"Bun," panggil Bella pada bundanya.
"Bundaaa..." panggilnya lagi sambil melirik bundanya yang ternyata sedang asyik dengan ponselnya. Pantas saja sedari tadi dipanggil tidak menjawab.
"Bunda sayang, Bella kok dicuekin sih," protes Bella.
"Bun...anak tetangga gara-gara ibunya asyik main ponsel mulu, jadi badung lho katanya sih gara-gara kurang perhatian," lanjut Bella.
"Bentar Bel...yap...submit," kata Bunda Alya, bunda tercintanya Bella.
"Kamu bukan bocah labil, enggak bakal jadi badung karena kurang perhatian," kata Bunda Alya kemudian.
"Bisa saja kali, namanya juga manusia," sahut Bella.
"Bunda lagi ngapain sih, baca gosip artis ya?" tanya Bella kemudian.
"Hilih kayak bundamu ini kurang kerjaan saja"
"Bunda baru submit novel baru nih, kalau review-nya lancar, dua hari lagi terbit, judulnya Diujung Rindu Kumenanti," terang Bunda Alya.
"Jangan lupa kamu like, komen, vote sama rate 5 ya, eh subscribe juga," lanjut Bunda Alya.
"Siap Bun"
"Bun...lagi rindu sama ayah ya?" tanya Bella.
"Eh... Bell bentar lagi ke konter kan? Udah siap-siap sana, kamu juga ada janji kan di sana!"
Bukannya menjawab tanya Bella, Bunda Alya malah mengalihkan pembicaraan.
Kebiasaan nih bunda kalau ditanya soal ayahnya mesti tidak mau jawab, batin Bella bingung.
Sepanjang pengetahuannya, orang tuanya selalu terlihat baik-baik saja namun entah mengapa mereka memilih untuk berpisah.
Sampai saat ini pun hubungan mereka baik walaupun komunikasi mereka sebatas tentang keluarga dan tentu saja Bella.
Bella yakin ada sesuatu yang terjadi dulu, entah apa yang jelas sesuatu yang besar sampai bisa menyebabkan orang tuanya bercerai.
Bunda Alya di mata Bella adalah sosok ibu yang sangat baik, mandiri dan cantik. Tidak mungkin perceraian ini karena Bunda Alya.
Di sisi lain, sang ayah juga sosok yang baik di mata Bella. Ayahnya memiliki pekerjaan yang bagus, kepribadiannya pun baik.
Dan sampai saat ini pun keduanya tidak mau menikah lagi dengan yang lain. Mungkin sama-sama belum bisa move on pikir Bella. Kalau begitu kenapa tidak rujuk.
"Bun tahu enggak," tiba-tiba teringat Bella akan sesuatu.
"Enggak tuh," jawab Alya asal.
"Ih bunda mah, jangan dulu jawab, Bella kan belum cerita," kata Bella.
"Ya udah, ada apa?"
"Masa tadi di tempat Kang Maman, trio gibah gosipin kita," adu Bella.
"Trio gibah?"
"Itu lho Bu Ratih, Bu Damar sama Bu Dian, perasaan kita enggak pernah ada masalah sama mereka, kok bisa-bisanya mereka julid gitu."
"Oh..."
"Kok oh doang Bun"
"Lha terus bunda harus bilang wow gitu"
"Bunda kok ngomongnya kayak anak ABG, geli Bun dengernya"
"Gibahan soal bunda yang katanya istri simpanan terus kamu juga kerjanya yang enggak halal, suka diantar jemput sama om-om, yang itu toh"
"Kok bunda tahu sih, eh tapi gibahannya kenapa jadi plus-plus gitu," bingung Bella kenapa gibahan yang sampai ke telinga bundanya jadi berlebih, siapa sih yang rajin bumbuin nih gibahan, berasa tambah pahit saja.
"Tadi Bu Siska yang tinggal di ujung sana nelpon bunda, cerita deh semua itu," terang Bunda Alya menjawab tanya Bella.
