Episode 17 : What A Surprise (2)

Dengan tidak sabaran Bella menunggu panggilan telponnya tersambung. Berkali-kali dia ulang, tetap tidak tersambung.

Akhirnya Bella memutuskan untuk menunggu beberapa saat lagi, setelah sebelumnya mengirimkan screenshot percakapan di grup WA warga kompleknya kepada Abiyan.

Saat melihat ponselnya, Bella melihat tanda centang biru pada pesan yang dia kirim dan itu artinya pesannya telah dibaca oleh Abiyan.

Bella menunggu respon Abiyan atas pesannya tapi sampai lima menit kemudian tidak ada balasan atau panggilan dari Abiyan.

Sepuluh menit kemudian ponselnya berdering dan nama Abiyan tertera di layar ponsel tersebut. Segera Bella menerima panggilan itu.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

"Explain!"

"What's up sweetpie?"

"Abang sudah lihat kan pesan Aku?"

"Oh itu"

"Oh itu cuma oh itu Bang?"

"Abang kok lama jawab telpon Aku...jangan-jangan lagi cari alibi ya?"

"Abang ada hubungan apa sama Saras?"

"Abang pacaran sama dia?"

"Abang jangan berkilah kalau itu bukan foto Abang atau Abang mau bilang itu kembaran Abang"

"Abang anggap apa Aku, Abang keterlaluan!"

"Wow...ternyata begini ya rasanya dicemburui kamu, rasanya menyenangkan"

"Berasa benar-benar punya pacar...he he he"

"Abang, Aku lagi serius ini, kok malah gini?"

"Abang juga serius pengen seriusin kamu"

"Abaaaaaang!"

"Kamu banyak berubah ya, dulu kalau ada cewek yang dekat-dekat Abang kamu cuek saja, sekarang langsung rusuh, tapi Abang senang, setidaknya kamu tunjukin kalau kamu tidak suka dan bukan diam terus kabur"

"Abang jangan alihkan pembicaraan, jawab sekarang juga!"

"Maaf tadi Abang tidak langsung jawab telpon kamu, Abang bicara dulu sama Mamih"

"Kok bawa-bawa Mamih, Abang dijodohin sama Saras oleh Mamih, iya Bang?"

"Ya Allah...Bella, kok malah kemana-mana mikirnya"

"Dengerin dulu Abang ya"

"Tadi Abang tanya dulu ke Mamih siapa Saras itu, Abang lupa siapanya kami Saras dan keluarganya, soalnya Abang jarang banget ketemu Saras dan keluarganya"

"Ada acara pertemuan keluarga juga, Abang benar-benar mau dijodohin..."

"Bella...jangan mikir aneh-aneh, jodoh Abang In Shaa Allah kamu, sudah dengarkan dulu Abang ya'"

"Kata Mamih keluarga Saras tuh masih ada kaitan keluarga dengan Mamih dari pihak kakek"

"Apa...Abang ada hubungan saudara dengan Bu Ratih...serius Bang?"

"Kok kayak kaget gitu?"

"Jadi kakek Abang dari Mamih kan asli orang sini kalau nenek kan dari UK dan kakek Saras tuh kakak sepupunya kakek Abang, gitu lho"

"Jadi hanya saudara jauh?"

"Ya seperti itu"

"Terus kenapa Bu Ratih bicara seolah-olah ada hubungan di antara Abang dengan Saras?"

"Nah kalau yang itu Abang juga tidak mengerti maksudnya apa"

"Aku yakin itu foto baru, iya kan Bang?"

"Iya itu foto beberapa hari setelah Abang pulang, kebetulan ada acara keluarga, jadi Abang sekalian menyapa keluarga yang datang"

"Di foto itu bukan hanya ada kami berdua, ada anggota keluarga yang lain, coba kamu perhatikan Abang melihat ke arah mana dan Saras ke arah mana, kami difoto oleh kamera yang berbeda, kami tidak sengaja berfoto berdua hanya kebetulan berdiri berdekatan"

"Bang, benar enggak hubungan apa-apa dengan Saras kan?"

