Nikmat mana yang kau dustakan, Bella, batin Bella berujar. Duduk selonjoran di atas sofa di ruang keluarga sambil membaca novel di ponsel ditemani secangkir teh manis, sepiring lapis legit, beberapa toples keripik dari keripik pisang, keripik singkong, keripik kentang dan keripik pare.
Berbagai macam keripik ini buatan bundanya Bella. Belakangan ini Bunda Alya sedang senang membuat keripik dari berbagai bahan. Rencananya Bunda Alya ingin menjual keripik juga di toko kuenya.
Sebenarnya hari ini Bella ada jadwal kuliah namun semalam Bella mendapat kabar dari asisten dosen tersebut kalau hari ini dosennya berhalangan hadir. Jadi hari ini Bella bisa santai walau tak di pantai.
Drrrttt drrrttt
Ponsel Bella yang diletakkannya di atas meja bergetar. Rupanya ada panggilan masuk, segera Bella mengambil ponselnya dan melihat id penelpon yang ternyata adalah Nana salah satu karyawannya, Bella pun segera menjawab.
"Assalamu'alaikum... ya Na, ada apa?"
"Wa'alaikumussalam... maaf Teh, Nana mengganggu."
"Enggak kok Na, Teteh lagi di rumah ini, lagi nyantai aja, ada apa?"
"Tadi ada cowok, nanya-nanya soal Teteh, katanya teman Teteh terus dia minta nomor wa Teteh."
"Dia sebutin namanya enggak?"
"Enggak Teh, Nana juga lupa nanya?"
"Kamu kasih enggak nomor Teteh?"
"Enggak Teh."
"Baguslah, jangan lupa ya Na, siapapun yang minta nomor pribadi Teteh jangan kasih ya, kalau ada urusan bisnis kasih saja nomor konter, biar nanti Teteh yang hubungi dia."
"Iya Teh, tadi orangnya agak maksa Teh, katanya penting, sebelumnya Nana sering lihat dia nongkrong di kedai kopi depan konter kita, beberapa kali beli pulsa juga."
"Orangnya gimana?"
"Tinggi, putih, rambutnya hitam agak ikal, kalau wajahnya enggak jelas Teh, dia kalau datang suka pakai masker tapi kayaknya ganteng lho Teh."
"Sok tahu kamu, hati-hati ya Na, kalau ada orang asing yang nanya-nanya di luar urusan dagangan kita, kamu jawab secukupnya saja."
"Iya Teh, sudah dulu ya Teh, ini ada yang beli, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Bella meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Bella merasa penasaran, siapa ya yang bertanya-tanya soal dirinya pakai minta nomor ponselnya segala.
Jangan-jangan aku punya secret admire, pikir Bella sedikit gede rasa.
Bella menurunkan kakinya saat dilihatnya Bunda Alya berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Bel... kamu tuh anak bunda kan ya," out of the blue kata-kata itu keluar dari mulut Bunda Alya.
Bella mengubah posisi duduknya sehingga menghadap Bunda Alya. Dia mengernyitkan alisnya, heran dengan kata-kata bundanya ini.
"Kalau menurut Akta Lahir dan Kartu Keluarga katanya Bella ini anaknya Aiman Nabeel Akbar dan Alyana Hasna Kamila, iya lah Bella anaknya Bunda," ucap Bella.
"Ini apa-apaan?" Bunda Alya menyodorkan ponselnya kepada Bella. Ponsel itu menampilkan kolom komentar dari sebuah novel yang Bella sinyalir adalah novel bundanya.
"Kolom komentar kan Bun," kata Bella.
"Lihat baik-baik isi komentarnya," perintah Bunda Alya.
Bella menerima ponsel bundanya dan membaca komentar yang tertera di sana yang ternyata adalah komentar dirinya.
"Ini komentar Bella, kenapa Bun?" tanya Bella. Perasaan tidak ada yang salah dengan komentarnya. Dari segi bahasa maupun penulisan, semuanya normal.
Bunda Alya mengambil kembali ponselnya. "Semangat ya Thor, Next Thor, Ditunggu episode berikutnya, suka banget ceritamu," Bunda Alya membaca beberapa komentar di novelnya yang dibuat oleh Bella.
"Masa komentar kamu cuma segini, kamu tuh anaknya Bunda, komentarnya yang lebih dong, tunjukkan dukungan kamu buat Bunda."
"Teman-teman Bunda saja kasih komentar panjang-panjang dan berkaitan dengan isi novelnya, lha ini anak kandungnya Bunda kok gini amat," omel Bunda Alya terus berlanjut.
"Kalau pembaca yang lainnya berkomentar seperti itu sih ya tidak apa-apa, sudah di-like sama komentar saja Bunda sudah bersyukur, kamu dong kasih Bunda supportnya yang maksimal biar novel Bunda bisa naik popularitasnya biar cepat dapat kontrak," dan omelan sang bunda masih berlanjut.
"Novel bunda kan masih sepi like dan komentar, kamu ramaikan dong," masih berlanjut rupanya sang bunda mengomel.
"Iya....iya.... nanti Bella kasih komentar satu paragraf deh," sebelum berlanjut omelan tersebut Bella segera menjawab.
Sejak memasuki usia remaja, Bunda Alya menambah perannya bagi Bella, selain sebagai seorang ibu, Bunda Alya juga berusaha menjadi sahabat anaknya tersebut.
