Samar-samar terdengar suara mbak Karni memanggil Aida, ia mulai membuka matanya setelah terasa badannya di goyangkan seseorang. Ternyata mbak Karni yang memanggil dan menggoyangkan badannya. Rupanya mereka telah tiba di salah satu terminal yang ada di kota Jakarta.
"selamat datang kota Jakarta"ucap Aida semangat.
"Udah dik, ayo cepetan naik angkot itu. Nanti ketinggalan bakal lama nunggu yang berikutnya" ucap Karni seraya menarik lengan Aida.
Aida pun hanya menurut, di ikutinya langkah mbak Karni yang sedikit tergesa-gesa. Setelah mereka naik, angkot pun segera berjalan mengantarkan semua penumpang ke tujuan masing-masing. Termasuk mengantarkan Aida dan Karni ke kontrakan kecil. Di sebuah gang kecil yang tak begitu jauh dari jalan raya tempat mereka turun dari angkot tadi. Karni beruntung mendapatkan kontrakan itu, sehingga ia tak perlu berjalan jauh menuju jalan raya untuk menyegat angkot yang akan membawanya ke kantor tempatnya bekerja.
Jalur yang ia lalui pun hanya butuh naik satu angkot ke kantor itu. Karni orang yang supel, mudah bergaul dan dewasa, sehingga membuat Aida merasa senang jika berdekatan dengannya. Ia merasa mendapat sosok Kakak perempuan, yang bisa menuntunnya untuk menjadi gadis yang lebih dewasa. Karni telah berusia 28 tahun dan sudah harus menjadi janda, suaminya meninggal karena sakit gagal ginjal. Ia gagal menyelamatkan suaminya karena mereka berasal dari keluarga yang tak mampu, sedangkan biaya pengobatan mahal. Kini ia bertekad untuk kerja keras membiayai hidup anaknya yang berusia 5 tahun yang di titipkan ke Ibunya. Ia tak akan berhenti berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya di desa, membahagiakan anak semata wayangnya meski harus terpisah jauh dalam waktu cukup lama. Biasanya ia tinggal sendiri di rumah kontrakannya yang kecil itu. Namun sekarang ia merasa lebih bahagia dengan adanya Aida yang akan tinggal bersamanya meski hanya satu tahun kedepan.
Rumah kontrakan mbak Karni tidak begitu besar, namun terlihat bersih dan rapi karena Karni adalah orang yang cukup rajin. Kamar yang di tinggali Aida hanya berukuran 3x3, di dalamnya terdapat 1 lemari plastik dan kasur busa yang tak begitu tebal.
"Maaf ya dik, beginilah keadaan rumah mbak. Semua serba mahal jadi hanya mampu punya kontrakan kayak gini"
"Nggak papa mbak. Ini lebih dari cukup buat Aida. Kalau bukan mbak kesini aku pasti lontang-lantung gak jelas"
" ya Udah sekarang kamu istirahat. Besok kamu berangkat pagi sama mbak, meski interview mu pukul 9. Tapi mbak harus mulai kerja jam 7. Sebelum jam 8 saat pegawai kantor datang semua sudah harus bersih. Gak papa kan nunggu di sana. Mbak takutnya kamu nyasar"
" Iya mbk nggak papa. Nanti aku bisa bantuin mbak biar nggak kerasa lama nunggunya"
" Ya udah kita sama-sama istirahat, besok jangan sampai terlambat"
Mereka pun beranjak tidur, meski masih cukup lelah tapi tetap harus semangat karena esok harus mulai bekerja demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Aida berharap besok adalah awal yang baru untuk ia bertahan di kota yang begitu keras. Kata orang Ibukota lebih kejam dari ibu tiri. Siap tak siap ia harus hadapi segala takdir yang harus ia lalui. Tujuan utamanya merantau untuk biaya pernikahan dan mengumpulkan modal untuk membuat sebuah warung kecil yang bisa mencukupi semua kebutuhan masyarakat desa tanpa jauh-jauh harus kepasar. Ia berkeinginan setelah menikah akan tetap di rumah menjadi ibu rumahtangga pada umumnya, tapi yang menghasilkan uang setidaknya bisa membantu perekonomian keluarga kecilnya kelak. Raut bahagia nampak jelas diwajah gadis berkerudung itu. Ia sangat percaya mimpinya akan segera terwujud asal ia mampu bekerja keras tanpa putus asa. Kini ia telah berlayar di alam mimpinya dengan harapan hari esok akan lebih baik.
