Episode 4 : Between Birth and Death, Lie Our Choices - Choose Wisely (1)

Duduk manis di Minggu pagi yang cerah ini sungguh membuat Bella senang terlebih hari ini bundanya yang pergi belanja ke tempat Kang Maman.

Sebagai anak yang shalehah, Bella sudah menawarkan diri untuk pergi walau sedikit enggan mengingat selalu ada saja hal-hal yang tidak ingin dia dengar atau lihat, well...seperti gibahan para ibu.

Bunda Alya menolak tawaran Bella tersebut, katanya sudah lama ia tidak bertemu dengan tetangga sekitar.

Bunda Alya sebenarnya bukanlah orang yang suka keluar rumah tanpa tujuan yang jelas apalagi sekedar main-main ke rumah tetangga atau berlama-lama di warung hanya sekedar untuk chit chat.

Untuk kegiatan seperti arisan RT dan RW, Bunda Alya selalu berusaha menyempatkan diri untuk hadir meskipun ia tidak begitu menyukai kegiatan tersebut. Ini menjadi salah satu cara Bunda Alya untuk bersilaturahim dengan para tetangga.

"Assalamu'alaikum" Ucapan salam terdengar dari depan rumah Bella.

"Wa'alaikumussalam", jawab Bella seraya bangkit dari duduknya dan bergegas menuju pintu depan dan membukanya.

"Lho Bu Indah ya, eh dedeknya ikut, cantik banget anaknya Bu," kata Bella, langsung mengenali tamu yang berkunjung ke rumahnya.

Bu Indah ini salah seorang tetangganya yang belakangan ini sedang viral di komplek dan sekitarnya. Banyak tetangga yang hobi mereview hidup orang lain, tertarik untuk mengupas tuntas kehidupan Bu Indah.

"Bu Alyanya ada Bel," tanya Bu Indah.

"Bunda sedang belanja ke tempat Kang Maman, sebentar juga pulang," jawab Bella.

"Silahkan masuk Bu"

Setelah Bu Indah masuk dan duduk bersama putrinya yang masih balita, segera Bella pamit meninggalkan tamunya untuk menyajikan minuman.

Tak lama Bella muncul kembali dengan nampan berisi dua gelas minuman.

"Silahkan diminum Bu," kata Bella kemudian sambil tangannya sibuk membuka beberapa tutup toples yang berisi kue-kue buatan sang bunda. "Dicicip juga ya Bu kuenya, ini bunda yang buat."

"Aduh kok repot-repot sih, makasih ya Bella," terlihat sungkan Bu Indah berkata.

Sekilas Bella melihat wajah Bu Indah, make up agak tebal di wajahnya tak mampu menutupi jejak memar di sana.

Dari celotehan para tetangga yang sampai ke pendengarannya, Bu Indah ini konon katanya sering mendapat tindak kekerasan dari sang suami.

Ya Allah...bukannya seorang suami harusnya melindungi istrinya, ini kok seperti ini, batin Bella.

Sempat Bella berharap kalau celotehan-celotehan itu hanya hoax tapi setelah melihat penampilan Bu Indah, Bella mulai mempercayai celotehan itu.

"Assalamu'alaikum...lho ada tamu ya," Bunda Alya yang baru datang langsung menyapa tamunya. "Bu Indah, apa kabar? lama tak jumpa ya."

"Wa'alaikumussalam... kabar baik Bu Alya, maaf saya pagi-pagi begini bertamu, semoga tidak mengganggu ya," jawab Bu Indah sambil berusaha menahan putri kecilnya agar tetap duduk manis di pangkuannya sementara sang anak sibuk meronta, tangan kecilnya berusaha menggapai apapun yang ada di depannya.

"Wah dedeknya pengen main ya, main sama kakak Bella ya," usul Bunda Alya. Bunda Alya merasa pasti kedatangan Bu Indah ini ada tujuan penting, maka akan lebih baik jika balita tersebut dijaga dulu oleh Bella.

Bella yang kemudian muncul cepat menanggapi. "Ayo dedek cantik sama kakak ya, kakak punya boneka di dalam."

