu bermula dari kenakalan remaja dirinya, Amala, dan Dhien. Mereka bertiga pada waktu itu masih berumur 16 tahun. Jiwa muda masih begitu menggebu-gebu, ia diam-diam meminjam tanpa permisi salah satu motor abangnya, menuntun kendaraan roda dua sampai tanah lapang berumput, disana sudah ada Dhien dan Amala yang menunggu.

Bergantian mereka bertiga mencoba belajar naik motor, awalnya semua berjalan lancar. Sampai tiba waktunya giliran Amala, gadis remaja berhijab lebar itu tidak bisa mengendalikan laju motor. Bukannya menekan rem tangan, Mala malah memutar gas tangan. Jadilah laju kendaraannya seperti pembalap motor. Amala seketika panik, dia berteriak kencang, begitu juga dengan Dhien dan juga Wahyuni.

Motor yang di kendarai Amala berakhir masuk parit, sosoknya pun jadi berkubang lumpur. Baju putih yang dikenakan Amala berubah menjadi abu-abu.

Baru saja Dhien dan juga Wahyuni hendak menolong Amala, di belakang mereka sudah terdengar suara bang Agam yang bagaikan guntur.

Begitu Amala berdiri berkat ditopang dua sahabatnya, dia menangis sesenggukan. Malu, takut, bercampur jadi satu. Rupanya sudah mirip orang-orangan sawah.

Agam yang pada saat itu masih berumur 20 tahun lepas kendali, belum lihai mengolah emosi. Apalagi melihat darah segar merembes di lutut Amala yang tertutup celana panjang. Meledak lah amarahnya, dia mengancam menggunakan kata-kata tajam yang sampai kini masih menghantui Amala.

Dari sanalah Amala begitu takut pada sosok Agam. Seumur-umur baru pertama kali dia dibentak, mulai saat itu Amala menghindari abangnya Wahyuni, tidak juga berani belajar naik motor lagi.

***

Di kamar bernuansa abu-abu campur putih, seseorang tengah membuka simpul ikatan plastik. Mengeluarkan sepasang sandal dan kain sarung hitam. Ternyata dibalik lipatan sarung ada secarik kertas yang bertuliskan.

Bang Agam. Nur ucapkan banyak terima kasih. Lagi dan lagi Abang bersedia menolong diri ini.

Hanya melalui tulisan, Amala berani menyebutkan dirinya sendiri dengan nama seperti biasa Agam sebut, ‘Nur’. Jika berhadapan langsung pasti menyertakan kata 'saya'.

Bibir tebal berwarna alami tanpa pernah tersentuh nikotin itu tersenyum tipis. Agam berjalan dan membuka lemarinya, dia mengambil sebuah kotak persegi membawanya ke atas kasur ber sprei putih bersih.

Ada lebih dari 10 kertas yang berisi tulisan tangan Amala. Kebanyakan kalimat-kalimat pendek mengucapkan terima kasih.

Dua kertas berisi satu lembar penuh kalimat permintaan maaf. Surat pertama yang diberikan 7 tahun lalu lewat Wahyuni.

Untuk pertama kalinya, seseorang berhasil membuat jantung Agam nyaris berhenti berdetak kala melihat motor kencang yang dikendarai oleh gadis pemalu itu masuk parit.

Selepas kejadian dimana dia kelepasan membentak Amala, putri sulung Mak Syam mulai menjauh. Dia jarang datang ke rumahnya demi mencari Wahyuni.

Terlebih setelah Amala bertunangan, gadis yang selalu berpakaian tertutup itu lebih menutup diri lagi dari dunia luar.

Agam menghela napas panjang, di tutup lagi kotak tadi dan mengembalikan ke tempat semula. Lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran besar, tak lama kemudian pun dia terlelap.

.

.

Pagi hari.

