Kemarin, Bella mendesak Brian agar segera membawa Edith ke rumah dan memperkenalkannya kepada Ayah dan Ibu. Sekarang, ia merasa terdesak karena Ayah meminta agar membawakannya calon suami. Bella sedikit tidak konsentrasi bekerja karena hal ini mengganggu pikirannya.
Tok... Tok...
Ruangan Bella diketuk oleh sekretarisnya. Menyampaikan beberapa perusahaan yang sekiranya bisa diajak kerjasama dalam perusahaannya.
"Bu, ini beberapa perusahaan milik perorangan yang mengajukan kerjasama dengan Salim Group. Ibu bisa cek terlebih dahulu untuk proposalnya." ucap sekretarisnya dan meninggalkan berkas di atas mejanya.
Bella sedikit tidak fokus dengan pekerjaannya.
"Bisa tolong belikan kopi di lobi?" pinta Bella pada sekretarisnya. Bella mengeluarkan uang dari dompetnya.
"Kamu juga belilah kalau mau." ucap Bella memberikan uang selembar seratus ribu pada sekretarisnya.
"Baik, Bu."
Bella jadi teringat dengan mantan kekasihnya pada saat kuliah dulu. Sejujurnya, Bella tidak bisa melupakannya karena mantannya memilih wanita lain dan menikah dengannya. Sejak saat itu, Bella tidak punya niat untuk membuka hatinya lagi. Ia takut bahwa hatinya akan tersakiti lagi suatu hari nanti.
*****
Gisel mendatangi butik Liana. Terlihat dari luar kaca, bahwa Liana sedang melayani salah satu pelanggannya. Pintu butik terbuka dan Liana mendengar suara lonceng kecil yang ada diatas pintu. Sekilas, Liana melihat Gisel datang dan duduk di sofa.
Setelah Liana melayani pelanggan hingga pembayaran di mesin kasir, Liana mengucapkan kata perpisahan yang sopan pada pelanggannya.
"Ada apa kamu kesini?" tanya Liana ikut duduk di samping Gisel.
"Semalam katanya kamu dapat klien baru." kata Gisel. Liana yang awalnya menatap Gisel, langsung mengalihkan pandangannya.
"Iya. Memang kenapa?"
"Tapi kenapa aku tidak lihat kamu ke ruang VIP?" tanya Gisel.
"Kenapa kamu tanya begitu? Itu kan permintaan klien dia mau ke ruang VIP atau tidak. Aku hanya menuruti saja." jawab Liana mencoba menutupi kenyataannya.
"Benarkah?"
"Lagipula kamu dan Regas juga tetap di bar, tidak pernah ke ruang VIP. Lalu kenapa kamu mempermasalahkan aku ke ruang VIP atau tidak?" Liana mulai tidak suka dengan cara Gisel memandangnya.
"Baiklah."
"Kenapa kamu menginterogasiku begini? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Liana merasa kesal.
"Tidak." Gisel menyandarkan kepalanya di sofa dan menengadahkan kepalanya ke atas. Melihat lampu hias yang tergantung di plafon butik Liana.
"Ada yang bilang direktur Salim Group datang ke kelab. Aku pikir kamu yang menemani dia. Mungkin aku bisa sedikit tenang." kata Gisel.
Liana merasa bersalah karena sebenarnya memang dialah yang menemani Brian.
"Untuk apa dia datang ke kelab? Aku tahu persis dia bukan laki - laki yang suka datang ke kelab."
Liana menelan ludahnya. Mengingat janjinya pada Brian agar tidak membuka rahasianya pada Gisel.
"Mungkin dia suntuk dengan pekerjaannya. Jadi dia mau bersantai sedikit." ujar Liana.
Gisel memejamkan matanya, menahan hatinya yang pedih karena Brian. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia mencintai Brian. Dan bodohnya, Gisel mengatakan bahwa ia tidak bisa berhenti dari pekerjaannya. Tidak sadar, air mata Gisel terjatuh di pipi.
"Gisel! Kamu kenapa?" Liana terkejut karena Gisel tiba - tiba menangis. Gisel menutupi matanya menggunakan lengan kirinya.
"Kenapa aku terlihat bodoh sekali jika menyangkut tentang Brian?" tanya Gisel pada dirinya sendiri.