***
Malam ini bulan tak menampakkan dirinya, sehingga nampaklah bintang- bintang berkelap kelip menghiasi langit. Di sebuah rumah yang besar nampak seorang gadis yang tengah duduk di balkon memandangi langit sambil merasakan hempasan angin malam yang memainkan rambut panjangnya yang dibiarkannya tergerai. Ia adalah Raisa Aditama putri seorang pengusaha bernama Wira Aditama dan Lisa Aditama. Ia tak sabar menanti hari esok dimana ia akan mulai bekerja di perusahaan ayahnya sebagai asisten Ceo. Ya.. Wira Aditama ayah Raisa sendiri adalah ceo tersebut. Sejak beberapa tahun terakhir ini, Ia habiskan waktunya untuk mendapatkan gelas S2 nya di Inggris. Ia kuliah di jurusan manajemen bisnis, karena ia putri tunggal maka mau tak mau ia nantinya akan menggantikan ayahnya menjadi ceo di perusahaan milik ayahnya tersebut.
Ia teramat berantusias untuk segera bekerja di perusahaan, rasanya ingin segera merealisasikan hasil belajarnya itu. Setidaknya setelah ia bekerja tak kan lagi berjauhan dengan orangtuanya. Kuliah di Inggris membuatnya jauh dari orangtua dan ia tak bisa menahan rindu saat berjauhan. Hidup berkecukupan tak membuatnya sombong dan menjadi pribadi yang arogan. Gadis cantik ini di didik orangtuanya menjadi gadis yang baik, berguna bagi orang di sekitarnya serta tak membeda-bedakan seseorang hanya karena kaya atau miskin. Hal inilah yang membuat keluarganya di segani banyak orang, mulai dari kolega bisnis, tetangga maupun seluruh karyawannya yang sangat bangga bisa bekerja dengan beliau.
" Ra... Kamu sedang apa nak" suara ibu lisa mengagetkan Raisa yang tengah melamun.
"Eh mama... ngagetin aja. Gak lagi ngapa-ngapain kok", jawab Raisa.
"Udah malam nak, sebaiknya kamu tidur.
"Bukankah besok kamu mulai bekerja, masak hari pertama udah telat. Kamu adalah calon ceo maka berilah contoh yang baik untuk karyawan yang lain, datang tepat waktu. Karena waktu itu sangat berharga maka janganlah kamu sia-sia kan" ucap ibu lisa sembari membelai rambut putrinya dengan lembut.
"Iya ma. Aku bakal jadi yang terbaik buat mama. Aku gak akan bikin mama dan papa kecewa. Bakal aku buktiin aku bisa jadi Ceo yang baik dapat memajukan perusahaan dan jadi contoh yang baik buat karyawan. Sekarang Raisa tidur dulu ya ma. Sampai jumpa besok."
Ibu lisa langsung mengecup kedua pipi putri tercinta dan membimbingnya masuk ke kamar untuk segera istirahat. Hadirnya Raisa adalah kebahagiannya tersendiri, Putri kecilnya hadir melengkapi sebuah keluarga kecil, mewarnai hidupnya dengan segala tingkah lucu dan sifat kekanakan. Kini gadis kecilnya telah tumbuh menjadi pribadi yang lembut, peduli sesama dan lebih dewasa meski umurnya baru 24 tahun. Semoga segala masalah yang nantinya menghampirinya tak kan merubah semua kepribadian baik yang ia miliki. Di liatnya gadis itu telah mulai tidur dengan nyenyaknya diranjang warna merah muda itu. Ya... gadis itu memang menggemari warna merah muda. Dekorasi kamarnya pun serba merah muda, menurut si gadis warna tersebut membuatnya senantiasa bahagia, seolah menjadi semangat tersendiri untuknya. Di kota Jakarta ini ia di lahirkan, di kota ini pula nantinya ia akan mengabdikan diri di perusahaan milik keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Anindya Putri
lancaarr
2021-07-05
0
Naufidax Mama-abah
benar,kita jd orang harus supel tanpa pndng status
2021-06-22
0