Lidya terus berusaha menenangkan Bella. "Istighfar Bel, ayo....kalau kamu hadapi mereka dalam keadaan marah seperti ini, enggak akan bener, nanti kamu marah-marah dan mereka akan menyangkal," ucap Lidya.
"Yang ada kamu sama mereka akan ribut terus jadi tontonan ibu-ibu di sini," lanjut Lidya.
"Ini kenapa Bella kayak marah banget?" tanya Rena. "Tenang Bel.... tenang ya, jangan marah-marah tanpa sebab, oke... ya... marahlah pada tempatnya," Rena turut berusaha menenangkan Bella.
"Eh ngomong-ngomong siapa sih yang sedang ibu-ibu itu gosipin sekarang, Kamu tahu siapa Bell?" tanya Rena lagi.
Lidya memutar bola matanya, dia kira dari tadi Rena tahu siapa korban gosip Bu Ratih dan kawan-kawan ternyata dia tidak tahu.
"Mereka lagi ngomongin aku," sahut Bella.
"Wah enggak bisa dibiarkan ini, ayo Bel kita datangin tuh ibu-ibu julid, apa sih maunya, enggak bisa apa kalau ngobrol tuh yang berfaedah," seru Rena sambil bersiap beranjak dari tempat mereka berdiri.
Puk
"Aduh.... apa sih Mbak?" sambil mengelus lengannya yang ditepuk Lidya, Rena bertanya kepada Lidya.
Walaupun baru mengenal Bella, Rena memiliki rasa empati untuk Bella, ya secara dia dan keluarganya pernah merasakan keganasan mulut-mulut julid tetangga mereka itu.
"Bukannya ikut nenangin Bella malah ngajak Bella buat keributan," tegur Lidya.
"Mbak, mumpung mereka tertangkap basah nih lagi ngomongin Bella jadi mereka enggak bisa mengelak, lagian tadi di sana ada ibu-ibu lain yang bisa jadi saksi kita," Rena berusaha menyakinkan Lidya.
Rena pikir ini kesempatan mereka untuk menegur ibu-ibu itu.
"Dari tadi mereka ngobrol, ada kalian dengar dia menyebut nama Bella atau nama bundanya Bella?" tanya Lidya kemudian.
Bella dan Rena mencoba mengingat-ingat dan ternyata memang tidak ada disebut nama Bella atau nama bundanya Bella dalam obrolan itu.
"Tapi dari isi obrolan itu orang bisa langsung ambil kesimpulan siapa orang yang mereka maksud, warga sini yang punya konter pulsa di Jalan Arjuna cuma Bella, Mbak," kata Bella.
"Bel, kalau sekarang kita datangi mereka, mereka akan menyangkal, dan mereka pandai dalam memutar balik omongan, Aku sudah khatam sama kelakuan mereka," Lidya mencoba menjelaskan kenapa sebaiknya mereka tidak berkonfrontasi dengan ibu-ibu itu saat ini.
"Waktu gosip tentang Aku dan Mas Bagas semakin santer terdengar, kami mencoba mencari tahu sumber dari gosip itu, dan beberapa orang yang kami tanya menjawab mereka mendengar dari Bu Ratih dan kawan-kawannya."
"Berbekal berita itu, kami mendatangi rumah Bu Ratih untuk meminta penjelasan mengenai ini, Mas Bagas sebenarnya meminta kami membiarkannya saja toh kami tidak seperti itu, biarkan itu jadi urusan mereka dengan Allah nantinya."
"Tapi ibuku yang terlanjur marah keukeuh ingin melanjutkan masalah ini, bagaimanapun gosip ini sangat merugikan nama baik keluarga kami, Bella tahu kan ayahku itu sekretaris desa, hampir semua warga desa kita mengenal ayah."
"Saat kami bertemu dan membicarakan hal ini dengan Bu Ratih dan suaminya, Bu Ratih tidak terima, dia merasa kami sudah semena-mena terhadap dia, dia bilang kami menuduh tanpa bukti, mentang-mentang ayah pejabat desa dan segala tuduhan lainnya terhadap kami," Lidya kembali bercerita tentang pengalaman keluarganya saat menghadapi Bu Ratih.
"Iya...iya.... Aku ingat kejadian itu Mbak," Rena teringat akan kejadian itu.
"Bu Ratih sampai meraung-raung tidak terima katanya dituduh seperti itu, duh sampai pusing Aku lihatnya, nangis-nangis sambil berorasi dia, drama bangetlah."
"Tahu enggak yang paling menyebalkan, sempat-sempatnya ada orang yang merekam kejadian itu dan rekamannya di-share di grup RW kita."
"Sayangnya rekaman itu hanya menampilkan saat Bu Ratih sedang bertingkah seperti korban, dia total bangetlah playing victim-nya," masih dengan semangat Rena bercerita.
