Pesan Ayah Untuk Bella

Edith mengirimi pesan untuk Brian bahwa ia menunggunya di lobi. Tidak lama, Brian keluar dari lift dan menghampiri Edith.

"Edith. Ada apa? Tiba - tiba menungguku disini." kata Brian sedikit berbasa - basi. Seperti biasa, Edith selalu minta izin kepada Pak Liam agar bisa meninggalkan mereka berbicara berdua.

"Sudah makan?" tanya Edith.

"Aku sibuk sekali hari ini sampai nggak tahu jam makan. Untung ada Pak Liam yang mengingatkan makan siangku." jawab Brian sembari berjalan keluar dari gedung perkantoran.

"Untunglah ada Pak Liam yang mengingatkan, kalau tidak, mungkin saja yang dimarahi kakakmu bukan kamu, tapi Pak Liam. Aku merasa kasihan dengan Pak Liam." sahut Edith.

"Ya. Kupikir begitu. Sebisa mungkin aku juga tidak ingin membuat Pak Liam lembur. Kasihan keluarganya." ucap Brian membuat Edith tersenyum.

"Aku baru kali ini bertemu dengan direktur rendah hati dan ramah seperti kamu. Mungkin karena aku berteman denganmu. Tidak tahu juga dengan direktur lain. Seperti kakakmu mungkin." canda Edith tertawa. Brian pun ikut tertawa mendengar candaan Edith.

"Iya. Aku paham. Kakakku memang gila kerja. Bahkan dia sering tidak tidur hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya." Brian mengakui perkataan Edith.

"Oh ya. Kamu tahu taman hias di kota? Kita kesana yuk. Aku mau lihat ada apa saja disana." Dengan semangat Edith mengajak Brian untuk pergi ke taman hias.

Tapi langkah Brian terhenti ketika Edith mengajaknya untuk pergi ke taman hias.

"Kenapa, Brian?" tanya Edith dengan bingung.

"Lebih baik jangan mengajakku kesana. Kamu bisa kesana dengan teman kerjamu, Edith." kata Brian dengan sorot mata yang berbeda.

"Kenapa? Kenapa aku tidak boleh mengajakku kesana?" tanya Edith penasaran.

"Aku hanya tidak suka. Sekarang kita bisa pulang?"

Edith menyadari tatapan mata Brian yang berbeda ketika ia mengajaknya ke taman hias. Ada sesuatu yang mengganjal hati Edith. Tapi ia tidak berani menanyakannya. Edith tidak menanyakan lebih lanjut. Ia hanya diam dan duduk di kursi penumpang. Suasana hati Brian kembali menjadi tidak enak, membuat Edith mengutuk dirinya sendiri karena ingin tahu privasi Brian.

*****

Gisel menemani Regas di bar. Kini Regas telah menjadi klien tetap Gisel dan rutin mengunjungi Gisel. Entah hanya saling bercerita ataupun bertukar pikiran. Regas sudah tidak diragukan lagi ketampanannya. Sesekali ia menyentuh rambut Gisel dan mengelusnya dengan lembut.

Gisel merasa tidak terganggu akan hal itu. Justru, Gisel menyambut dengan manis tatapan Regas walau siapapun tahu sudah pasti tidak ada perasaan diantara mereka.

Diam - diam, Brian kembali mendatangi kelab malam dimana Gisel bekerja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Brian memilih tempat yang agak jauh dari Gisel tetapi masih tetap bisa menjangkau Gisel.

Seorang wanita penghibur datang dan duduk untuk menemani Brian. Tetapi Brian menolaknya.

"Tolong panggilkan Liana saja." ucap Brian. Wanita itu merasa sedikit kesal karena tidak mendapatkan klien untuk malam ini. Ia segera bangkit dan memanggilkan Liana untuknya. Tidak lama, Liana datang dengan baju minimalisnya.

"Hey, Brian. Kamu kesini lagi? Aku pikir orang sibuk seperti kamu nggak akan kesini." kata Liana duduk di sebelah Brian. Kemudian Brian melototi Liana agar menjaga jarak duduknya darinya. Liana menggeser pantatnya agar tidak terlalu dekat dengan Brian.

"Aku akan sesekali datang kesini. Jadi setiap aku datang, kamu cukup menemaniku saja." jawab Brian.

