Tanggung jawab.... tanggung jawab apa, terbengong Bella dibuat oleh perkataan Abiyan itu.
"Memangnya Aku apain Abang sampai harus tanggung jawab, dicolek saja enggak pernah," protes Bella.
"Kamu tinggalin Abang begitu saja, tanpa minta penjelasan apapun dari Abang, kamu sudah men-judge Abang."
"Kamu tidak tahu gimana Abang ke sana kemari cari kamu, tanya sana sini, cek semua media sosial kamu, telusuri apapun yang mungkin berhubungan sama kamu."
"Selama di UK, Abang minta tolong teman Abang yang di sini buat cari kamu, tapi enggak ada hasilnya."
"Kamu enggak pernah tahu gimana sulitnya Abang di sana, Abang kuliah sambil magang, Abang cari-cari waktu buat cari kamu di dunia maya."
"Kamu tahu berapa banyak nama Bella atau Arabella yang muncul setiap Abang cari kamu di internet."
Penjelasan Abiyan semakin membuat Bella sukses terkejut dan gede rasa. Wow... sebegitu berartikah dia di hati Abiyan.
Tiga tahun tidak bertemu, ternyata bukan fisik saja yang sedikit berubah tapi sikap. Dulu Abiyan cenderung pendiam, lebih banyak jadi pendengar tapi sosok Abiyan yang sekarang banyak bicara. Apa gara-gara tadi kenalan sama Anggi ya, dia tertular kegacoran Anggi, pikir Bella.
"Kenapa diam saja?" tanya Abiyan saat dilihatnya Bella tidak merespon semua perkataannya.
"Bang....Abang beneran sayang sama Aku, juga cinta....?" sedikit ragu Bella menanyakan hal ini.
"Kamu masih pertanyakan itu, apa selama ini tidak jelas sikap yang Abang tunjukkan ke kamu kalau kamu tuh istimewa di hati Abang?" tanya Abiyan.
Buat Abiyan, menunjukkan rasa sayang dan cinta akan lebih berarti melalui perbuatan daripada perkataan.
Abiyan bukanlah anak remaja lagi yang dengan gampangnya bilang I love you. Dia laki-laki dewasa, jadi menurutnya tunjukkan rasa cinta itu dengan perbuatan, seperti memberikan perhatian lebih, sebisa mungkin selalu ada waktu untuk apapun bersama orang yang dicintai, menjadi pendengar yang baik, ya hal-hal seperti itulah.
Abiyan lupa kalau gadis yang dia cintai saat itu adalah Bella versi gadis muda, baru berusia 17 tahun sementara dia sudah 23 tahun. Gadis muda yang membutuhkan kejelasan status dengan adanya pernyataan yang jelas dalam menjalin suatu hubungan.
Pernyataan seperti ... Aku mencintaimu, be mine... pernyataan-pernyataan semacam itulah.
"Abang enggak pernah bilang sayang atau cinta sama Aku jadi kupikir cuma Aku yang ada hati sama Abang," jawab Bella pelan.
"Abang lupa kalau cewek yang Abang taksir masih bocah, perlu banget pengakuan lisan," Abiyan terkekeh yang membuat Bella mendelik padanya.
"Kalau Aku bocah berarti Abang itu om-om," balas Bella.
"Abang-abanglah, age gap kita cuma lima tahunan, enak saja om-om," Abiyan tentu tidak terima dianggap setua itu.
"Harus banget ya that Three Words, Eight Letters to be say," goda Abiyan.
Kata-kata yang selalu Bella tunggu terucap dari bibir merah tanpa jejak nikotin itu dulu, akankah terucap hari ini. Bella jadi berharap itu terjadi.
Penting banget enggak sih kata-kata itu saat semua sudah jelas. Penting banget buat seorang Bella....kenapa? pokoknya Bella harus mendengar kata-kata itu, biar jelas, biar hati tenang, biar .....
Say it Bang and I'm Yours, janji Bella dalam hati.
"Assalamu'alaikum... lho ada tamu ya," tiba-tiba Bunda Alya muncul.
Serentak Bella dan Abiyan menjawab salam dan berdiri, Bella menghampiri bundanya dan mencium tangan sang bunda.
"Teman kamu? teman kuliah ya?" tanya Bunda Alya.