Bella yang baru mengetahui cerita ini sampai tercengang mendengarnya. Ada ya modelan orang seperti ini, pikir Bella.
"Nah itu kamu ingat Ren, akhirnya keluarga kami yang dicap jelek oleh warga, yang katanya sok-sokan mentang-mentang kaya, mentang-mentang pejabat desa, seenaknya sama warga seperti Bu Ratih," Lidya masih bisa merasakan kesalnya hati dia setiap teringat kejadian ini.
Lidya dan keluarga sudah berusaha melupakan hal ini, mengikhlaskan dan mencoba menjadikan ini sebagai pengalaman berharga agar kedepannya mereka lebih bijaksana dalam menghadapi persoalan apapun.
Namun label jelek sudah terlanjur mereka dapat dari sebagian warga dan omongan miring yang terkadang sampai ke pendengaran mereka membuat mereka tidak bisa melupakan ini.
"Bella kok baru dengar ya, ini kapan kejadiannya Mbak," tanya Bella penasaran, ada kejadian seperti ini kok bisa terlewatkan olehnya.
"Belum lama ini Bel," jawab Lidya.
"Menurutku sih mending Kita biarkan saja dulu mereka ya, sabar dulu, mereka kalau diladeni bukannya introspeksi diri yang ada malah merasa diberi panggung untuk tampil sebagai korban," Lidya menghela napas, bisa Bella lihat ada kekesalan di wajah cantik Lidya.
"Oke deh Mbak, kali ini Bella mengalah tapi entah kalau nanti," akhirnya Bella menerima saran Lidya.
" Ho oh Bel, yang waras mending mengalah," ucap Rena.
"Halah tadi saja ngajak Bella labrak tuh ibu-ibu," ejek Lidya pada Rena.
Yang diejek malah cengengesan, "Tadi ya tadi, sekarang ya sekarang," balas Rena.
"Ya sudah kita masuk yuk, tutup kuping tutup mata saja kalau ada obrolan yang enggak enak, oke?" ajak Lidya sambil tidak lupa mengingatkan Bella dan Rena untuk tidak mempedulikan kalau-kalau ada obrolan yang tidak enak.
Mereka meninggalkan tempat itu dan segera masuk ke dalam rumah Bu Mayang setelah mengucapkan salam. Ibu-ibu yang sudah hadir lebih dulu menjawab salam mereka dan meminta mereka bergabung.
Ruang tamu yang dijadikan tempat arisan dialasi dengan karpet tebal berwarna merah dengan motif bunga mawar.
Semua yang hadir duduk di atas karpet tersebut mengelilingi sajian berupa kue-kue dan minuman ringan. Sepertinya belum semua peserta arisan datang.
Bella melihat sekitar mencari tempat untuk mereka duduk, ketika matanya bertatapan dengan Bu Ratih.
"Eh...ada Bella," sapa Bu Ratih pada Bella dengan teramat sangat ramah sementara Lidya dan Rena sama sekali tidak disapanya.
"Sini...ayo sini duduk dekat ibu," ajak Bu Ratih sambil menepuk tempat di sebelahnya.
Bisa-bisanya Bu Ratih ini begitu ramah padahal belum lama berselang bergosip tentang Bella.
Enggak mau Bu...malas dekat-dekat Ibu, kata Bella dalam hati. "Iya Bu," jawab Bella sambil memaksakan diri tersenyum.
Lidya dan Rena mengikuti Bella duduk di dekat Bu Ratih. Saat menyapa Bu Ratih dan kawan-kawannya dengan senyuman sopan, Lidya dan Rena harus meningkatkan level kesabaran mereka, mereka diabaikan.
Bella yang melihat hal itu merasa kesal, Lidya hanya memberi isyarat kepadanya agar bersabar.
Satu jam ke depan mungkin lebih, Bella harus duduk berdekatan dengan Bu Ratih. Rasanya tidak nyaman sekali. Semoga tidak ada tingkah atau omongan mereka yang bisa menyulut kembali kekesalan Bella. Semoga...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
jasmine
keramahan yang palsu, di depan baik di belakang busuk. bu ratih ini kan ibu-ibu ya, udah berumur pastinya, kok kelakuannya gini, masa bella aja yang disapa, lidya sama rena dicuekin, kayak bocah lagi marah, gak lihat tempat
2022-12-09
6
Fenti
ampun deh Rena, untuk ada Lidya disitu, kalau tidak jadi deh perang dunia ke tiga
2022-11-22
1
Fenti
ada yang dukung tuh Bella.. mungkin awalnya amarah Bella sudah mereda, tapi ucapan Rena itu lho bikin semangat membara
2022-11-22
2