"Sengaja nelpon Bunda cuma untuk cerita itu, plus dibumbui pula, Bu Siska kan enggak terlalu akrab sama kita malahan lebih akrab sama Bu Ratih cs kok tiba-tiba mendekat gitu, apa mau jadi kompor ya Bun?"
"Entahlah Bel, biarkan saja, yang penting kita tidak seperti itu"
"Terus Bunda enggak kesal gitu, enggak mau datangin mereka?"
"Buat apa datangin mereka"
"Ajak shopping Bun, sekalian traktir...ya dilabrak dong Bun, tuman orang-orang seperti itu mah"
"Ha ha ha...," lha malah tertawa bunda nih, pikir Bella.
Harusnya kan bunda tuh marah terus labrak orang-orang biar tidak sembarangan lagi kalau bicara.
"Sudahlah, nanti juga mereka bosan sendiri kalau tidak kita tanggapi," kata Alya.
"Sudah jam 8 lebih tuh, siap-siap kan mau ke konter," lanjutnya kemudian.
"Oke Bun," jawab Bella kemudian dia segera masuk ke kamarnya.
* * * * *
Tepat jam 9 Bella sampai di konternya. Jarak dari rumah ke konternya memang tidak begitu jauh. Dengan menggunakan jasa ojek online, hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit jika jalanan lancar.
Setiap hari Sabtu, Bella tidak ada jadwal kuliah sehingga dia bisa ke konternya lebih awal sementara pada hari Senin sampai Jumat dia ada di konter dari sore hingga malam.
Malam mingguan di konter pulsa bersama pegawainya, nasib seorang Arabella Dinara, gadis cantik tapi jomblo.
Bukannya tidak ada yang mendekat tapi hati Bella masih tidak bisa melupakan seseorang. Ternyata move on itu tidak mudah. Sepertinya Bella masih butuh lebih banyak waktu.
Salah satu tujuan Bella menjalankan usahanya ini selain tentu saja mencari uang juga untuk menyibukkan harinya agar hatinya tidak selalu mengingat kenangan pahit bersama dia, seseorang yang masih setia mengusik hatinya.
Konter Bella ini terletak di pinggir jalan yang cukup ramai karena lokasinya berada di daerah padat penduduk.
Hal ini membuat konternya ramai pembeli. Alhamdulillah di tengah menjamurnya konter-konter pulsa di sekitarnya, konter yang baru dia kelola dua bulanan ini masih cukup menguntungkan.
"Teh Bella tadi Mbak Yani order voucher data tri yang matengan, all denom per 10 buah," lapor Nana, satu dari dua karyawan yang Bella miliki.
"Sudah kamu siapkan belum," tanya Bella.
"Sudah Teh," jawab Nana.
Nana telah bekerja di sini jauh sebelum konter ini dikelola oleh Bella jadi dia sudah paham betul dengan pekerjaannya.
Baru saja Bella mau duduk di kursinya, di pojok kanan ruangan, seorang pembeli tiba-tiba menyapanya.
"Eh Bella, kerja disini?" ternyata Bu Ratih yang menyapanya.
"Ya Bu," singkat Bella menjawab.
"Bu, Teh Bella ini yang...," ucapan Nana terhenti saat melihat Bella memberi kode padanya untuk berhenti bicara.
"Kenapa Bellanya," jiwa kepo Bu Ratih mulai bangkit.
"Maksud teman Bella ini, Bella karyawan baru disini," bohong Bella.
"Oh...bukannya kamu kuliah, lha kerja di konter rupanya, yang sabar ya Bel, kerja apa saja lah ya yang penting halal, jangan seperti si Melly tuh anaknya Pak Yunus, entah kerja apa pulangnya malam terus, mana yang nganter dia pulang tuh beda-beda orangnya, kerja apaan coba yang seperti itu kalau bukan ... ya tahulah kamu juga," Bu Ratih mulai menggiring Bella pada asumsi sesatnya.