Liana merasa hatinya bergetar. Awalnya ia tidak memahami bagaimana Gisel bisa kenal dengan Brian. Dan bagaimana juga Brian bisa datang ke kelab hanya untuk melihat Gisel hanya dari jauh saja. Kini, Liana memahami, bahwa mereka berdua sudah kenal jauh lebih lama dibanding Liana.
"Kamu suka sama Brian?" tanya Liana dengan pelan dan hati - hati agar tidak menyakiti perasaan Gisel.
"Siapa yang nggak suka sama dia? Dia tampan, kaya, punya perusahaan." jawab Gisel.
"Kamu tahu kan bukan itu maksudku." Liana sedikit jengkel dengan jawaban Gisel. Kemudian Gisel membenarkan posisi duduknya dan menghapus air matanya.
"Dia temanku waktu aku masih SMP." jawab Gisel. Liana menganga kaget dengan apa yang Gisel katakan.
"Serius?"
"Kami berpisah lima belas tahun. Dan sekarang kami bertemu lagi."
"Oh my. Gila. Gila. Jadi memang kamu sudah kenal lama sama Brian?" Liana tidak percaya.
Gisel mengangguk.
"Aku bilang bahwa diantara kita harus memastikan perasaan kita masing - masing karena kita berpisah sudah terlalu lama." lanjut Gisel.
"Speechless. Aku speechless. Kalau kamu bilang dari awal nggak akan ada cerita begini. Aku akan telpon dia dan bilang kalo...." Liana merasa semangatnya terbakar.
"Untuk apa? Jangan macam - macam."
"Gis... Kamu berubah akhir - akhir ini. Kamu juga ijin terus. Kamu nggak semangat melayani klien. Kamu lebih sering melayani Regas. Yang hanya ngobrol di bar. Kemana Gisel yang dulu? Aku bertanya - tanya dan semua ini karena Brian?"
"Cukup, Liana. Kamu hanya perlu mendengar ceritaku. Tidak perlu membahas kinerjaku di kelab." ujar Gisel memotong ucapan Liana yang tidak ada habisnya. Gisel bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kelab.
"Kamu mau kemana Gis? Gisel!" Gisel tidak mempedulikan teriakan Liana. Ia terus berjalan dan keluar dari butik Liana.
Liana sedikit merasa bersalah dengan Gisel. Tapi ia yakin Gisel hanya butuh waktu menata perasaannya kembali. Liana mengejar Liana yang pergi begitu saja. Walau terkadang mereka terlihat bertengkar, tapi hanya Liana lah yang mengerti bagaimana Gisel.
"Gisel! Gisel!"
Liana sedikit berlari mengejar Gisel dan meraih tangannya. Setelah berhasil meraih tangan Gisel, Liana memeluk Gisel.
"Sorry. Bahkan aku nggak tahu bagaimana ceritanya tapi aku sudah judge macam - macam. I'm sorry, Gis." ucap Liana memeluk Gisel.
Hati Gisel terasa lemah. Ia tidak bisa menahan perasaannya lagi. Ia menjatuhkan air matanya dan menangis di pelukan Liana.
"Aku nggak tahu bagaimana caranya bilang sama Brian tentang perasaanku, Li. Sedangkan aku bekerja seperti ini. I hope you understand what i'm feel." kata Gisel. Liana semakin memeluk Gisel dengan erat dan mengelus rambutnya yang panjang.
"Iya, Gis. Aku tahu. I'm sorry. Aku nggak berpikir sampai kesitu, Gis."
Tidak tersadar pula Liana menjatuhkan air matanya dan menghapusnya lagi.
*****
Regas kembali datang ke kelab dan Gisel sudah menunggunya di bar. Gisel memberikan segelas bir pada Regas.
"Kenapa kamu telat datangnya?" tanya Gisel.
"Ada sedikit kerjaan yang harus aku selesaikan. Dan aku cukup kesulitan menyelesaikannya." jawab Regas.
"Apa nggak terlalu malam kalau kamu baru datang jam setengah sebelas?" tanya Gisel khawatir Regas akan dicari oleh anaknya.
"Aku sudah bilang akan lembur." jawab Regas.
"Nggak apa - apa kan, kalau malam ini aku hanya sebentar?" tanya Regas disambut dengan senyum Gisel yang manis.
"Kenapa nggak? Aku kan memang nunggu kamu." jawab Gisel meneguk sedikit minumannya.