"Oke. Oke. Tapi kamu akan lama atau tidak? Sebentar lagi jam setengah dua belas. Biasanya klienku..." Liana mencoba membuat alasan agar tidak selalu menemani Brian setiap saat jika ada kliennya datang. Ia merasa sedikit tidak nyaman, apalagi kakaknya yang tidak terlalu suka dengannya.

"Hanya sejam saja. Berapa bayaranmu dalam sejam untuk menemaniku?" tanya Brian menatap Liana sedikit tajam.

"Ha.. Apa kamu serius? Gimana kalau Bella tahu soal kamu sering kemari?" tanya Liana mulai sedikit khawatir. Ia takut tiba - tiba Bella datang menghampirinya karena dikira telah menggoda adiknya.

"Nggak akan. Sebutkan tarifmu dan aku akan bayar dua kali lipat asal kamu menutup mulutmu dan jangan biarkan Gisel tahu kedatanganku." kata Brian menjamin bahwa Liana akan aman. Liana sedikit merasa tenang jika Brian mau menjaminnya.

"Oke. Nanti akan ku kirimkan nomor rekeningku. Aku janji akan menjaga rahasiamu. Tapi kamu yakin ya. Jangan biarkan Bella tahu kalau kamu datang kesini dan duduk bersamaku." jawab Liana tersenyum menatap Brian yang penuh pesona dan memastikan dirinya aman.

Tatapan matanya yang tajam dan kerahnya sudah tidak ada dasi lagi. Membuat Liana semakin ingin menciumi leher Brian.

"Jaga pandanganmu dan jangan pernah berpikir untuk menyentuhku." kata Brian menyadarkan Liana.

Kemudian Liana mengalihkan pandangannya ke arah lain melepaskan penglihatannya dari wajah Brian yang tampan. Ia meminum sedikit air mineral yang berada di meja. Karena bagi Liana, duduk di sebelah Brian bagaikan sebuah patung. Membosankan tapi bisa mendapat uany banyak hanya dengan duduk saja.

Sementara hati Brian terasa panas seperti terbakar. Melihat Gisel tersenyum dan menyentuh lelaki lain. Awalnya Brian tidak menyadari pekerjaan Gisel akan jadi seperti ini. Tapi setelah melihat pekerjaan Gisel secara langsung malam ini, ia yakin langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya.

*****

Esok paginya, Bella ikut dalam sarapan pagi bersama keluarganya termasuk Brian. Biasanya Bella akan selalu melewati sarapan paginya karena harus lebih cepat berangkat ke kantor. Tapi kali ini, Ayahnya minta agar ikut dalam sarapan pagi.

"Ada berita apa Ayah?" tanya Bella disela sarapan paginya. Bella memang lebih dikenal jarang basa - basi dan lebih senang dengan inti pembicaraan.

"Ayah akan langsung saja." kata Ayah. Brian menyendok nasinya sedikit dan mengambil lauk secukupnya.

"Bella. Kapan kamu akan membawa calon suamimu ke rumah?" tanya Ayah membuat Bella tersedak.

"Uhuk, uhuk. Ayah kenapa membicarakan itu?" tanya Bella meminum air putih.

"Kamu selalu menyuruh Edith main ke rumah agar bisa lebih dekat dengan Brian. Tapi Ayah lihat kamu tidak sedikitpun bergandengan tangan dengan lelaki." kata Ayah membuat Brian sedikit tertawa.

"Ayah, kenapa nggak Brian dan Edith saja dulu? Mereka sudah lama kenal...." Bella mengalihkan pembicaraan tentang dirinya ke Brian.

"Brian baru saja di posisi direktur. Biarkan dia fokus dengan pekerjaannya. Lagipula Brian masih dua puluh sembilan tahun. Sedangkan kamu? Kamu sudah mau tiga puluh enam tahun lho. Kamu mau jadi perawan tua?" tegas Ayah. Bella merasa jengkel jika Ayah sudah menyebut umur Bella.

"Bella berangkat." Bella menyudahi sarapannya dan mengambil tasnya.

"Ingat, Bella. Kalau kamu belum menikah juga, Brian juga tidak akan." kata Ayah. Bella tetap berlalu dari pandangan Ayah.

"Brian, aku tunggu di luar." teriak Bella menuju pintu rumah.

Ayah menggelengkan kepalanya dan melihat putri satu - satunya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Nanti akan kubujuk pelan - pelan, Ayah." kata Brian.