Ih si bunda pura-pura lupa sama Abiyan, kata Bella dalam hati. Bella yakin sekali kalau bunda belum lupa dengan Abiyan. Dulu, Abiyan sering berkunjung ke rumah Bella dan sering mengobrol dengan bundanya.
Jadi tidak mungkin Bunda Alya lupa kepada Abiyan. Bunda Alya ini memiliki ingatan yang cukup bagus, Bunda Alya tahu siapa saja teman Bella yang pernah Bella kenalkan padanya.
Ada apa nih sama bunda, pakai acara pura-pura lupa, pasti ada sesuatu deh, pikir Bella.
"Saya Abiyan Bunda, dulu saya sering main ke rumah bunda," jelas Abiyan sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Oh Abiyan yang itu ya, lama tidak ketemu ya," kata Bunda Alya.
"Iya Bunda, saya baru beberapa minggu ini kembali ke Indonesia, Bunda bagaimana kabarnya?" tanya Abiyan.
"Alhamdulillah sehat, baru pulang ya, kerja?" tanya Bunda Alya kembali.
Kan bunda pura-pura lupa lagi, padahal bunda tahu kalau Abiyan ada rencana melanjutkan S2-nya di luar negeri, pikir Bella lagi.
"Bukan kerja Bunda, saya melanjutkan studi saya di sana, ya sambil kerja sampingan juga," jelas Abiyan.
"Oh... begitu ya....Bella kok temannya tidak dikasih minum?" tanya Bunda Alya kepada Bella.
"Enggak usah repot-repot Bunda, sudah mau magrib ini, saya pamit pulang," kata Abiyan. Dan memang waktu hampir menunjukkan waktunya shalat magrib.
"Enggak nunggu magriban dulu di sini?" kembali Bunda Alya bertanya.
"Saya shalat di mesjid depan komplek saja Bunda, biar bisa berjamaah."
"Iya sudah kalau begitu, bunda masuk dulu ya," kata Bunda Alya. Abiyan mengangguk sambil tersenyum.
Setelah Bunda Alya masuk ke dalam rumah, Abiyan mengeluarkan ponsel dari sarung ponsel pinggangnya.
"Give me your number," pintanya pada Bella.
"0852 xxxx xxxx," kata Bella.
"New number...huh...," dengus Abiyan, benar-benar niat sekali Bella ini menghilang sampai ganti nomor ponsel yang dulu selalu disayang-sayangnya, yang katanya nomor cantik sekali.
Terdengar bunyi ringtone dari ponsel di saku hoodie yang Bella kenakan.
"That's my number, i'll call you later, around eight, is that okay?" kata Abiyan yang dibalas anggukkan oleh Bella.
Bunda mah tadi ditunggu-tunggu tidak muncul, eh di momen kata-kata itu akan terucap baru muncul, Bella mengomel dalam hati.
"Abang ke mesjid dulu ya abis itu langsung pulang."
"Masih banyak yang ingin Abang bicarakan sama kamu, nanti Abang telpon ya."
"Iya Bang."
Abiyan pun pamit dan berlalu bersama motor sportnya.
"Sudah baikkan kalian?" tanya Bunda Alya yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Bella.
"Sudah pergi orangnya, ngapain masih lihat jalanan, tuh jejaknya saja sudah disapu angin," kata Bunda Alya.
"Berharap dia balik lagi ya, kali ada yang lupa, apa kita ikut shalat di mesjid saja ya."
"Apa sih Bunda nih," malu dirasa Bella, ketahuan tidak rela melepas kepergian Abiyan.
Bella meninggalkan bundanya, kalau diladeni bisa habis Bella digodain Bunda Alya. Lebih baik kabur.
Waktu terasa berjalan lambat buat Bella malam ini. Berkali-kali Bella melihat jam di ponselnya, belum juga menunjukkan jam 8 malam.
Kenapa harus jam 8 sih, jam 7 kan bisa kalau mau nelpon saja, omel Bella.
Tak lama kemudian ponselnya berdering, nama Abiyan tertera di layar ponselnya. Segara Bella menjawab panggilan telponnya.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumussalam..."
"Arabella Dinara....I love You...please be mine..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Fenti
benar juga tapi namanya perempuan butuh juga perkataan Bambang 😂😂
2022-12-23
2
Fenti
masih ada gak thor laki-laki kayak gini??🤭
2022-12-23
1
Authophille09
sabar Bella, jadi cewek kalem dikit lah😂
2022-12-14
1