"Memang kamu lembur masalah kerja apa?"
"Aku baru saja menyerahkan proposal ke Salim Group. Aku minta kerja sama agar Salim Group bisa memasukkan perusahaanku ke dalam daftar salah satu usaha mandiri yang berkembang dan aku bisa dapat keuntungan disana." jawab Regas.
Gisel sedikit terdiam ketika Regas menyebutkan perusahaan dimana ada Brian disana. Ia memainkan gelas birnya dan sedikit mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Begitukah?"
"Iya. Kalau aku termasuk salah satu usaha mandiri yang dirangkul oleh Salim Group, usahaku akan terus diundang ke setiap event yang diadakan Salim Group."
Gisel mengendalikan emosinya agar terlihat masih baik - baik saja. Ia mengelus punggung Gisel dan memuji kinerja Regas yang bagus.
"Aku harap kamu bisa lolos dalam pengajuan proposalnya." kata Gisel. Regas menyentuh pipi Gisel dan tersenyum.
"Terima kasih ya. Aku sangat berterima kasih. Berkat kamu aku bisa memulihkan hatiku yang ditinggal oleh istriku. Dan aku bisa bekerja juga."
Beberapa meter dari tempat Gisel dan Regas duduk, sudah ada Brian yang duduk dan dihalangi sedikit oleh Liana agar tidak terlalu terlihat oleh Gisel. Brian memutar - mutar gelas kecil yang berisi bir di tangannya. Dengan mata yang berapi, ia terus menatapi Gisel dan Regas.
"Entah berapa lama kamu akan berada di situasi seperti ini." ucap Liana merapikan rambutnya.
"Maksudmu?"
"Maksudku, kalau kamu suka sama Gisel, kenapa kamu hanya duduk disini melihat Gisel disentuh lelaki lain? Kamu bisa berusaha menjadi tamu VIPnya. Dan booking dia setiap hari, jadi Regas tidak menyentuh Gisel lagi." ucap Liana langsung pada intinya. Ia merasa gemas melihat Brian yang hanya duduk diam seperti ini.
"Tapi aku..."
"Dengarkan aku. Setiap hari, Gisel hanya menunggu Regas. Dia sudah mulai mengurangi menerima tamu yang masuk ke ruang VIP. Kamu bisa nggak berpikir kalau ada yang aneh? Sebelum dia melayani Regas, Gisel bisa keluar masuk ruang VIP sampai empat kali lho." jelas Liana.
Brian sedikit terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari Liana.
"Kamu serius?"
"Buat apa aku bohong? Kamu kan udah bayar aku. Jadi aku rasa aku perlu kasih tahu kamu informasi ini." ucap Liana setengah berbisik.
"Entahlah. Aku tidak yakin aku bisa atau tidak."
Liana kembali kesal dengan apa yang ia hadapi sekarang. Karena baginya, Brian dan Gisel tidak beda jauh.
"Baiklah. Aku tidak akan ikut campur. Biasanya Regas selesai jam sebelas malam. Aku hanya berharap kamu tidak menyesal." kata Liana kembali menyilangkan kakinya dan merapikan rambutnya.
Sesekali Brian merasa risih dengan Regas yang menyentuh rambut, pipi bahkan bahu Gisel. Mungkin Liana benar. Jika tidak ingin kehilangan Gisel, ia harus mengambil tindakan. Kalau tidak, bisa saja Gisel akan terus menjadi wanita malam yang melayani pria lain.
Gisel mengambil kesempatan mencuri pandang dari berbagai arah selagi mengobrol dengan Regas. Ia mencari sosok Brian yang ia pikir pasti datang ke kelab.
"Kamu mencari siapa?" tanya Regas.
"Nggak. Aku nggak cari siapa - siapa. Cuma mau lihat kemana Liana." jawab Gisel dengan senyum agar Regas tidak mencurigainya.
"Baiklah. Sudah jam sebelas malam. Aku pulang dulu ya. Aku nggak enak kalau terlalu lama ninggalin Reagen." Regas bangkit dari duduknya begitu pula Gisel. Regas merapikan rambut Gisel lagi sebelum Regas pergi dan Gisel kembali mengulas senyum padanya.
Brian hanya bisa melihatnya dengan tatapan yang membara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
suharwati jeni
brian lama banget sih gerakannya.
gc dong.
gerak cepat
2022-06-01
0