"Bu Indah, dedeknya biar main sama Bella dulu ya," kata Bella sambil mengulurkan kedua tangannya ke arah balita itu yang menyambut antusias ajakan Bella.

"Aduh saya jadi merepotkan ini," kata Bu Indah sambil menyerahkan anaknya ke gendongan Bella.

Sepeninggal Bella dan putrinya, Bu Indah kemudian mulai mengutarakan maksud kedatangannya.

"Saya dengar Bu Alya mengelola toko kue ya? Barangkali ada lowongan pekerjaan untuk saya Bu, saya bersedia kerja apa saja Bu asal diizinkan membawa anak saja."

"Saya pernah kursus baking Bu, saya juga bisa bantu bersih-bersih," ucap Bu Indah sarat dengan permohonan.

Bunda Alya yang dari tadi mendengarkan dengan penuh perhatian berusaha untuk memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk Bu Indah.

Sedikit banyak Bunda Alya tahu bagaimana keadaan Bu Indah. Di usianya yang masih cukup muda, Bu Indah menikah dan memiliki seorang anak yang masih balita. Suaminya terkenal ringan tangan dan seorang pemabuk sejak mendapat PHK dari tempat kerjanya.

Semua berita ini tentunya berseliweran diantara obrolan di warung maupun tempat arisan. Bisa-bisa masalah rumah tangga orang lain jadi konsumsi tetangga, mending kalau pada memberi solusi lha ini asyik menganalisa saja dan menyebarluaskan... untuk solusi Big Zero... tak habis pikir Bunda Alya mengingat itu.

"Kebetulan saya sedang membutuhkan karyawan untuk bagian produksi di toko saya, kapan Bu Indah ada waktu, kita ke toko sambil membicarakan hal ini lebih lanjut," kata Bunda Alya.

"Eh... saya diterima Bu...," terkejut dengan apa yang didengarnya tak terasa mata Bu Indah terasa berat dengan tetes air mata yang siap meluncur.

Butuh keberanian yang besar bagi Bu Indah untuk datang ke rumah tetangganya untuk meminta pekerjaan. Setelah beberapa orang yang didatanginya menolak, nyalinya sedikit demi sedikit terkikis.

Sempat ia merasa putus asa dan kehilangan arah, merasa takdirnya telah ditetapkan untuk hidup menderita sampai akhir. Merasa tidak punya pilihan selain menyerah dan menerima apapun yang ada di depannya.

Sampai akhirnya Kang Maman, tukang sayur komplek yang selalu merasa paling tampan di antara para konsumennya, menyarankan untuk menghubungi Bunda Alya yang memang diketahui Kang Maman kalau Bunda Alya memiliki toko kue yang cukup ramai.

"Ya Bu Indah, jadi kapan Bu Indah bisa mulai," terasa lembut dan menenangkan suara Bunda Alya bagi Bu Indah.

"Secepatnya Bu, saya bisa secepatnya bekerja, tapi bagaimana dengan anak saya, boleh saya bawa anak saya, setidaknya sampai saya punya cukup uang untuk mencari pengasuh," kata Bu Indah.

"Nanti kita coba atur itu ya Bu."

"Terima kasih Bu...terima kasih...hiks hiks," akhirnya air mata itu menetes. Rasa syukur dan haru menyelimuti hati Bu Indah beserta munculnya harapan baru untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

Bunda Alya mendekat dan menepuk-nepuk bahu Bu Indah. "Sudah...sudah...Bu Indah bisa mulai siap-siap ya, saya berangkat ke toko setiap hari Senin sampai Sabtu jam 7 pagi, nanti kita berangkat bareng saja ya."

"Bu Alya...saya tidak menyangka Ibu mau menerima saya begitu saja padahal kita tidak terlalu dekat...saya sebenarnya malu sama Ibu tapi...hiks hiks," kembali isak tangis menyertai perkataan Bu Indah.

"Kita kan tetangga, ya wajiblah saling bantu, Alhamdulillah...Allah memberi saya rezeki lebih melalui toko kue itu dan semoga melalui toko itu Bu Indah juga mendapat rezeki berupa penghasilan, kita bekerja sama-sama ya Bu," kata Bunda Alya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***