Lima belas menit berlalu, acara arisan belum juga dimulai. Baru sekitar sepuluh atau sebelas orang yang hadir. Padahal seharusnya acara dimulai setengah jam yang lalu.
Tadinya Bella merasa tidak enak hati karena terlambat datang eh ternyata ada yang lebih terlambat lagi dari dia. Kebiasaan ngaret berjamaah ini ternyata sulit dihilangkan di kalangan masyarakat.
Di kampus pun begitu, saat ada janji temu entah untuk mengerjakan tugas bersama atau janjian untuk jalan bareng selalu saja ada yang ngaret dan ngaretnya ini terkadang lebih dari satu jam.
Benar-benar kebiasaan yang menyebalkan. Membuat orang lain yang datang tepat waktu harus menunggu dan acara menjadi tertunda.
Selama lima belas menit ini, ibu-ibu yang sudah hadir asyik mengobrol sambil memakan kue-kue yang tersaji.
Tanpa sengaja Bella melihat ke arah Bu Ratih dan teman-temannya, mereka terlihat menikmati acara mengobrol dan ngemil ini.
"Bu Mayang, kuenya enak-enak lho," kata Bu Mar.
"Iya enak banget, ini bolu pisangnya enak, teksturnya lembut dan pisangnya berasa banget, si Salsa suka lho bolu seperti ini, saya bawa buat Salsa ya Bu," kata Bu Ratih sambil mengambil tisu dan membungkus dua potong bolu pisang dengan tisu itu.
"Ini kue soesnya juga enak, bapaknya anak-anak suka juga," Bu Dian turut mengambil dan membungkusnya dengan tisu dan menyimpannya ke dalam tas yang dibawanya.
Sementara Bu Mar yang duduk tepat di sebelah Bu Dian tampak khusyu dengan kue yang sedang dimakannya sambil sekali-kali manggut-manggut seperti seorang juri sedang menilai masakan yang sedang dilombakan.
"Beli dimana Bu kuenya apa buat sendiri?" tanya Bu Ratih.
"Saya pesan dari toko kue, tadi pagi Bu Indah yang antar ke sini?" Bu Mayang menjawab sambil menambahkan kue ke piring-piring di depannya.
"Recommended banget ini buat acara arisan atau lainnya, kuenya enak-enak, dari kue tradisional sampai yang kekinian ada lho, harganya juga terjangkau," Bu Mayang mempromosikan kue-kue yang dibelinya.
"Eh... Bu Indah yang antar, kok bisa, apa Bu Indah sekarang jualan kue, punya toko dia, bukannya buat makan saja dia susah, dapat modal dari mana untuk buka toko?" rentetan pertanyaan meluncur dari mulut Bu Ratih saat nama Bu Indah terdengar. Rasa ingin tahu tentang tetangganya itu mulai meronta-ronta tidak tahu tempat.
"Palingan kerja di situ dia, mana ada dia punya modal, suaminya saja pengangguran," Bu Mar menimpali kata-kata Bu Ratih.
"Iya juga yah, baguslah kalau sudah bekerja, kalau ada penghasilan kan dia enggak usah ke sana sini cari pinjaman buat makan," Bu Ratih terlihat senang karena merasa punya kesempatan untuk menyalurkan hobinya, mereview kehidupan orang lain.
"Hari kapan dia ke rumah mau pinjam uang ke saya, katanya anaknya belum makan dari pagi," lanjut Bu Ratih.
Ibu-ibu yang lain mulai memperhatikan Bu Ratih, sementara Bu Mayang terlihat tidak nyaman.
"Ayo ibu-ibu silahkan dimakan kue-kuenya," Bu Mayang berusaha mengendalikan situasi agar obrolan ini tidak berlanjut.
"Seperti ibu-ibu yang lain berhalangan hadir ya, bagaimana kalau 10 menit lagi kita mulai saja arisannya," usul Bu Mayang kemudian.
"Ya Bu, saya setuju," Lidya menyatakan persetujuannya. Sepertinya lebih cepat dilaksanakan lebih baik, pikir Lidya. Dia mulai merasa jengah dengan obrolan barusan. Dia juga menyadari kalau Bella dan Rena sama dengannya merasa tidak suka.
"Lho enggak bisa gitu dong, kasihan ibu-ibu yang belum datang, ini kesempatan kita berkumpul dengan tetangga, acara seperti ini bisa kita jadikan sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahim dengan sesama warga," protes Bu Ratih tidak setuju kalau acara arisan dipercepat.
Mempererat tali silaturahim apanya Bu, perasaan dari tadi ibu ngomongin orang terus, batin Bella mengomeli Bu Ratih.
"Baiklah kalau begitu, kita tunggu 30 menit lagi ya, setelah itu kita mulai arisannya, saya rasa ibu-ibu yang lain masih ada pekerjaan atau urusan lain hari ini," terpaksa Bu Mayang mengalah.
"Bu, memang pinjam berapa Bu Indah sama Ibu terus sudah bayar belum?" Bu Dian yang sedari tadi asyik dengan kue-kue di hadapannya mulai buka suara.