Mereka sering ngobrol tentang banyak hal, dari soal teman-teman Bella, soal musik, film, soal apapun.
"Bun, buat novelnya yang mainstream dong, biar banyak dilirik pembaca," usul Bella.
"Teman Bella buat novel judul apa ya lupa Bella pokoknya ada kata ranjang-ranjang gitu, tentang CEO tampan, seksi, kaya raya, berhati dingin mengejar cinta gadis polos yang baik hati dan tidak sombong, pembacanya banyak banget Bun."
"Bunda tuh pengen menulis apa yang pengen Bunda tulis, sesuai kata hati lah, enggak mau ikutan tren yang ada kalau tidak sesuai sama yang Bunda mau," kata Bunda Alya sambil mengambil cangkir teh di depannya kemudian meminumnya.
"Bun itu tehnya Bella deh," protes Bella.
"Kirain anak Bunda mendadak shalihah, tanpa diminta langsung siapin minuman buat bundanya," sindir Bunda Alya.
"Ih Bunda mah," balas Bella.
"Kalau Bunda enggak mau ikutan tren novel yang ada ya wayahna kalau sepi pembaca."
"Tapi Bun kata temen Bella yang juga author di Mangatoon, rajin-rajin saja update katanya, terus sempatkan buat promo nanti juga lama-lama banyak yang baca."
"Kamu saja yang promo ya, Bunda mah mau menulis saja," pinta Bunda Alya.
"Siap Bun!"
Ting tong ting tong
Tiba-tiba terdengar suara bel rumah mereka, Bella segera beranjak dan berjalan ke arah pintu depan.
"Eh Kang Maman... mau antar pesanan bunda ya?" kata Bella saat tahu siapa yang bertamu.
"Iya Neng mau antar pesanan Bu Alya, pengennya sih sambil anterin hati akang mau titip di Neng Bella," sambil bercanda Kang Maman menjawab.
"Kalau hati Kang Maman dititip di Bella entar Kang Maman enggak punya hati dong," balas Bella.
"Akang mah punya banyak stok hati di freezer, ada hati ayam, hati sapi...," sambil tersenyum manis Kang Maman menjawab
"Ha ha ha...bisa saja Kang Maman mah," tergelak Bella mendengar jawaban Kang Maman.
Kemudian Kang Maman menyerahkan pesanan Bunda Alya. Bella meminta Kang Maman menunggu sebentar karena dia harus mengambil uang untuk membayar pesanan itu.
Tak lama Bella datang kembali dan menghampiri Kang Maman dan menyerahkan sejumlah uang kepadanya.
"Sip pas Neng," kata Kang Maman setelah menghitung uang tersebut.
"Neng, dua hari yang lalu, waktu saya mangkal di depan komplek ada yang nanya-nanya soal Neng Bella."
"Siapa Mang, orang sini?" tanya Bella.
"Bukan Neng, saya mah hapal warga sini mah, orang tinggi, putih, pakai ninja merah," jawab Kang Maman sambil mencoba mengingat-ingat penampilan orang tersebut.
"Emang nanya apa saja dia?" kembali Bella bertanya.
"Orang itu tanya di komplek ini ada yang namanya Arabella tidak, ya saya jawab ada, tapi saya enggak kasih tahu nomor rumah Neng Bella," terang Kang Maman.
"Kang Maman mah, kok enggak bilang enggak ada atau enggak tahu, kalau yang nanya-nanya itu komplotan penjual gadis cantik gimana, terus nanti Bella dicariin, terus diculik, haduh gimana?" celoteh Bella dengan lebaynya.
Pukk
Bunda Alya menepuk bahu Bella dari belakang. "Jangan overthinking gitu deh," katanya kemudian.
"Makasih yah Man, maaf nih jadi ngerepotin sampai diantar ke rumah," kata Bunda Alya kepada Kang Maman.
"Sama-sama Bu, enggak repot kok," dengan sopan Kang Maman menjawab.
"Neng Bella tenang saja, kalau ada yang macam-macam sama Neng Bella biar Kang Maman yang hadapi," dengan penuh keyakinan Kang Maman menyatakan kesiapannya menjaga Bella.
"Kalian tuh terlalu kemana-mana pikirannya, siapa tahu itu memang teman kamu Bel, enggak sengaja lihat kamu terus nyariin kamu deh," kata Bunda Alya.
"Iya juga ya, mungkin teman lama yang kebetulan lihat Bella di sekitar sini terus nyariin Bella deh," pemikiran seperti ini lebih menenangkan dari pemikirannya tadi. Tapi dalam hati kecilnya Bella masih penasaran, sosok yang digambarkan Nana dan Kang Maman mengingatkannya kepada seseorang. Mungkinkah orang misterius itu dia, ah tidak mungkin pikir Bella.
Bunda Alya kemudian menawari Kang Maman minum dulu, karena sudah selesai berjualan Kang Maman pun menerima tawaran Bunda Alya. Akhirnya mereka bertiga mengobrol di teras rumah sambil minum teh ditemani keripik-keripik buatan Bunda Alya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Fenti
Bella aneh-aneh pikirannya.. gimana kalau itu teman kampus Bell hanya sok misterius gitu
2022-12-16
1
Fenti
waduhhh, itu mah berseliweran dikolom komentar 🤭
2022-12-16
1
Fenti
misterius banget itu cowok.. Jangan-jangan sengaja pakai masker agar tidak mudah dikenali,.. atau penggemar rahasia Bella 🤔
2022-12-16
1