Siang ini pesanan snack dari kantor kelurahan telah ia antarkan bersama mbak Tari. Karena dia asli orang setempat sehingga memudahkannya untuk mengetahui alamat si pemesan. Kebetulan mbak Tari memiliki motor sendiri, lebih memudahkannya mengantar pesanan tepat waktu.
Sayangnya cobaan sedang melanda, saat pulang ban belakangnya bocor. Dan harus segera menambalnya. Setelah berjalan sekitar 500m, mereka mendapati sebuah bengkel motor. Sembari menunggu ban di tambal, mereka memesan minuman dingin yang berada di samping bengkel. Tenggorokan mereka terasa sangat kering setelah berpanas-panasan sambil mendorong motor.
Sambil menikmati minuman dingin di tangannya ia memandang sekitar. Perhatiannya terhenti di seberang jalan. Ia melihat sosok pria tengah mengalami baku hantam dengan beberapa pria kekar berpenutup wajah. Aida semakin memicingkan mata saat tahu pria yang ia lihat adalah si boss angkuh pemilik AR Coorporation. Pertarungan mulai tak seimbang, karena 1 lawan 5. Beberapa orang yang lewat tak mau menolongnya, mereka hanya melirik sekilas sekilas seolah tak melihat apa-apa.
Si boss mulai terhuyung, banyak pukulan yang ia dapatkan dari beberapa pria kekar tersebut. Badannya pun sudah terlihat banyak memar, namun ia masih berusaha bertahan. Melihatnya semakin tak tega hati Aida.
"Mbak aku keseberang jalan itu ya. Mau menolongnya", ucap Aida sambil menunjuk ke seberang.
"Da... bahaya. Gak usah ikut campur", cegah mbak Tari.
"Aku bisa beladiri kok. Kalau dalam 20 menit aku nggak balik. Mbak cari pertolongan dan susul Aida ke sana",ucap Aida sambil menunjuk ke arah seberang.
"Hati-hati ya Da", Aida hanya mengangguk mengiyakan.
Ia mulai menyeberang jalan menuju ke tempat si Boss berkelahi, lebih tepatnya dikeroyok bukan berkelahi. Empat orang masih menghajarnya dan yang 1 nya sedang mengobrak-abrik isi mobil. Aida kini sudah sampai di dekat mereka. Ia menutup jilbabnya dengan tudung jaketnya, tak lupa mengenakan masker. Seperti biasa untuk menyamarkan wajahnya dari para penjahat tersebut.
"Permisi... Assalamualaikum",ucap Aida.
"Wa alaikumsalam", jawab salah satu penjahat.
"Kampret... ngapain pake lo jawab", ucap rekannya sambil menonyor kepalanya.
"Kata pak ustad kalo denger salam kan harus di jawab"jawabnya lagi dengan polos.
"Udah diem semua. Urus pemuda itu, buat dia pingsan biar cepet ketemu barangnya", ucap seseorang yang tengah mengobrak-abrik isi mobil tersebut.
"Maaf ada apa ya ini. Kalian rampok ya", Ucap Aida santai.
"Hei kamu bocah... gak usah ikut campur. Pergi dari sini atau gue patahin kaki lo", Hardik pria yang sedang mencengkeram pak Boss angkuh.
"Masalahnya saya lihat perbuatan jahat. Jadi saya gak bisa diem aja liatnya",
"Hei... kalian urus juga bocah itu cepat", perintah si pria pengacak isi mobil tadi yang merupakan ketuanya.
Arman telah banyak kehabisan tenaga, tubuhnya terkulai lemas. Namun ia tetap bertahan melawan orang yang memukulinya, dengan sedikit tenaganya yang tersisa. Satu orang mendekati Aida hendak mencengkeram tangannya. Namun sebelum ia menyentuh Aida tangannya telah dipelintir Aida, dan hanya sekali tendangan ia terkapar sambil meringis kesakitan memegang lengan kanannya.
Melihat rekannya terkapar 2 dari mereka mendekati mereka. Aida yang sedari tadi memperhatikan cara mereka berkelahi kini sudah tahu titik kelemahan mereka masing-masing.
Bagh...bugh... bagh... bugh..
Pukulan dan tendangan Aida tepat sasaran, 2 lagi sudah tumbang. Ia pun segera mendekati 1 orang yang masih memukuli Arman yang telah jatuh terkapar.
Bugh...
Satu tendangan ia daratkan di punggung pria itu, ia pun jatuh tersungkur. Ia pukul tengkuknya dan akhirnya tak sadarkan diri. Kini musuh tinggal satu orang.
"Bang... lebih baik anda menyerahkan diri ke berwajib dari pada harus saya antar ke rumah sakit",
Si pria pun menoleh, ke empat rekannya sudah terkapar semua. Ia pun geram rahangnya mengeras. Terdengar bunyi gemeretuk gigi yang saling bergesekan.
"Kurang ajar.... Bocah sialan, berani ya kamu berurusan dengan saya. Rasakan ini",
Pria itu menyerang Aida membabi buta pukulan demi pukulan ia layangkan ke wajah Aida. Namun masih bisa ia hindari, tendangan keras tiba-tiba melesat ke arah perutnya, dengan sigap ia tangkis kaki lawan dan akhirnya ia terhuyung.
Brakkk....
Si pria itu jatuh karena tak seimbang. Merasa di permainkan, ia segera bangkit untuk kembali menyerang Aida. Emosinya tidak stabil, konsentrasinya pun buyar. Kesempatan ini dimanfaatkan Aida dengan baik. Satu tendangan ke perut dan pukulan di wajahnya terjadi begitu cepat, lelaki itu tak menyadari serangan tiba-tiba Aida dan terhuyung jatuh ke belakang. Secepat kilat Aida mengunci pergerakannya agar tak bisa bangkit lagi.
Tepat saat itu mbak Tari telah sampai di TKP bersama beberapa petugas ke amanan dan warga sekitar. Ke lima orang tersebut sudah di amankan dan dibawa ke kantor polisi untuk di mintai keterangan.
"Mbak Tari pulang duluan aja. Aida mau mengantar korban ke rumah sakit dulu",
"Ya udah mbak duluan ya. kamu hati-hati", pamit mbak Tari kembali ke seberang mengambil motornya.
"Pak tolong bantu saya membawanya ke rumah sakit", ucap Aida ke seorang warga.
Beberapa warga membantunya membawa Arman masuk ke dalam mobil. Salah satu dari mereka ada yang menyetir dan duduk di kursi depan. Sementara Aida duduk di kursi belakang bersama Arman yang sudah tak sadarkan diri.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Naufidax Mama-abah
makin mendekat
2021-06-22
0
〖MR〗꧁Røᴍɪ꧂ ᎷᎢ
mulai seru nih
2020-11-22
1