Ibu yang sejak tadi hanya diam saja, akhirnya angkat bicara.

"Sudah ku bilang, jangan membebani Bella dengan banyak pekerjaan. Lihat kan? Akhirnya dia lupa kalau harus menikah. Bagaimana kita bisa punya cucu kalau dipikirannya hanya menikah saja tidak ada?"

Ayah diam saja. Brian pun pamit untuk pergi ke kantor. Bella yang sudah menunggu di samping mobil, suasana hatinya menjadi buruk dengan ucapan Ayahnya tadi di meja makan.

Setelah melihat Brian keluar dari rumah, Bella masuk ke dalam mobil diikuti oleh Brian. Kemudian mobil berjalan perlahan keluar dari garasi rumah yang cukup besar.

"Apa kamu bicara pada Ayah agar aku segera menikah?" tanya Bella pada Brian setelah duduk di dalam mobil.

"Untuk apa? Aku saja jarang bertemu Ayah. Kamu tahu sendiri setiap ketemu aku hanya berpamitan untuk pergi kerja." jawab Brian menjelaskan.

"Aku pusing setiap kali Ayah membahas soal calon suami padaku. Calon suami yang mana? Aku tidak punya calon apapun untuk dibawa ke rumah." ucap Bella menyandarkan kepalanya.

"Memang kamu tidak jenuh bekerja terus? Kamu kan perempuan. Sudah seharusnya menikah diusia sekarang. " jelas Brian.

"Masalahnya tidak satupun yang membuatku tertarik pada mereka." Bella berusaha memberi alasan agar tidak terburu - buru menikah. "Lagipula, bukankah kamu sudah lama berhubungan dengan Edith?" tanya Bella mengalihkan pembicaraannya.

"Kok jadi Edith?" tanya Brian dengan bingung.

"Ayah itu pasti mau punya cucu yang bisa mewarisi perusahaannya nanti. Dan aku pikir tidak masalah jika salah satu diantara kita ada yang menukah duluan." jelas Edith.

"Mungkin itu menurut Kakak. Menurut Ayah kan beda lagi."

"Kamu saja yang gantikan aku. Aku tidak bisa mencari calon dalam waktu dekat." sahut Bella.

"Aku juga nggak bisa, Kak. Kan tadi Ayah sudah bilang kalau Kakak harus menikah duluan." jawab Brian.

"Lagipula, kamu dan Edith sudah sejauh apa? Kenapa aku tidak pernah lihat dia main ke rumah lagi?" tanya Bella bingung.

"Jangan buka privasiku, Kak." jawab Brian singkat.

"Lho, aku mau tahu. Kamu pulang malam hampir setiap hari bukankah bertemu Edith?" tanya Bella bingung.

"Entah bagaimana mengatakannya, tapi Edith bukan pilihanku. Dan aku pun tidak jatuh cinta pada Edith." ucap Brian membuat bingung Bella. Karena yang Bella tahu selama ini Brian hanya dekat dengan Edith.

"Bagaimana bisa? Aku pikir kalian sudah lama kenal dan saling suka." sahut Bella.

"Aku sudah bilang kan, Kak, kalau ada wanita yang aku suka. Tapi bukan Edith."

"Iya aku tahu. Tapi kamu tidak pernah bertemu dengannya. Bagaimana bisa perasaan itu tetap ada setelah sekian lama kamu bahkan tidak bertemu dengannya? Bahkan dia dimana saja kamu tidak tahu." Bella merasa Brian konyol kali ini. Bagaimana mungkin ia bisa mencintai hanya dari bayangan seseorang saja.

"Aku sudah menemukannya, Kak. Dan aku pikir Kakak saat ini tidak perlu mengurusi dulu bagaimana urusan perasaanku. Urusi saja bagaimana perasaan Kakak." ucap Brian jengkel sekali dengan Bella yang selalu ikut campur dengan urusan perasaannya. Bella tidak menyahut lagi pembicaraan dengan Brian. Bella tahu, terkadang ia melewati batas untuk urusan perasaan adiknya itu.

Terpopuler

Comments

suharwati jeni

suharwati jeni

brian gerak cepet dong.
cepet selamatkan gisel

2022-06-01

0

suharwati jeni

suharwati jeni

lanjut ya thor

2022-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!