Amala mengayuh sepedanya, di bangku belakang sudah duduk Mak Syam, melewati rumah-rumah warga lalu memasuki jalanan yang kanan-kirinya terdapat hamparan sawah. Setelah hampir 15 menit mengayuh sepeda, kini Amala sudah sampai di gerbang tak berpintu pemakaman umum yang letaknya tidak begitu jauh dari pemukiman penduduk.

Amala dan juga Mak Syam membuka alas kaki mereka, mengucap salam lalu berjalan pelan melewati beberapa gundukan tanah. Sampai mereka menemukan batu nisan bertuliskan nama Abidin.

Air mata Mak Syam langsung merebak kala tidak mendapati adanya taburan bunga segar maupun layu. Tebakannya benar, Nirma dan juga Yasir tidak ada pergi berziarah, seharusnya mereka meminta izin sebelum melaksanakan hari resepsi.

“Sudah, Mak. Ayo kita bersihkan rumput-rumput liar ini!” Amala langsung berjongkok, diletakkannya sebotol air dan satu plastik berisi bunga segar.

Mulai mencabut tumbuhan yang tidak semestinya ada di sana, memetik daun-daun busuk. Di samping makam bapaknya rimbun oleh tanaman daun pacar air yang sedang berbunga.

Amala dan Mak Syam khusyuk larut dalam doa, air mata mereka sama-sama berderai.

‘Bapak, Amala rindu, sangat rindu. Sudah lama Bapak tidak mengunjungi Mala lewat mimpi. Kalau boleh, tolong datang ya Pak, sebentar pun tak apa.’

‘Pak, besok salah satu putri kita mengadakan resepsi pernikahan. Ibuk bingung harus bagaimana, di satu sisi ikut senang bila dia benar-benar bahagia. Tapi, Ibuk membenci caranya! Maaf ya Pak, istrimu ini gagal menjaga keharmonisan keluarga kita.’

.

.

“Mamak, nanti apapun yang terjadi di sana, tolong jangan diambil hati. Bisa 'kan, Mak …?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

ora

ora

Sama kayak aku. Jatuh dari belajar motor, makanya sampai sekarang nggak bisa nyetir motor 😌😌😌

2024-12-05

15

Mamah dini

Mamah dini

untuk apa kalian harus pergi ke nikahan c nirma mau di permalukan ,. iya , ingat Mala kmu udh mengatakan sm c nirma ,bukan kluarga LGI kok mau datang , mendingan betulin rumah tuh ladang jual kambing jgn di kasih ke anak GK tau etika itu,,kebun karet punya kambing punya kok rumah di biarin butut ATH ma Syam , betulin ya berarti kalian itu GK miskin2 amat .

2025-02-12

1

galaxi

galaxi

dah kuduga....dr awal agam begitu krn doi menaruh rasa sama nur😂.dan jgn pernah bersedih jika ditimpa kemalangan nur....krn bisa jd apa yg kamu alami adalah doa orglain yg tengah dikabulkan oleh Allah

2025-02-11

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Salam hangat
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 TERIMA KASIH
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
101 Chapter 101
102 Chapter 102
103 Chapter 103
104 Chapter 104
105 Chapter 105
106 Chapter 106
107 Chapter 107
108 Chapter 108
109 Chapter 109
110 Chapter 110
111 Chapter 111
112 Chapter 112
113 Chapter 113
114 Chapter 114
115 Chapter 115
116 Chapter 116
117 Chapter 117
118 Chapter 118
119 Chapter 119
120 Chapter 120
121 Chapter 121
122 Chapter 122
123 Dhien Rilis
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Salam hangat
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
TERIMA KASIH
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100
101
Chapter 101
102
Chapter 102
103
Chapter 103
104
Chapter 104
105
Chapter 105
106
Chapter 106
107
Chapter 107
108
Chapter 108
109
Chapter 109
110
Chapter 110
111
Chapter 111
112
Chapter 112
113
Chapter 113
114
Chapter 114
115
Chapter 115
116
Chapter 116
117
Chapter 117
118
Chapter 118
119
Chapter 119
120
Chapter 120
121
Chapter 121
122
Chapter 122
123
Dhien Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!