"Tidak ada hubungan apapun selain saudara"

"Bang, Bu Ratih enggak berani bicara seperti itu kalau tidak ada apa-apa sebelumnya, kan enggak akan ada asap kalau enggak ada api"

"Kali Abang godain Saras atau apalah sampai Bu Ratih atau Saras gede rasa gitu"

"Bella...my dear...you know me better than anyone else, pernah kamu lihat Abang godain cewek, yang ada cewek-cewek yang godain Abang"

"Hilih...siapa yang mau godain Abang, dulu tuh muka Abang selalu serius, yang ada cewek-cewek malesin lihat Abang"

"Orang tuh suka bingung sama Abang, orang bikin jokes, Abang boro-boro ketawa, ya ada diam aja, ini antara Abang enggak punya sense of humor atau Abang enggak peduli sama omongan orang, bingung kan orang, sampai pada enggak mau lama-lama dekat Abang, aura-nya gelap katanya"

"Cuma kamu ya yang betah lama-lama sama Abang, secinta itu ya kamu sama Abang"

"Ih Abang ngomong apa sih"

"Asli lho Bang, Aku kaget sama perubahan sikap Abang sekarang"

"Abang jadi cerewet ya sekarang"

"Bukan cerewet lah, Abang ini sedang coba lebih terbuka sama kamu, lebih banyak berkomunikasi sama kamu biar enggak ada salah paham lagi"

"Abang serius selama kita berpisah, hati Abang tetap buat Aku"

"All these years, Abang pun takjub, how time doesn't change how I feel for you, I still love you and always love you"

"Coba dari dulu Abang bicara seperti ini jadi Aku enggak bingung"

"Hati Abang sudah Abang kasih semua buat kamu jadi Abang enggak punya hati lagi buat cewek lain"

"So Bella jangan pernah ragu dengan perasaan Abang sama Kamu, ya?"

"Iya Abang"

"Tapi jujur saja ya Bang, Aku terganggu dengan isi percakapan Bu Ratih di grup WA itu"

"Bella, yang penting kan yang sebenarnya tidak begitu, biarkan saja nanti kan kalau tidak Abang tanggapi juga Tante Ratih akan diam sendiri"

"Sebenarnya Abang sangat berterima kasih sama Tante Ratih"

"Maksudnya Bang?"

"Kalau waktu itu Tante Ratih tidak maksa-maksa Abang antar Tante Ratih dan anak-anaknya pulang, Abang enggak bakalan secara tidak sengaja melihat kamu di konter itu"

"Waktu kembali ke konter, kamu sudah keburu pergi, penjaga konter itu susah banget dimintai nomor ponsel kamu padahal Abang sudah keluarkan semua pesona Abang, ternyata enggak ngaruh"

"Ha ha ha...kasihan lah abangku ini, ternyata ada juga yang kebal sama pesona Abang"

"Kayaknya Aku harus kasih Nana bonus untuk loyalitasnya sama Aku"

"Kamu tuh, Abang pernah sampai kembung kebanyakan minum kopi gara-gara kelamaan nunggu kamu di kedai kopi depan konter eh kamunya enggak muncul-muncul"

"Ya Allah jadi pengen terharu sama usaha Abang buat Aku"

"Makanya untuk semua yang terjadi kamu harus tanggung jawab"

"Kok gitu, Abang juga yang bikin Aku salah paham"

"Bell, Abang suka kita bicara seperti ini, nanti kalau ada apa-apa yang mengganggu pikiran Kamu atau apapun yang menyangkut soal Abang yang bikin Kamu enggak nyaman, Kamu langsung bicarakan sama Abang ya"

"Baik Abang, Abang juga ya, kalau ada apa-apa langsung dibicarakan ya"

"Siap kesayangannya Abang"

............................................

Percakapanpun berlanjut sampai akhirnya Bella terpaksa mengakhiri telponnya karena tiba-tiba teringat sesuatu. Setelah mengucapkan salam dan menyimpan ponselnya di atas nakas, segera berlari menuju dapur.

"Bunda, mie Bella...," teriak Bella. Tadi sambil menunggu telpon Abiyan mendadak Bella ingin makan mie instan ditambah cabe setan. Biasanya kalau sedang galau, Bella akan makan-makanan yang pedas biar plong perasaan katanya.

"Kamu tuh, untung Bunda tadi ke dapur, kalau tidak bisa kebakaran nih rumah gara-gara kamu," omel Bunda Alya.

"Ya maaf, terus mienya mana Bun?" tanya Bella.

"Ya habislah Bunda makan," santai Bunda Alya menjawab.

"Bunda itu kan mie instan terakhir kita, Bella makan apa dong," rajuk Bella.

"Beli lagi sana ke warung Bu Hana," saran Bunda Alya. "Lagian itu ada nasi dan kawan-kawan, makan yang ada deh."

'Lagi pengen makan mie Bunda," kata Bella.

"Ya udah sana ke warung," perintah Bunda Alya.

"Mager Bun," kata Bella, berasa malas banget keluar rumah.

"Eh Bun, lupa Bella kasih tahu Bunda, ternyata Bang Ian sama Bu Ratih masih saudaraan," jelas Bella.

"Apa...Astaghfirullahaladzim," terkejut Bunda Alya mendengarnya.

Kaget kan Bun, sama Bella juga. Entah apa yang akan terjadi nanti.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***