Pagi ini pukul 6 pagi mbak Karni dan Aida telah keluar dari rumah kontrakannya berjalan menuju jalan raya tempatnya biasa menghentikan angkot. Sebenarnya mbak Karni bekerja mulai pukul 7, sebelum pukul 8 saat para pegawai datang pekerjaanya bersih
-bersih harus selesai. Namun ia memilih berangkat lebih awal karena takut akan terjebak kemacetan yang membuatnya terlambat.
"maaf ya dik kamu harus berangkat jam segini padahal interviewmu masih jam 9" ucap mbak Karni.
"Nggak papa mbak. Lagian kalau nggak bareng mbak aku bisa nyasar" jawab Aida.
"Nanti pas interview kamu jawab semua pertanyaan dengan jujur ya. Soalnya syarat utama yang bisa kerja di tempat mbak adalah orang yang jujur. Kamu harus optimis dan semangat"
"Iya mbak aku pasti optimis diterima kok. semangat..." seru Aida sembari mengepalkan tangan kanannya dan diangkat keatas.
"Ya udah ayo naik, angkotnya udah berhenti"
Mereka pun segera naik ke mobil angkutan yang akan membawa keduanya ke tempat kerja. Aida mengamati semua bangunan yang ia lewati tak lupa mengingat-ingat ada berapa lampu merah, pertigaan maupun perempatan. Ia tak mau sampai tersesat jika sewaktu-waktu ia harus pergi sendiri tanpa mbak Karni. Sementara itu mbak Karni hanya tersenyum melihat Audi yang memperhatikan kiri kanan jalan yang ia lalui. Ia tahu gadis itu tengah menghafalkan jalan yang ia lalui menuju ke kantor. Meski Aida hanya lulusan SMA tapi ia memiliki daya ingat yang tinggi, maka ia tak kan menyia-nyiakan kesempatannya mengingat jalan seperti saat ini.Hingga kedepannya ia tak perlu banyak bertanya dengan orang yang tak di kenal. Di kota besar ini sangat jarang menjumpai orang yang benar-benar tulus kepada kita. Hal ini mengingatkannya pada peristiwa beberapa tahun lalu saat ia bertekat merantau di Jakarta.
Flashback
Karni sampai di Jakarta untuk pertama kalinya, ia merasa lapar dan bingung harus kemana. Kemudian ia pun bertemu seorang Ibu muda yang bersedia mengantarkannya ke sebuah warung makan. Tanpa menaruh curiga sedikit pun Karni mengikutinya ke warung dan menikmati makanan bersama wanita itu.
Namun belum habis makanan dipiringnya ua mulai pusing dan tak sadarkan diri.Betapa terkejutnya dia saat tersadar berada di sebuah mobil dengan kondisi mulut tertutup sapu tangan dan tangannya terikat. Ia mencoba bersikap tenang dan berusaha melonggarkan tali nya hati-hati tanpa membuat sang pengemudi mobil curiga. Dalam posisi tertidur ia berhasil mekepaskan talinya. Sekarang yang ia pikirkan adalah menunggu situasi aman untuk melarikan diri. Meski ia berasal dari kampung setidaknya ia sekarang tahu posisinya sedang diculik seseorang. Jika ia berontak hanya akan semakin menyulitkannya untuk kabur. Ia hanya perlu menunggu saat pelaku itu lengah dan bisa melarikan diri.
Mobil tiba-tiba berhenti, Karni memberanikan diri mengintip kiri kanan. Dilihatnya lampu lalu lintas menyala merah, tepat di sampingnya ada pos polisi. Tak jauh dari pos tersebut ada beberapa polisi sedang mengatur lalu lintas. Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatannya untuk melarikan diri. Ia berlari sekencang-kencangnya ke arah polisi.
"Pak... tolong saya pak!", serunya pada polisi dengan nafas terengah-engah.
"Mbak kenapa? Ada yang bisa saya bantu", ucap polisi seraya mendekatinya.
"saya diculik pak, itu mobil yang membawa saya", jawabnya sembari menunjuk kearah mobil yang ia naiki tadi.
Tepat saat itu lampu lalu lintas menyala hijau, sang pengemudi segera menginjak pedal gas dengan cepat.Menyadari hal tersebut polisi segera mengintruksikan rekannya mengejar mobil tersebut. Karni pun di bimbing polisi untuk duduk di pos dekat lampu merah. Polisi tersebut menanyakan kronologinya. Ia menceritakan apa yang dialaminya saat itu kepada polisi.Polisi mengangguk-angguk sudah paham kejadiannya.
"lalu sekarang kamu akan pulang kampung atau bagaimana", tanya pak polisi.
"saya tidak berani pulang pak. Orangtua saya pasti khawatir. Terlebih saya malu karena uang pemberian orang tua saya entah dimana"
"baiklah saya akan mengantarkanmu ke tempat saudara saya. Kebetulan akan di kontrakkan dan ia memiliki toko kamu bisa membantu disana sebelum mendapatkan pekerjaan",
"Terimakasih pak. Saya berhutang budi kepada Bapak",
Polisi tersebut membawanya ke rumah kontrakannya yang masih di huninya sampai sekarang. Sejak saat itu ia lebih berhati-hati dengan orang yang tak dikenalnya.
Flash off
Tak terasa mobil angkutan telah berhenti di depan sebuah gedung bertingkat 15 bertuliskan AG singkatan dari Aditama Group. Disinilah Karni mengabdi sebagai OB. Hari-harinya ia lalui tanpa mengeluh karena tanpa bekerja ia tak mungkin bisa mendapatkan uang untuk menghidupi anak dan orangtuanya di desa. Aida yang lebih dulu turun dari angkutan tak henti-hentinya menatap takjub kepada gedung yang berdiri megah dihadapannya itu.