"Katanya mau pinjam 100 ribu, enggak saya kasih, kecil sih uang segitu buat saya tapi kalau saya kasih nanti jadi kebiasaan, bentar-bentar pinjam uang, entar bayarnya dari mana coba, pinjam uang terus enggak dibayar kan jadi dosa buat yang pinjamnya, ya kan ibu-ibu, saya mah kasihan sama Bu Indah, sudah miskin eh banyak dosa," Bu Ratih panjang lebar menjelaskan alasan keengganannya membantu Bu Indah.
Seratus ribu uang kecil ya buat ibu, itu apa kabar sama utang pulsa di konter Bella, sampai detik ini belum dibayar juga, pikir Bella.
Tanpa sadar Bella memutar bola matanya, Lidya yang melihat hal itu, menepuk pelan paha Bella seakan memperingatkan tidak boleh seperti itu, tidak sopan.
Bella melirik ke arah Lidya dan memberi kode ajakan pulang. Lidya menggeleng pelan sambil berkata pelan. "Bentar lagi ya."
"Bener tuh Bu, ya kita bukan enggak kasihan sama tetangga ya tapi kan dia ada suaminya, suruh dong suaminya kerja, kalau saya jadi Bu Indah sudah saya usir suami pengangguran kayak gitu, enggak berguna juga," kali ini Bu Mar yang menanggapi.
"Bener banget itu, saya tuh enggak habis pikir sama Bu Indah, suami pengangguran, ringan tangan kok masih dipertahankan, apa karena suaminya ganteng, percuma Bu ganteng tapi kantongnya kosong," nada mengejek kental terasa diperkataan Bu Dian.
"Mending suami saya, tampang sih biasa-biasa saja, tapi kantong selalu ada isinya, ini kemarin saya baru dibelikan gelang emas 10 gram, hadiah pernikahan kami," lanjut Bu Dian sambil menunjukkan gelang emas di pergelangan tangannya.
Bu Mayang, Bella numpang ke toilet ya, enggak tahan mau muntah, batin Bella.
Sedari tadi yang sibuk mengoceh hanya ketiga ibu ini, yang lain diam-diam saja, tidak ada yang menanggapi, ada yang sekali-sekali seperti memperhatikan, ada yang asyik main ponsel, yang seakan tidak peduli juga ada.
"Bu Mayang, kue-kue yang di ruang makan sudah saya susun di piring, mau disajikan sekarang," tiba-tiba sebuah suara terdengar.
Tidak hanya Bu Mayang yang menoleh ke arah sumber suara itu, tapi hampir semua menoleh padanya.
Beberapa orang tampak terkejut melihat sosok yang kini sedang berdiri di depan mereka.
"Iya Bu Indah, kita sajikan saja semua," jawab Bu Mayang sambil berdiri dan berjalan ke arah Bu Indah.
"Lho Bu Indah ada di sini?" setelah meredam rasa terkejutnya, Bu Ratih bertanya kepada Bu Indah.
"Dari tadi pagi saya di sini, Bu Mayang memesan kue dari toko kue Bu Alya tempat saya bekerja, jadi saya bantu-bantu Bu Mayang dulu sebelum kembali lagi ke toko," jawab Bu Indah.
"Bu Alya... bundanya Bella?" rasa penasaran seakan menyingkirkan rasa terkejut dan malu Bu Dian yang jelas-jelas tadi tertangkap basah sedang menggunjingkan Bu Indah. Apa mungkin ibu ini sudah mati rasa sehingga tidak punya malu, entahlah.
"Iya Bu, Bu Indah bekerja di toko bunda sekarang, ternyata Bu Indah jago bikin kuenya," kata Bella sambil memuji Bu Indah.
"Alhamdulillah saat saya sedang kesulitan Allah menolong saya melalui Bu Alya padahal kami tidak begitu dekat tapi Bu Alya saat tahu saya membutuhkan pekerjaan, Bu Alya membantu saya," Bu Indah masih saja selalu merasa terharu setiap teringat hal ini.
"Sebelumnya saya mencoba minta tolong ke beberapa tetangga yang sudah lama saya kenal tapi ya itu, dibantu tidak diomongin iya, tapi tidak apa-apa sih setidaknya sekarang saya tahu kualitas orang-orang yang ada di sekitar saya," dengan tenang Bu Indah mengatakan hal itu.
Bu Ratih, Bu Mar dan Bu Dian terdiam mendengarnya.
Kenapa pada diam Bu, did cat's get your tongue? ejek Bella dalam hati.
"Ibu-ibu ayo kita mulai saja acaranya ya, Bu Indah minta Camila bantuin Bu Indah ya, tadi saya sudah suruh dia bantuin Ibu," Bu Mayang segera berusaha mengendalikan keadaan, jangan sampai ada keributan di rumahnya.
Dan acara arisan pun segera dimulai tanpa ada banyak celotehan di sana sini. Semua bicara saat dibutuhkan untuk bicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Fenti
hmmmm, bilang aja bu kalau mau membungkus untuk dirumah 😅
2022-11-23
4
Fenti
Jadi ingat kumpul dengan teman-teman untuk kerja tugas, janjian jam berapa datangnya jam beberapa, akhirnya teman yang tepat waktu seakan mau telan kita hidup-hidup 🤭
2022-11-23
2
Hiatus
Astaga makan aja masih sempet gosip lu, sini Bu kayaknya aku gak papa kualat asal yang kutampol itu ibu...
2022-11-23
2