Aida telah tiba di rumah sakit di bantu oleh dua warga. Setelah mendapat perawatan medis kedua Bapak tersebut segera undur diri dan memberikan kunci mobil kepada Aida.
"Maaf mbak. Anda yang bertanggung jawab atas pasien", tanya seorang suster.
Gimana nih. Ah.... udahlah gak papa nolong orang jangan nanggung
"Ehm... Iya sus. Bagaimana?", jawab Aida ragu.
"Mari ikut saya menyelesaikan administrasi",
Aida hanya mengekor. Ia mengikuti perawat tadi menuju ruang administrasi. Ia meraba-raba punggungnya.
"Astaghfirullah.... tasku tadi aku titipin ke mbak Tari. Bayar pake apa?", Aida bermonolog sendiri membuat sang perawat kebingungan.
"Ada apa mbak",
Aida tersenyum canggung. Kemudian ia teringat dompet dan ponsel yang di berikan perawat saat Arman akan di periksa.Ia rogoh saku jaketnya dan menemukan dompet dan ponsel yang ia simpan.
"Gak papa mbak. Berapa totalnya?", tanya Aida.
"Sementara 5 juta mbak. Kalo ada tambahan lagi akan segera di hubungi",
" Hah... sebanyak itu", seru Aida tak percaya.
Cuma ngobatin luka memar gitu 5 juta. Kalo aku dikasih obat merah sama salep aja sembuh. Apa mereka tahu yang sakit orang kaya makanya mahal...
"Iya mbak. Ini sudah termasuk perawatan di ruang VVIP saat selesai di periksa", Ucap suster tersebut menjelaskan.
"Sebentar mbak",ucap Aida sambil memeriksa isi dompet.
what..... gak da uang cashnya. Orang kaya... dompet isinya cuma kartu doang.
"Pake ini bisa mbak", tanyanya hati-hati. Ia menyerahkan kartu yang diambilnya asal.
Perawat tersebut hanya bengong. Melihat Gold card yang bisa di bilang kartu tanpa batas.
"Bisa...bisa mbak", jawabnya panik.
Apa yang salah ya... Apa kartunya aneh. Taulah yang penting bisa buat bayar. Kalo yang punya kartu marah ya biarin aja... Habis ini aku tinggal pulang aja daripada kena semprot.
"Sudah mbak. Ini bukti pembayarannya".
"Makasih mbak. Boleh minta kertas dan pinjam bolpoin",
Perawat tadi pun memberikan selembar kertas dan bolpoin kepada Aida. Ia menulis sesuatu, dan mohon ijin sebentar kepada perawat.
Mama Calling....
Apa ini mamanya bos angkuh ya. Angkat nggak ya. Ah... angkat aja.
"Hallo Assalamu alaikum", jawab Aida.
"wa alaikumsalam. Lhoh.. ini siapa?",
"Maaf tante. Yang punya nomor ini tadi kena musibah dan sekarang ada di rumah sakit",
"Apa? Rumah sakit mana?", teriak suara di seberang.
"Saya kirim alamatnya Tan. Assalamu alaikum",
"Wa alaikum salam", sahut suara di seberang.
Aida kembali ke ruang administrasi dan menanyakan alamat. Dan menitipkan dompet dan ponsel serta selembar kertas kecil.
"Keluarga pasien sebentar lagi dateng sus. Saya permisi dulu dan jangan lupa barang-barang dan kertas tadi di kasih ke pasien langsung ya mbak",
"Iya mbak",
Aida kembali ke rumahnya, setelah ia menunaikan sholat Ashar di rumah sakit. Ia tak bisa lebih lama lagi di rumah sakit. Ia takut mbak Karni akan mengkhawatirkannya kalau sampai saat ia pulang dirinya belum sampai di rumah. Terlebih dia tak membawa ponsel pasti, akan membuatnya semakin cemas.
***
Sementara itu Arman telah di pindahkan ke ruang perawatan. Tak ada luka serius yang ia alami, hanya luka memar dan lecet serta pelipisnya yang harus dijahit dua. Ia pingsan bukan karena luka serius, hanya karena lelah terlebih ia melewatkan makan siang.
Ia ingat, tadi ia ingin mencari keberadaan Aida yang tinggal di jln xx. Saat ia turun dari mobil hendak bertanya alamat tiba-tiba ia diserang segerombolan pria berpenutup wajah.
Siapa yang nolong aku tadi ya. Sepertinya dari postur tubuh itu tidak asing bagiku. Apa aku mengenalnya ya.
tok...tok...
Pintu terbuka, nampak seorang perawat masuk.
"Tuan Arman... anda sudah sadar",
"Sudah", jawab Arman ketus.
"Saya hanya mau menyerahkan ini. Ini dompet serta ponsel Anda Tuan. Dan ini, orang yang mengantar Anda memberikan ini untuk Anda. Saya permisi Tuan",
"Terimakasih",
Perawat tadi hanya mengangguk dan pergi meninggalkannya sendiri.
Kertas apa ya ini....
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Naufidax Mama-abah
apa isinya
2021-06-22
0