"udah dik ayo masuk jangan bengong gitu, nanti jadi pusat perhatian", ajak mbak Karni.
"eh... iya mbak. Maaf",
Mbak Karni hanya tersenyum dan menarik tangan Aida untuk segers masuk kedalam gedung tersebut. Ia menyuruh Aida untuk duduk di lobby kantor itu. Namun bukan Aida namanya kalau dia menurut dengan ucapan mbak Karni. Karena ini terlalu pagi, kalau hanya duduk hanya akan membuatnya bosan. Ia lebih memilih mengikuti mbak Karni mengambil peralatan bersih-bersih. Aida dengan gesitnya pun segera membantu menyapu dan mengepel ruangan. Sebelum pukul 8 saat para pegawai berdatangan, semua pekerjaan telah selesai semua telah bersih dan rapi.Para rekan mbak Karni sesama OB memuji pekerjaan Aida yang rapi dan bersih. Mereka pun mendo'akan agar Aida di terima dan segera bergabung dengan mereka.
Setelah selesai membantu mbak Karni, Aida berniat untuk menunggu panggilan interview di lobby kantor. Ia berjalan tanpa memperhatikan sekitar, matanya fokus mengecek segala kelengkapan pendaftaran, ia takut kalau ada yang tertinggal.Padahal sebelum berangkat tadi ia sudah mengeceknya tapi ia masih saja belum yakin dan mengeceknya kembali. Tanpa ia sadari dari arah berlawanan ada seorang pria yang berjalan terburu-buru sesekali memperhatikan jam tangan yang ia pakai. Dan tiba-tiba tabrakan pun terjadi.
Bruuugh....
"maaf saya tidak sengaja pak", ucap Aida merasa bersalah sembari menata berkas-berkas pendaftarannya yang terjatuh.
"Saya juga minta maaf, saya buru-buru sampai tidak memperhatikan ada orang di depan saya", ucap pria itu sopan sembari membantu merapikan kertas milik Aida.
"Kamu mau daftar kerja", tanya pria itu saat melihat kertas yang dibawa Aida.
"Iya pak, saya hari ini ada jadwal interview jam 9", jawab Aida jujur.
"Kalau boleh tahu sebagai apa"
"OB pak" pria itu hanya mengernyitkan dahi.
Gadis secantik ini hanya menjadi OB, batinnya.
" o ya perkenalkan nama saya Ardi, saya bekerja disini", ucap pria itu memperkenalka diri sambil mengulurkan tangan.
"maaf saya Aida pak", tanpa membalas uluran tangan Ardi dan hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
Ia merasa pria itu umurnya tak terpaut jauh darinya jadi ia tak perlu bersalaman dengannya. Merasa di abaikan Ardi menjadi salah tingkah sendiri.Aida pun mohon ijin meninggalkan tempat tersebut dan hanya di angguki oleh Ardi. Ia masih menatap kepergian gadis itu. Gadis yang menurutnya cantik alami, ia mengenakan hijab yang menutupi rambutnya. Disaat banyak gadis yang berlomba-lomba untuk tampil sexy ia justru menutup semua tubuh indahnya. Sungguh gadis yang sempurna, hanya menatap wajahnya membuat hati ini damai.
Aida duduk di kursi lobby bersama beberapa orang yang juga akan interview. Tepat pukul 9 sang recepsionis mengantarkan mereka kedepan pintu HRD. Di sana terdapat kursi yang berjajar tempat kami mengantri menunggu panggilan. Dan kini tiba saatnya Aida masuk keruangan tersebut. Ia sudah siap apapun keputusan nantinya. Ia terkejut dengan sosok HRD tersebut.
"Pak Ardi", lelaki itu hanya tersenyum dan mempersilahkan Aida duduk.
"Baiklah saya mulai interviewnya. Sepertinya saya tidak perlu banyak bertanya denganmu. Karena baru saja saya mendapatkan informasi bahwa kamu telah berani mengerjakan tugas yang bukan tugasmu. Apakah itu benar?", tanya Ardi sedikit tegas.
"maafkan saya Pak. Saya tidak bermaksud membuat kesalahan. Saya hanya berniat membantu saja, karena saya datang kepagian pasti akan membuat saya bosan pak" sahut Aida sambil menunduk.
"Lihatlah saya jangan menunduk, tenanglah saya tidak akan marah.Justru karena laporan kepala OB yang memberitahukan bahwa kamu telah membuktikan hasil kerjamu dengan bagus, maka saya memutuskan untuk menerimamu kerja disini. Jadi Aida Saputri saya ucapkan selamat bergabung sebagai OB baru dan saya harap kamu tidak mengecewakan keputusan saya menerimamu", ucap Ardi sambil tersenyum lebar.
"Baiklah pak, saya sangat berterima kasih atas keputusan anda dan saya berjanji akan bekerja dengan baik. Saya pastikan Bapak tidak akan kecewa dengan saya", jawab Aida dengan wajah berbinar-binar, senyumnya sangat manis.
"sekali lagi selamat ya Aida", ucap Ardi mengulurkan tangan hendak menyalami Aida.
"Iya pak sama-sama", lagi-lagi Aida hanya menangkupkan kedua tangan didada.
Ardi hanya menggarukkan tangan di tengkuknya yang tidak gatal. Ia harus malu untuk kedua kalinya. Ia kemudian memanggil kepala OB untuk mengantarnya mengenal seluk beluk gedung serta menunjukan apa saja yang harus ia kerjakan. Mulai saat itu pula ia boleh langsung bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Anindya Putri
wahh sm yg kya aku bca thor tp alurnya lain.
OB KERUDUNG BIRU
2021-07-05
0
Naufidax Mama-abah
wah aida si OB muslimah,
2021-06-22
0