Ya ampun, bukannya tadi pagi dia yang dijadikan objek gibahan Bu Ratih dan teman-temannya. Dan sekarang giliran Melly yang menjadi objek penderita dengan tema gibahan yang sama dengan dirinya. Apa ada yang salah dengan cara berpikir ibu di depannya ini.
"Bu Ratih mau beli apa ya," cepat Bella bertanya kepada Bu Ratih agar gibahan tersebut tidak berlanjut.
"Pulsa t*lkomsel ada yang berapa aja Bel?" tanya Bu Ratih.
"Ada yang 5000, 10.000, 20.000, 25.000, 50.000, 100.000 Bu," jawab Bella lengkap.
"Yang 10.000 jadi berapa?"
"12.000"
"Kok lebih mahal disini sih Bel, di konter sebelah sana masih 11.500," protes Bu Ratih.
"Maaf Bu, kami jualnya segitu, ini bosnya Bella yang menentukan harga, gimana Bu, pulsanya jadi?"
"Ya udah yang 10.000 saja, ini nomornya," kata Bu Ratih sambil menunjukkan layar ponselnya.
Dengan cepat Nana memasukkan nomor tersebut ke format transaksi di ponselnya dan mengirimkannya.
"Bel, bilangin sama bosnya kalau jual pulsa tuh jangan mahal-mahal, jangan cuma mikirin cari untung sebanyak-banyaknya, samain harganya dengan yang lain, biar ramai pembeli disini, kan kalau ramai dia lebih untung," petuah Bu Ratih kepada Bella.
"Walaupun ngambil untung sedikit tapi kalau yang beli banyak kan lebih baik daripada untung banyak tapi yang beli sedikit, coba pakai deh logikanya," lanjut Bu Ratih.
"Iya Bu, nanti Bella sampaikan," iyain sajalah, biar cepat pikir Bella. Rasanya tidak perlu dia jelaskan kenapa dia menetapkan harga jual sebesar itu pada Bu Ratih.
"Pulsanya sudah masuk, sebentar ya...," kata Bu Ratih.
Bu Ratih kemudian melakukan panggilan telpon melalui ponselnya.
"Assalamu'alaikum."
"Abiyan, ini Tante Ratih, kamu ke rumah Tante ya, Tante ada buat kue buat mamih kamu."
"....…......................"
"Kok tidak bisa, sebentar saja ke sini, ini kue kesukaan mamih kamu lho."
"…...…..................."
"Tidak usah suruh orang ambil, biar Tante sama Saras ke sana."
"..........................."
"Ya sudah, Assalamu'alaikum."
Bu Ratih kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas yang dibawanya.
"Oke deh, Ibu pamit ya, kerja baik-baik ya, apapun itu yang penting halal," pesan Bu Ratih saat pamit kepada Bella.
"Maaf Bu uang pulsanya belum," kata Nana mengingatkan Bu Ratih.
"Lho belum ya?....eh Ibu tidak bawa uang kecil nanti saja ya bayarnya di rumah," kata Bu Ratih.
"Bel Ibu minta dong nomor ponsel kamu, jadi kalau Ibu perlu pulsa Ibu tinggal WA kamu, bayarnya nanti kalau ketemu," lanjutnya.
Lha kok....Bu menyebalkan itu ada batasnya lho... kalau Bella bicara seperti itu kepada Bu Ratih boleh tidak ya...
Setelah Bu Ratih pergi, Bella termenung, kilasan masa lalu kembali membayang.
Nama orang yang Bu Ratih hubungi tadi mengingatkan Bella pada seseorang di masa lalunya. Orang yang pernah mengisi hari-hari Bella dengan kenangan indah dan orang yang pada akhirnya membuat Bella terluka.
Harus move on, lupakan masa lalu, semangat, tekad Bella dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sunmei
3like hadir semangat kak
mampur ya
2023-01-14
2
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
misi Bella done
2022-12-09
1
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
Apakah seseorang itu msh bertaut di hatimu belum.. semoga kamu segera menemukan tambatan hati yg bnr2 tulus
2022-12-09
1